Pelaksanaan Khotbah Bahasa Batak Toba

commit to user 46 amanat yang dipercayakan oleh Tuhan yang mesti dijunjung dan dijaga sebaik- baiknya bukan hanya saat ibadah berlangsung melainkan juga sesudahnya atau dalam kehidupan sehari-hari. Pendeta harus terus-menerus menyegarkan komitmennya bahwa pendeta dipanggil Tuhan menjadi gembala, pelayan, dan pemimpin. Sungguh suatu dosa besar jika dia malah menjadi perusak bagi orang-orang yang dipercayakan kepadanya. Sungguh suatu kejahatan yang keji dan mengundang kemurkaan Tuhan jika dia mengkhianati kepercayaan yang begitu tinggi yang diberikan jemaat, apalagi anak-anak dan remaja percaya kepadanya.

12. Pelaksanaan Khotbah Bahasa Batak Toba

Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dilakukan kebaktian kedua atau jam 09.30 WIB sedangkan pada kebaktian pertama digunakan bahasa Indonesia dan kadang-kadang bahasa Batak Toba. Penulis mengambil data dari kebaktian kedua, karena kebaktian kedua yang datang atau beribadah sebagian besar adalah ibu-ibu dan bapak-bapak dan sebagian anak remaja. Kebaktiannya selalu menggunakan bahasa Batak Toba. Sebelum masuk kedalam Gereja atau belum beribadah biasanya kaum ibu selalu bertanya dan berbincang-bincang antara ibu yang satu dengan ibu yang lain dengan menggunakan bahasa Batak Toba. Ada juga sebagian ibu-ibu menggunakan bahasa batak toba ada juga sebagdian menggunakan bahasa Jawa dan ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia. Peneliti mengambil data dari yang menggunakan bahasa Batak Toba. Khotbah di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Solo diselenggarakan dalam bahasa Batak Toba dan yang mendengarkannya adalah umat kristiani atau jemaat Batak Toba. Pelaksanaan Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dilakukan pada hari minggu. Kebaktian bahasa Batak Toba dilaksanakan kebaktian kedua commit to user 47 dengan tujuan untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada jemaat yang rindu akan bahasa Batak Toba untuk menggunakan dan mendengarkan bahasa ibunya. D. Kerangka Pikir Pendeta diobservasi dalam menyampaikan khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo. Hasil observasi tersebut adalah bentuk-bentuk tindak tutur bahasa Batak toba. Bermacam-macam bentuk tindak tutur tersebut dipengaruhi oleh penanda lingual. Dengan pengaruh penanda lingual tersebut akan menghasilkan istilah khas. Istilah khas tersebut akan menghasilkan karakteristik pemakaian tidak tutur bahasa Batak Toba. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui skema berikut ini: Kegiatan berkhotbah Tujuan Pendeta Karakteristik Pamakaian tindak tutur Bentuk- bentuk tindak tutur Istilah Khas Penanda lingual commit to user 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab metodologi penelitian ini dijelaskan secara singkat, yaitu a bentuk dan strategi penelitian, b lokasi penelitian, c sampel penelitian, d data dan sumber data, e teknik pengumpulan data, f validitas data, dan g teknik analisis.

A. Bentuk dan Strategi Penelitian

Sesuai dengan tujuan dan jenis permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yang menekankan kepada masalah karakteristik tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo, penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Peranan proses akan lebih jelas diteliti melalui hubungan bagian-bagiannya. Hal ini berkaitan erat dengan metode kajian distribusional Sutopo,2002: 102. Fatimah Djajasudarman 1993:16 menyatakan bahwa metode kualitatif dengan syarat deskriptif data yang dikumpulkan akan diukur tentang kualitatif dan prosesnya bukan jumlah dan frekuensinya. Menurut Sutopo 2002: 103 bahwa penelitian kualitatif deskriptif akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang teliti dan penuh makna dan lebih berharga dari pada sekedar pernyataan jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pengertian studi kasus adalah suatu laporan kejadian, situasi atau perkembangan yang lengkap dan teperinci. Penelitian yang menggunakan strategi penelitian kasus ini dapat disebut studi kasus terpancang sebab permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti terjun ke lapangan Sutopo,2002: 183. Penelitian ini