Sosial-Budaya Analisis Lingkungan Jauh

kontribusi pariwisata tetap naik dari tahun sebelumnya menjadi Rp 169,67 triliyun 7 . Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang terus meningkat tentunya memberikan dampak yang positif bagi pengembangan sektor usaha dan industri. Salah satu indikasi dari pertumbuhan ekonomi adalah adanya peningkatan kesejahterahan. Salah satu ukuran yang dapat dilihat dari peningkatan kesejahterahan adalah adanya peningkatan pendapatan per kapita yang berarti peningkatan daya beli. Peningkatan daya beli yang dimiliki konsumen tersebutlah yang akan memberikan dampak terhadap usaha barang dan jasa. Konsumen yang memiliki daya beli tinggi pun akan bertambah jumlahnya seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut, walaupun jumlahnya tidak sebanyak konsumen yang memiliki daya beli rendah. Hal ini juga akan memberikan peluang bagi usaha jasa seperti usaha agrowisata dengan meningkatnya konsumen yang ingin berwisata. Konsumen yang memiliki daya beli cukup tinggi cendrung akan mengkonsumsi barang dan jasa yang bukan saja kebutuhan utama tetapi juga kebutuhan sekunder seperti kebutuhan untuk berwisata, baik itu agrowisata atau pun wisata lainnya.

3. Sosial-Budaya

Faktor sosial dan budaya merupakan faktor yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan dalam melakukan pemasaran dan pengembangan usaha. Jumlah penduduk dari suatu daerah dan perubahan pola konsumsinya merupakan bagian dari faktor sosial budaya yang akan mempengaruhi jalannya suatu usaha di daerah tertentu. Jumlah populasi sangat mempengaruhi tingkat konsumsi. Pertumbuhan dan jumlah penduduk yang sangat mempengaruhi perkembangan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII adalah jumlah penduduk DKI Jakarta dan Jawa Barat, karena sebagian besar konsumen yang datang ke Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII berasal dari wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya serta sebagian Jawa Barat. 7 Bapenas. 2008. Data dan Informasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga: Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Nasional. http:kppo.bappenas.go.idfiles-1.pdf. [8 Juli 2010]. 78 Jumlah penduduk DKI Jakarta dalam periode 2002-2006 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya mengalami penurunan. Tahun 2002 jumlah penduduk DKI Jakarta sekitar 8,50 juta jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan dalam lima tahun ke depan jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta orang, sedangkan pada tahun 2009 jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 8.523.157 jiwa 8 . Jumlah penduduk di Jawa Barat berdasarkan hasil Suseda 2009 berjumlah 42.693.951 jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk terbesar adalah di Kabupaten Bogor 4,453.927 jiwa, Kabupaten Bandung 3,148.951 jiwa, Kabupaten Garut 2,504.237 jiwa, Kota Bandung 2,414.704 jiwa dan Kabupaten Sukabumi 2,293.742 jiwa 9 Gambar 7. Gambar 7. Jumlah Penduduk KabupatenKota di Jawa Barat Tahun 2009 Jiwa Sumber : Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Jumlah penduduk DKI Jakarta dan Jawa Barat yang cukup besar dapat dijadikan peluang pasar bagi Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII dalam upaya pengembangan jika diimbangi dengan peningkatan daya beli 8 Anonim. 2009. Demografi Jakarta. http:www.jakarta.go.idv70 index. phpententang- jakartademografi-jakarta. [10 Januari 2010]. 9 Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009. www.bpsjawabarat.com. [10 Januari 2010]. 79 masyarakatnya. Hal tersebut dimungkinkan karena rata – rata pengeluaran rumah tangga perkapita dalam satu bulan di DKI Jakarta dan dibeberapa kota dan kabuaten di Jawa Barat lebih banyak dikeluarkan untuk kebutuhan non-pangan atau bukan makanan dimana produk jasa seperti Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII termasuk didalamnya. Rata – rata pengeluaran rumah tangga perkapita dalam satu bulan di kota Bogor pada tahun 2007 adalah Rp 249.624.000 untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangannya adalah Rp 412.983.000 Tabel 13. Tabel 13. Pengeluaran Rata – rata Per Kapita Sebulan di Beberapa KabupatenKota di Jawa Barat Tahun 2007 No. KabupatenKota Makanan Rupiah Persentase Bukan Makanan Rupiah Persentase Jumlah Pengeluaran Rupiah Kabupaten 1. Bandung 166.728 49,61 169.318 50,39 336.046 2. Bekasi 235.745 48,91 246.207 51,09 481.952 Kota 3. Bogor 249.624 37,67 412.983 62,33 662.607 4. Bandung 226.878 41,42 320.876 58,58 547.755 5. Cirebon 194.545 44,18 245.771 55,82 440.316 6. Bekasi 235.438 39,91 354.468 60,09 589.906 7. Depok 250.414 41,19 357.464 58,81 607.879 8. Cimahi 245.556 45,21 297.550 54,79 543.106 9. Tasikmalaya 176.778 46,31 204.964 53,69 381.741 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2008 Rata – rata pengeluaran rumah tangga perkapita dalam satu bulan bagi penduduk DKI Jakarta pada tahun 2008 sebesar Rp. 684.461.000 untuk kebutuhan non-pangan, sedangkan untuk kebutuhan pangan adalah Rp. 380.349.000 Tabel 14. Lebih besarnya pengeluaran untuk kebutuhan non-pangan seperti jasa wisata yang dikeluarkan masyarakan DKI Jakarta dan sekitarnya serta beberapa kota di Jawa Barat, mengindikasikan bahwa konsumen dibeberapa kota besar juga mementingkan kebutuhan non-pangan seperti jasa wisata sebagai salah satu kebutuhan utama selain kebutuhan makanan. Tingkat pengeluaran untuk kebutuhan non-pangan yang cukup tinggi di beberapa kota dan kabupaten tersebut juga akan memberikan peluang terhadap usaha jasa wisata seperti agowisata. Hal ini dikarenakan kebutuhan konsumen akan tempat wisata terutama agrowisata 80 cendrung akan meningkat dikarenakan pengeluaran yang dikeluarkan konsumen untuk kebutuhan non-pangan seperti jasa wisata juga cukup tinggi. Tabel 14. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Perkapita Sebulan di DKI Jakarta Tahun 2007 – 2008 2007 2008 No. Uraian Rupiah Share Rupiah Share Perubahan Pengeluaran Makanan 226.191 39,75 380.349 35,72 42,89 1 Padi – padian 31.06 4,64 37.249 3,50 19,90 2 Umbi – umbian 1.505 0,22 2.104 0,20 39,80 3 Ikan 17.416 2,60 19.902 1,87 14,27 4 Daging 15.028 2,24 17.751 1,67 18,12 5 Telur dan susu 23.797 3,55 29.499 2,27 23,96 6 Sayur – sayuran 14.520 2,17 19.039 1,79 31,12 7 Kacang – kacangan 7.540 1,13 8.876 0,83 17,72 8 Buah – buahan 10.970 1,64 14.903 1,40 35,85 9 Minyak dan lemak 8.102 1,21 10.664 1,00 31,62 10 Bahan minuman 8.329 1,24 9.707 0,91 16,54 11 Bumbu – bumbuan 441 0,06 5.335 0,50 20,95 12 Konsumsi lainnya 8.328 1,24 11.281 1,06 35,46 13 Makanan dan minuman jadi 84.780 12,66 160.738 15,10 89,59 14 Minuman alkohol 396 0,06 150 0,01 -62,12 15 Tembakau dan sirih 30.001 4,48 33.151 3,11 10,50 Bukan Makanan 403.454 60,25 684.461 64,28 69,65 1 Perumahan 236.429 35,31 388.994 36,53 64,53 2 Aneka barang dan jasa 86.375 12,90 93.366 8,77 8,09 3 Biaya pendidikan 24.345 3,64 37.431 3,52 53,75 4 Biaya kesehatan 13.452 2,01 35.245 3,31 162,01 5 Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 17.242 2,57 30.452 2,86 76,62 6 Barang tahan lama 8.584 1,28 57.985 5,45 - 7 Pajak dan asuransi 12.837 1,92 21.704 2,04 69,07 8 Keperluan pesta dan upacara 4.189 0,63 19.284 1,81 - Total Konsumsi 669.645 100,00 1.064.810 100,00 59,01 Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 2009 Peningkatan jumlah penduduk dan didukung tingginya konsumsi masyarakat di beberapa daerah terhadap produk non-pangan seperti jasa wisata akan berdampak positif terhadap perkembangan wisata terutama agrowisata. Perkembangan agrowisata pun didukung dengan perubahan minat konsumen dari wisata perkotaan yang sudah seringkali di kunjungi konsumen, beralaih ke wisata 81 alam seperti agrowisata. Perubahan minat konsumen yang mulai beralih ke agrowisata memberikan peluang kepada pengusaha agrowisata untuk menawarkan paket – paket wisata yang menarik dengan ciri khas suasana alam yang belum tentu didapatkan jika berwisata di daerah perkotaan. 4. Teknologi Salah satu kemajuan dunia globalisasi adalah cepatnya perkembangan teknologi informasi. Teknologi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada perumusan strategi. Perusahaan harus dapat melihat peluang dan memanfaatkan teknologi yang paling sesuai dengan jenis usahanya. Teknologi yang sesuai adalah yang dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin dengan biaya yang seminimal mungkin. Teknologi informasi dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang lebih cepat sesuai kebutuhan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai produk yang akan dibeli atau pun produk yang akan dipasarkan. Konsumen saat ini semakin umum menggunakan internet sebagai sarana informasi yang cepat. Perkembangan teknologi terutama internet mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam dunia pariwisata. Internet sangat berguna untuk melakukan promosi produk jasa wisata dan pemasaran. Perkembangan teknologi internet ini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII. Promosi dan pemasaran akan lebih mudah jika di lakukan melalui internet. Perkembangan internet yang pesat ini merupakan peluang yang dapat mempengaruhi pengembangan agrowisata. Apabila perkembangan teknologi internet ini di terapkan dengan baik oleh Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, maka akan memudahkan kegiatan usaha seperti pemesanan tempat dan transaksi usaha serta hubungan antar tempat wisata lain dan konsumen. 6.2.2. Analisis Lingkungan Industri Analisis lingkungan industri juga menciptakan peluang dan ancaman seperti dalam analisis lingkungan jauh. Lingkungan industri berada di sekitar usaha yang berpengaruh langsung terhadap operasional perusahaan. Inti dari perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan 82 lingkungannya Porter, 1991. Walupun lingkungan yang relevan sangat luas mencakup kekuatan – kekuatan sosial dan juga kekuatan – kekuatan ekonomi, aspek kunci dari lingkungan perusahaan adalah industri. kekuatan persaingan akan menentukan intensitas persaingan dan profitabilitas dalam industry dan kekuatan dan kelemahan yang sangat penting didalam merumuskan strategi. 1. Ancaman masuknya pendatang baru Ancaman masuknya pendatang baru kedalam suatu industri sangat tergantung pada hambatan – hambatan dalam memasuki suatu industri atau bisnis. Terdapat beberapa pendatang baru pada suatu industri yang memiliki kemampuan produksi yang lebih baik dibandingkang perusahaan yang sudah ada. Hal ini tentunya merupakan ancaman bagi perusahaan yang telah ada, sebab pendatang baru tersebut tentunya memiliki keinginan untuk merebut pasar serta sering kali mempunyai sumberdaya yang lebih besar. Beberapa hambatan dalam memasuki suatu lingkungan industri seperti modal, kebutuhan produk, dan kebijakan pemerintah. Ancaman masuknya pendatang baru pada industi agarowisata seperti yang terjadi di daerah kabupaten Bogor dan Cipanas akan menjadi suatu ancaman bagi industri agrowisata yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dikarenakan hambatan masuk ke industri ini relatif rendah, serta didukung dengan kebijakan pemerintah menggenai otonomi derah sehingga memudahkan perijinan pembukaan usaha di tingkat pemerintah daerah. Pesatnya perkembangan agrowisata di daerah Bogor, Puncak dan Cipanas menyebabkan persaingan yang cukup tinggi termasuk Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII. Banyaknya agrowisata yang menawarkan wisata alam dengan ciri khasnya masing – masing memberikan konsumen keleluasaan dalam memilih tempat arowisata yang ingin dikunjungi. Hambatan masuk yang juga harus diperhatika dalam memasuki usaha agrowisata adalah modal, kerena modal yang dibutuhkan dalam pembukaan usaha agrowisata cukup besar. Modal yang sangat besar tersebut tidak serta merta akan langsung memberikan dampak yang signifikan terhadap pengembangan suatu usaha agrowisata. Mengingat banyaknya konsumen yang ingin beralih ke wisata alam seprti kawasan Puncak dan Cipanas yang memiliki potensi wisata alam yang besar, maka para stake holders pun akan dengan mudah mengeluarkan uang untuk 83 modal usaha agrowisata. Hambatan masuk dalam memasuki usaha agrowisata ini relatif ringan selain hambatan modal tersebut. Sehingga akan cukup mudah bagi pendatang baru untuk membuka suatu usaha agrowisata yang baru untuk bersaing dengan pesaing yang sudah ada sebelumnya.

2. Ancaman produk pengganti