commit to user
136
dikemudian hari. Hal ini terbukti pada tuturan yang disampaikan oleh pendeta setiap hari minggu jangan lupa beribadah dan berbakti kepada Tuhan Yesus Kristus kerena
seminggu ini Tuhan telah menjaga dan melindungi kita dari para bahaya sekarang sampai selama-lamanya. Tuturan tersebut menjadi karakteristik pemakaian tindak
tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Pendeta tidak memakai tuturan tersebut untuk menutup khotbahnya dalam bahasa Batak Toba di
Gereja HKBP Solo. Tuturan penutur mengajak mitra tuturnya untuk yakin dan percaya memilih
Tuhan sekarang sampai selama-lamanya pada akhir khotbahnya. Hal ini terbukti pada tuturan ‘Sekali lagi saya akan mengajak saudara-saudari untuk tidak ragu-ragu
memilih Tuhan Yesus sebagai penolong dan penopang bagi hidup kita sekarang sampai selama-lamanya. Tuturan tersebut menjadi karakteristik pemakaian tindak
tutur bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Tuturan tersebut tidak diucapkan oleh pendeta saat berkhotbah, tetapi ketika pendeta memberi sambutan dalam khotbah
bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.
C. Jenis-Jenis Tindak Tutur yang Dominan Dalam Khotbah Bahasa Batak
Toba di Gereja HKBP Solo
Dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo terdapat tujuh bentuk tindak tutur, ketujuh bentuk tindak tutur tersebut adalah tindak tutur Fatis
phatic
, performatif
performative
, komisif
commissive
, ekspresif
expressive
, verdiktif
verdictive
, asertif
assertive
dan direktif
directive
. Ada 61 subtindak tutur yang ditemukan dari ketujuh tindak tutur tersebut. Enam puluh satu subtindak
tutur tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
commit to user
137
1. Tindak tutur fatis terdiri atas 3 subtindak tutur, yakni; ‘menghormati’,
‘mengucapkan salam’ dan ‘menyapa’. 2.
Tndak tutur performatif terdiri atas 3 subtindak tutur, yakni; ‘menyatakan’, ‘memutuskan’, dan ‘mangabulkan’.
3. Tindak tutur komisif terdiri atas 6 subtindak tutur, yakni; ‘menawarkan’,
‘berjanji’, ‘bertanya’, ‘bersumpah’, ‘mengklaim’, dan ‘menyetujui’. 4.
Tindak tutur ekspresif terdiri atas 7 subtindak tutur, yakni; ‘bersimpati’, ‘mengakui’, ‘memuji’, ‘bersyukur’, m`eminta maaf’, dan ‘menolak’.
5. Tindak tutur verdiktif terdiri atas 10 subtindak tutur, yakni; ‘mengucapkan
selamat datang’, ‘memberi semangat’, ‘mendukung’, ‘berterima kasih’, ‘memberi
kesanggupan’, ‘menyangkal’,
‘berpasrah’, mengkritik’,
‘mengharap’, dan ‘membela’. 6.
Tindak tutur asertif terdiri atas 15 subtindak tutur yakni; ‘memberitahu’, ‘mengatakan’,
‘meyakinkan’, ‘mengibaratkan’,
‘memastikan’, ‘menyangsikan’,
‘membenarkan’, ‘menyebutkan’,
‘melaporkan’, ‘menunjukkan’,
menjelaskan’, ‘mengumumkan’,
‘memamerkan’, menyampaikan’, dan ‘menegaskan’.
7. Tindak tutur direktif terdiri atas 17 subtindak tutur, yakni; ‘melarang’,
‘menasehati’, ‘memarahi’,
‘memohon’, ‘meminta’,
‘mengarahkan’, ‘mempersilahkan’, ‘merayu’, ‘membujuk’, ‘menyarankan’, ‘menegur’,
‘mengharuskan’, ‘menyuruh’,
‘mengajak’, ‘menginstruksikan’,
‘mengingatkan’, dan ‘menganjurkan’. Berdasarkan uraian di atas jenis tindak tutur yang dominan dalam khotbah
Bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo adalah tindak tutur direktif terdiri atas 17 subtindak dan tindak tutur asertif terdiri atas 15 subtindak tutur. Ketujuh belas
commit to user
138
subtindak tutur dan kelima belas subtindak tutur tersebut yang paling dominan dalam Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo adalah subtindak tutur ‘meminta’
yang paling dominan dalam tindak tutur direktif. Dalam hal ini, penutur berkedudukan sebagai pendeta untuk menyampaikan firman Tuhan kepada seluruh
umat manusia baik sekarang maupun untuk selama-lamanya khususnya bagi jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo. Pendeta meminta kepada mitra tutur jemaat untuk
melakukan sesuatu agar diberi atau mendapatkan sesuatu dari orang lain, biasanya dilakukan oleh orang yang berstatus sosialnya lebih tinggi kepada orang yang
berstatus sosialnya lebih rendah. Jadi subtindak tutur ‘meminta’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk melakukan sesuatu supaya diberikan atau
mendapatkan sesuatu dari mitra tutur. Data-data berikut untuk menjadikan lebih jelas tentang subtindak tutur ‘meminta’.
a. Data dari Khotbah
102 Sai burju ma ho rasirasa mate; dung i lehononku ma tu ho tumpal hangoluan i “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan aku akan
mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” 103 Haburjuhon ma paralohon haporseaon na denggan i; tangkup ma
hangoluan salelenglelengna, ai tusi do ho dijou, jala diparhatopot ho do panindangion na denggan di jolo ni torop sitindangi. “Bertandinglah
dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar
yang benar di depan banyak saksi.”
b. Data dari Warta Jemaat 104 Sai pelehononku ma tu Ho pelean hamualateon, jala sai pajoujouanku
ma goar ni Jahowa “Aku akan mempersembahkan syukur kapada-Mu, dan akan menyerahkan nama Tuhan.”
105 Ganup ma nionjar ni roha, unang ma sian muruk manang sian na so tarjua; ai dihaholongi Debata do nalas roha mangalehon “Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang
memberi dengan sukacita.”
commit to user
139
D. Alasan Yang Mendasari Mengapa Tindak Tutur Direktif Lebih Dominan