IPC • Laporan Tahunan
2014 Annual Report
36
Sekilas IPC
Profil Perusahaan Analisa Pembahasan Manajemen Atas Kinerja Perusahaan
Tata Kelola Perusahaan
- Implementasi Port Marine Service PMS.
- Penerapan standar keselamatan bertaraf International Safety Management Code ISM
Code untuk pemenuhan standar keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran
laut.
- Evaluasi pelaksanaan pelayanan petikemas, yaitu telah dilakukan standarisasi pola operasi
penanganan petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
3. Efektiitas Produk dan Proses
- Telah dilaksanakan System Integration Test untuk implementasi data center.
- Telah dilaksanakan proses instalasi dan implementasi Oracle Finance dan Sumber Daya
Manusia di beberapa anak perusahaan. - Telah dilaksanakan pembuatan dashboard
untuk memantau kinerja terminal petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok untuk semua lini 1.
- Telah dilaksanakan pengembangan dan sosialisasi
e-oice. -
Implementasi aplikasi Port Wide Solution.
Kinerja Operasional
Rencana kerja dan anggaran Perseroan untuk tahun 2014 ini sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yang tentunya
tidak dapat dikontrol oleh Perseroan. Walaupun demikian, manajemen tetap berupaya maksimal menghadapi segala
tantangan yang ada demi mempertahankan kinerja usaha yang positif.
Arus Petikemas
Sepanjang tahun 2014, arus petikemas yang melalui pelabuhan di bawah kelolaan Perseroan mencapai 4,85
juta boks, turun 2,41 dibandingkan dari realisasi tahun 2013 yang sebesar 4,97 juta boks. Dari sisi ukuran, jumlah
arus petikemas tahun 2014 mencapai 6,44 juta TEUs atau melemah 2,13 dibandingkan realisasi tahun 2013 yang
sebesar 6,58 juta TEUs. Realisasi tersebut merupakan arus petikemas yang melalui terminal konvensional dan
terminal khusus petikemas.
Penurunan yang terjadi pada arus petikemas pada pelabuhan yang dikelola oleh Perseroan, terutama akibat
adanya perlambanan pada kegiatan dunia usaha. Hal ini merupakan dampak atas situasi transisi politik nasional
dan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya bergairah, sehingga ada penurunan pada kegiatan perdagangan.
- Implementation of Port Marine Service PMS - Application of International Safety Management
Code ISM Code in compliance with safety standards of shipping operation and the
prevention of marine pollution - Evaluation on the implementation of container
service has been carried out, namely to standardize operational pattern to handle container in Port of
Tanjung Priok.
3. Product and Process Efectiveness
- System Integration Test for data center implementation has been conducted
- Installment and Implementation of Oracle Finance
and Human Resources have been carried out in several subsidiaries
- Establishment of dashboard to monitor container
terminal performance in Tanjung Priok branch for all line 1
- E-oice development and socialization have been applied
- Port Wide Solution application has been
Business Performance
Work Plan and Budget 2014 of the Company was heavily inluenced by external factors which was uncontrollable
by the Company. However, the Management still thrived to face any challenges out there so as to keep positive
business performance.
Container Traic
During 2014, container traic in ports under the Company’s management reached 4.85 million boxes, down by 2.41
compared to realization in 2013 which was recorded at 4.97 million boxes. In terms of TEUs, container traic in
2014 achieved 6.44 million TEUs, or declined by 2.14 compared to 2013 that booked 6.58 million TEUs. The
realization was recorded for container traic that went through conventional and speciic container terminals.
The decline of container traic in ports under the Company’s management, was particularly due to a
slowdown of business activities. In turn, this was an impact from uncertainties arising from domestic political
transition and fragile economic recovery, therefore there was a decline of trading activities.
LAPORAN DIREKSI |
REPORT FROM THE BOARD OF DIRECTORS
IPC • Laporan Tahunan
2014 Annual Report
37
IPC in Brief
Company Profile Management Discussion Analysis On Company Performance
Corporate Governance
Arus Barang
Sepanjang tahun 2014, total arus barang yang dikelola oleh pelabuhan-pelabuhan di bawah Perseroan
mencapai 145,57 juta ton. Jika dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 145,13 juta ton, ini berarti mengalami
peningkatan sebesar 0,30.
Untuk arus barang dari perdagangan dalam negeri tahun 2014, mencapai 84,68 juta ton atau meningkat 0,11
dibandingkan tahun 2013 yang 84,59 juta ton. Sedangkan perdagangan luar negeri, peningkatannya sebesar 0,58,
dari 60,53 juta ton di tahun 2013 menjadi 60,88 juta ton di tahun 2014. Peningkatan arus barang untuk luar negeri
didominasi oleh dry bulk cargo komoditi curah kering. Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri, peningkatan
terjadi untuk komoditas batu bara, bungkil, semen curah, pasir besi, klinker, batu split dan cangkang sawit, seperti di
Pelabuhan Panjang, Cirebon dan Banten.
Arus Kapal
Secara keseluruhan, pada tahun 2014 kunjungan kapal yang melalui pelabuhan kelolaan Perseroan mencapai
220,22 juta GT atau naik 0,05 jika dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 220,12 juta GT.
Kinerja Keuangan
Sepanjang tahun 2014, pendapatan usaha bersih Perseroan mengalami kenaikan sebesar 5,40
dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2013 sebesar Rp6,08 triliun, pada 2014 menjadi Rp6,41 triliun.
Pendapatan usaha tersebut, di antaranya disumbangkan oleh pendapatan jasa kapal yang naik 35,27. Pada tahun
2013, perolehan dari akun ini sebesar Rp979,08 miliar. Sedangkan pada tahun 2014, pencapaiannya sebesar
Rp1,32 triliun.
Kenaikan pendapatan ini seiring dengan adanya kenaikan tarif jasa kapal di beberapa cabang pelabuhan. Di
antaranya, cabang Bengkulu dan Pangkal Balam.
Pendapatan jasa terminal juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 5,53. Jika pada tahun 2013 sebesar Rp1,96
triliun, pada tahun 2014 menjadi Rp2,07 triliun. Di antara pendorongnya adalah meningkatnya kegiatan
stevedoring Tanjung Priok.
Pada saaat bersamaan, akumulasi beban usaha sepanjang tahun 2014 juga mengalami kenaikan 11,08. Jika pada
tahun 2013 sebesar Rp4,83 triliun, tahun 2014 mencapai Rp5,36 triliun.
Goods Traic
In 2014, total goods traic in the ports under the Company’s management reached 145.57 million tons.
If compared to 2013 which booked 145.13 million tons, goods traic increased by 0.30
Goods traic from domestic trade in 2014 was recorded at 84.68 million tons or increased by 0.11 compared
to 2013 which booked 84.59 million tons. Meanwhile for foreign trade, the increase reached 0.58 from 60.53
million tons in 2013 to 60.88 million tons in 2014. The increase of foreign goods traic was dominated by dry
bulk cargo. In the meantime, increase of domestic goods traic was due to increase in the following commodities:
coal, oilcake, bulk cement, iron sands, klinker, split rock and palm kernel shell, such as in Ports of Panjang, Cirebon
and Banten.
Ship Traic
In total, ship calls in ports under the Company’s management during 2014 reached 220,22 million GT or
rose by 0,05 compared to 2013 which saw ship calls reaching 220.12 million GT.
Financial Performance
In 2014, the Company’s net operating revenue rose by 5.40 compared to last year. In 2013, the number was
Rp6.08 trillion while in 2014, it was Rp6.41 trillion.
Net operating revenue was contributed by an increase of ship service revenue by 35.27. In 2013, ship service
revenue was accounted for Rp979.08 billion while in 2013, it was amounted to Rp1.32 trillion.
The increase was in line with an increase in ship service tarif in a number of branches such as in Ports of Bengkulu
and Pangkal Balam.
Terminal service revenue also rose by 5.53. In 2013, terminal service revenue was recorded at Rp 1.96 trillion
while in 2014, it was Rp2.07 trillion. One of the key driver on this account was the increase of stevedoring activities
in Tanjung Priok.
At the same time, accumulation of operating expense during 2014 rose 11.08 from Rp4.83 trillion in 2013 to
Rp5.36 trillion in 2014.
IPC • Laporan Tahunan
2014 Annual Report
38
Sekilas IPC
Profil Perusahaan Analisa Pembahasan Manajemen Atas Kinerja Perusahaan
Tata Kelola Perusahaan
Dari sisi persentase, kenaikan terbesar berasal dari beban pemeliharaan. Pada tahun 2014, jumlahnya sebesar
Rp337,91 miliar atau naik 43,91 dibandingkan tahun 2013 yang Rp234,81 miliar. Seluruh akun beban usaha
yang lain pada umumnya juga mengalami kenaikan.
Kendati demikian, untuk Tahun Buku 2014 kinerja Perusahaan masih positif dengan membukukan laba
sebelum pajak sebesar Rp2,04 triliun. Hanya, jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2013 yang Rp2,34
triliun, perolehan laba ini mengalami kontraksi sebesar 12,85.
Penurunan laba ini, selain disebabkan oleh kenaikan beban di atas, juga dikontribusikan oleh restrukturisasi
pada anak perusahaan, yaitu PT Rukindo yang mengalami kerugian sekitar Rp200 miliar, sehingga meningkatkan
beban tambahan pada Perusahaan.
Selain itu, Perusahaan juga terus melakukan investasi pada pengembangan sumber daya manusia demi pencapaian
visi dan misi Perseroan jangka panjang. Bentuk investasi tersebut, di antaranya melalui pengiriman karyawan untuk
melanjutkan pendidikan di dalam dan luar negeri.
Prospek Usaha 2015
Tantangan yang dihadapi Perseroan sepanjang 2014 terkait dengan kondisi makroekonomi, masih berpotensi
membayangi kinerja usaha tahun 2015. Namun kami yakin, melalui inovasi dan komitmen para pemangku
kepentingan di lingkungan Perseroan, kinerja Perseroan akan lebih baik di masa depan.
Situasi politik setelah Pemilu usai dan Pemerintah terbentuk, tentu akan lebih stabil. Hal ini akan memberi
dukungan atas terciptanya suasana perekonomian yang lebih kondusif, sehingga kegiatan usaha dapat berjalan
lebih baik.
Pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 yang sebesar 5,8, lebih tinggi dari realisasi
tahun 2014 yang 5,02. Hal ini berarti kegiatan ekonomi berpotensi menjadi lebih baik, sehingga arus lalu lintas
di pelabuhan berpotensi terkena imbas positif, yaitu lalu lintas barang, baik impor maupun ekspor akan lebih
marak.
Selain itu, Perseroan juga sudah menyiapkan sejumlah strategi jangka menengah dan panjang yang realisasinya
akan dimulai pada tahun 2015. Rencana tersebut akan In terms of percentage, the biggest increase came from
maintenance expense. In 2014, it was booked at Rp337.91 billion or rose 43.91 compared to Rp234.81 billion in
2013. In general, other expenses also increased.
However, in iscal year 2014, the Company performance was still in positive territory by booking proit before taxes
in the amount of Rp2.04 trillion. Compared to 2013, it was a contraction by 12.85 since in 2013, the number
reached Rp2.34 trillion.
Decline in proit was partly due to a rise of expenses stated above. It was also contributed by restructuring
process occurred in subsidiary, PT Rukindo who sufered a loss of Rp200 billion and became additional burden for
the Company.
In addition to that, the Company continued to invest in human resources development in order to achieve the
long-term vision and mission. One of HR investment was sending employees to continue their studies both in
domestic and overseas education institutions.
2015 Business Outlook
The 2014 Company’s challenges related to macroeconomic condition would potentially cast a shadow on its business
performance in 2015. However, we believe that through innovation and commitment from all stakeholders of the
Company, the Company performance will improve in the future.
Political situation after presidential election will stabilize further. This will support more condusive economic
environment and in turn, business activities will be improved
Let alone, in macro, the Government has set economic growth of 5.8 in 2015 to be higher than 5.02 realization
in 2014. This means that economy activities potentially would be better, so that traic at ports will get positive
impact which will become more sizable in export and import goods traic.
For that, the Company has prepared a number of medium and long range plan whose realization will be started in
2015. The plan will support improvement on Company’s
LAPORAN DIREKSI |
REPORT FROM THE BOARD OF DIRECTORS
IPC • Laporan Tahunan
2014 Annual Report
39
IPC in Brief
Company Profile Management Discussion Analysis On Company Performance
Corporate Governance
menunjang peningkatan kinerja Perseroan, sekaligus menjadi bagian dari proses memantapkan posisi
Perseroan sebagai pelaku industri pelabuhan dan logistik global.
Beberapa strategi yang sudah disiapkan, di antaranya pembangunan dan pengembangan sejumlah fasilitas
pelabuhan. Dana ini berasal dari kas Perseroan dan pinjaman sejumlah bank, baik dari dalam dan luar negeri.
Tingkat Kepercayaan Tetap Baik
Komitmen pendanaan dari perbankan dalam dan luar negeri menunjukan tingkat kepercayaan para pemangku
kepentingan, dalam hal ini para kreditur, tetap tinggi terhadap Perseroan. Karena itulah, manajemen tetap
optimis bahwa program dan target yang sudah ditetapkan untuk tahun 2015 dapat direalisasikan dengan baik.
Para pemberi kepercayaan itu adalah sindikasi 7 bank terdiri dari Duetsche Bank AG, Singapore Branch; Australia
and New Zealand Banking Group Limited; The Bank of Tokyo–Mitsubshi UFJ; Mizuho Bank; Societe Generale,
Hongkong Branch; Sumitomo Mitsui Banking Corporation dan United Overseas Bank. Sesuai perjanjian, IPC
mendapatkan fasilitas kredit senilai USD1 milliar, dengan existing draw down senilai USD550 juta.
Modal tersebut rencananya akan digunakan untuk investasi pengembangan sejumlah pelabuhan baru, yaitu
di Sorong Papua, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, serta mengembangkan pelabuhan Cirebon, Jawa Barat.
Untuk pembangunan pelabuhan di Sorong, Papua Barat nilai investasi mencapai Rp2 triliun. Saat ini, kendala soal
pembebasan lahan hutan sudah teratasi dengan baik. Sementara untuk pelabuhan baru Kijing di Kalimantan
Barat, nilai investasi mencapai Rp3 triliun. Sedangkan untuk Pelabuhan Tanjung Api-Api di Sumatera Selatan,
Perseroan masih dalam tahap studi dan penelitian terkait besaran investasi yang akan dikeluarkan.
Melalui pengembangan ini, Perseroan memperkirakan cukup ada peningkatan volume arus petikemas sebesar
10 dari saat ini yang mencapai sekitar 7 juta TEU’s. Bagi Perseroan, peningkatan layanan petikemas tersebut
sangat penting, mengingat hampir separuh pendapatan Perseroan pada tahun 2014, berasal dari layanan jasa
terminal, termasuk di dalamnya adalah petikemas. performance as well as a part of a process to secure
Company’s position as port industry and global logistic player.
Several strategies have been prepared, among others is the construction and development of facilities at some
ports. The fund came from Company’s cash and loans from syndicated Indonesian and foreign banks .
Unwavering Conidence Level
Funding commitment from domestic and foreign banks showed stakeholders’—in this case, creditors’—
irm conidence level to the Company. Therefore, the Management is optimistic that programs and targets that
have been determined for 2015 will be solidly realized.
The irm believers are 7-banks syndicated consisted of Deutsche Bank AG, Singapore Branch; Australia and
New Zealand Banking Group Limited; the Bank of Tokyo- Mitsubishi UFJ; Mizuho Bank; Societe Generale, Hongkong
Branch; Sumitomo Mitsui Banking Corporation and United Overseas Bank. According to the agreement, IPC obtains
credit facility in the amount of USD1 billion with existing draw down of USD550 million.
The capital will be used to build a number of new ports, i.e.: in Sorong Papua, West Kalimantan, South Sumatera
and for the development of Cirebon port, West Java.
The investment value of the port construction in Sorong, Papua Barat is Rp 2 trillion. Currently, the Company has
settled the land acquisition issues. Meanwhile for Kijing deep-sea port in West Kalimantan, the investment reached
Rp 3 trillion. Whereas at Port of Tanjung Api-Api in South Sumatera, the Company has not yet been able to estimate
the amount of investment.
By establishing this strategic project, the Company estimates an increase in volume of container traic by
10 from to date that reaches about 7 million TEUs. For the Company, improvement in container service is very
important, considering almost half of the Company’s revenue came from terminal service, which include
container services.
IPC • Laporan Tahunan
2014 Annual Report
40
Sekilas IPC
Profil Perusahaan Analisa Pembahasan Manajemen Atas Kinerja Perusahaan
Tata Kelola Perusahaan
Program Water Way Canal
Lebih lanjut, IPC juga menyoroti tentang modalitas transportasi di ibukota DKI Jakarta. Berkaca pada
pengalaman Jepang dan beberapa negara lain yang memanfaatkan tiga moda transportasi jalan darat, jalur
laut dan jalur kereta api, IPC juga akan mengadopsi konsep tersebut khusunya Pelabuhan Tanjung Priok
yang berada di wilayah Jakarta. Moda jalan darat akan menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan daerah
industri dan logistik, dimana IPC sedang dalam proses pengambil alihan 45 saham calon mitra pemegang
konsesi jalan tol lingkar Jakarta II Cibitung-Cilincing. Sedangkan dari sisi moda jalur kereta api, IPC menggagas
upaya kerjasama untuk membangun jalur kereta api baru yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan
Kawasan Berikat Nusantara KBN dan daerah industri Cikarang bersisian dengan akses tol JORR 2.
Dari sisi moda jalur laut, IPC berencana akan memanfaatkan kanal water way yang ada sepanjang
±40 km dari Tanjung Priok ke kawasan industri Cikarang Jawa Barat jalur Cikarang-Bekasi-Laut. Kanal tersebut
nantinya akan menjadi jalur transportasi yang bisa dilewati kapal tongkang berkapasitas muatan maksimal 150
kontainer serta membuat lokasi untuk terminal tongkang di wilayah Cikarang Cikarang
inland water way. Gagasan ini merupakan upaya mengurangi penggunaan truk
angkut dari pelabuhan ke kawasan industri karena selain mengakibatkan kemacetan di dalam kota juga berbiaya
tinggi.
Peluang Tol Laut
Pemerintah telah mencanangkan konsep poros maritim dan tol laut agar Indonesia sebagai negara kelautan
dapat sejajar dengan negara-negara lain di dunia. IPC sangat mendukung gagasan tersebut, terutama untuk
menurunkan biaya logistik nasional yang masih tinggi.
Saat ini, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh World Bank, biaya logistik Indonesia memakan porsi 24,6 dari
Produk Domestik BrutoGDP. Bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, biaya logistik di Indonesia
adalah yang tertinggi. Porsi terbesar dari komponen biaya logistik yang tinggi ini terutama akibat stock inventory yang
tinggi serta porsi moda transportasi darat yang masih dominan dimana biaya transportasi darat 10 kali lebih
mahal dari moda transportasi laut.
Water Way and Canal Program
Furthermore, IPC also pointed out on transport modalities in capital city of DKI Jakarta. Looking up on Japan’s and
other countries experiences which use three transport modes land, sea and railway, IPC will also adopt the
concept, particularly in Tanjung Priok port located in Jakarta area. Land mode will connect Tanjung Priok port
to industry and logistical area where IPC has still in the process of taking over 45 shares of Jakarta Outer Ring
Toll Road II Cibitung-Cilincing from its concession holders’ partners. At the same time, IPC initiated cooperation
eforts to build new railway that will connect Tanjung Priok port to Nusantara Bonded ZoneKawasan Berikat
Nusantara KBN and to Cikarang industrial zone which located on the side of JORR 2 toll access.
On sea transport mode, IPC plans to utilize existing waterway which extends 40 km from Tanjung Priok to
Cikarang Industrial zone, West Java Cikarang-Bekasi-Sea with estimated cost of less than Rp 1 trillion. This canal
will turn into transportation channel that can be used by barges with maximum 150 containers load capacity. IPC
will also build barge terminal in Cikarang area Cikarang inland waterway. This initiative is part of the eforts to
reduce the use of trucking from seaport to industrial zone as heavy congested traic in the city costs a lot.
Sea Toll Opportunity
The Government has pledged maritime axis and sea toll in order for Indonesia as maritime country to stand parallel
to other countries in the world. IPC greatly supports the idea, especially to reduce persistently high domestic
logistic cost.
Currently, a study by the World Bank revealed that Indonesia’s logistic cost took up 24.6 of its GDP.
Compared to other Asian countries, logistic cost in Indonesia is the highest. The biggest portion of the high
logistic cost is due to high stock inventory and dominant land transport mode. Land transport mode cost 10 times
more expensive than sea transport mode.
LAPORAN DIREKSI |
REPORT FROM THE BOARD OF DIRECTORS
IPC • Laporan Tahunan
2014 Annual Report
41
IPC in Brief
Company Profile Management Discussion Analysis On Company Performance
Corporate Governance
Merespon konsep tol laut tersebut, gagasan reformasi logistik kemaritiman yang disampaikan oleh IPC
menyentuh hal-hal yang mendasar bagi perbaikan layanan dan fasilitas serta
quick wins. Di antaranya, meliputi perbaikan
hard and soft infrastructure , konigurasi ulang
lahan pelabuhan serta penambahan alat yang dapat meningkatkan kapasitas di Pelabuhan. Sebagai salah
satu contoh, kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2009 sebesar 3,6 juta TEUs dengan proyeksi pada
tahun 2015 akan menjadi 10 juta TEUs, hanya dengan melakukan rekonirgurasi lahan dan perbaikan dari sisi
operasi. Berarti mengalami peningkatan sebesar 178 dibandingkan sebelumnya.
Saat ini IPC, telah melakukan perbaikan baik dari sisi soft dan hard infrastructure. Untuk sisi
soft infrastructure, merupakan hal yang tidak kalah penting dan langkah
paling cepat yang dapat dilakukan, mulai dari change
management, sistem birokrasi yang disederhanakan hingga penyediaan truck booking system, sistem
pengelolaan kontainer OPUS, Auto Gate serta layanan pelabuhan 247 bagi semua pihak dan instansi yang
terlibat di dalamnya.
Sedangkan dari sisi hard infrastructure, IPC mencanangkan
pembangunan pelabuhan baru, pengembangan pelabuhan yang ada serta
re-modeling pelabuhan yang ada dimana program ini membutuhkan dana kurang lebih
Rp 31,41 triliun untuk periode 2015-2019. Perseroan juga telah menyelesaikan 4 studi lanjutan
soft side dari tahun sebelumnya. Detail dari studi dan program
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Economic impact of infrastructure and equipment development in IPC towards regional and national