commit to user
25
d Maksim cara pelaksanaan
Maksim  ini  menghendaki  para  peserta  tutur  berbicara  langsung,  jelas,  dan tidak kabur.
Contohnya: 5
Padao sian naso mangantusi ‘Hindari ketidakjelasan’
6 Mangkatai ma denggan
‘Bicaralah dengan sopan’
7. Prinsip Sopan Santun
Leech  1993:80  berpendapat  bahwa  prinsip  kerja  sama  dibutuhkan  untuk memudahkan  penjelasan  antara  makna  dan  daya.  Penjelasan  demikian  sangat
memadai,  khususnya  untuk  memecahkan  masalah  yang  timbul  di  dalam  semantik yang  menggunakan  pendekatan  yang  berdasarkan  kebenaran.  Akan  tetapi,  prinsip
kerja sama itu sendiri tidak mampu menjelaskan mengapa orang sering menggunakan cara  yang  tidak  langsung  di  dalam  menyampaikan  maksud.  Prinsip  kerja  sama  juga
tidak bisa menjelaskan hubungan antara makna dan daya dalam kalimat nondeklaratif. Untuk  mengatasi  kelemahan  itu, Leech  mengajukan  prinsip  lain  di  luar  prinsip  kerja
sama, yang dikenal sebagai prinsip sopan santun. Prinsip  sopan  santun  memiliki  sejumlah  maksim,  yakni  1  maksim
kebijaksanaan, 2 maksim kemurahan, 3 maksim penerimaan, 4 maksim kerendahan hati,  5  maksim  kecocokan  dan  maksim  kesimpatian  Leech,  1993:  132;  Mey,1993:
67;  Wijana,  1996:  55.  Wijana  1996:  55  menjelaskan  bahwa  di  dalam mengungkapkan  maksim-maksim  dalam  prinsip  sopan  santun  diperlukan  bentuk
ujaran yang meliputi:
commit to user
26
1. Ujaran  komisif  yaitu  ujaran  yang  berfungsi  untuk  menyatakan  janji  atau
tawaran 2.
Ujaran impositif yaitu ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan
3. Ujaran  ekspresif  yaitu  ujaran  yang  dingunakan  untuk  menyatakan  sikap
psikologis pembicara terhadap suatu keadaan 4.
Ujaran  asertif  yaitu  ujaran  yang  digunakan  untuk  menyatakan  kebenaran proposisi yang diungkapkan.
Di  dalam  percakapan,  penutur  harus  menyusun  tuturannya  sedemikian  rupa agar  mitra  tuturnya  sebagai  individu  merasa  diperlakukan  secara  santun.  Dalam  hal
ini, prinsip sopan santun dapat dipakai sebagai tuntunan cara bertutur secara santun. Maksim-maksim dalam prinsip sopan santun satu persatu akan dideskripsikan
sebagai berikut. a. Maksim Kebijaksanaan
Gagasan  dasar  maksim  kebijaksanaan  dalam  prinsip  sopan  santun  adalah bahwa  para  peserta  pertuturan  hendaknya  berpegang  pada  prinsip  untuk  selalu
mengurangi  keuntungan  diri  sendiri  dan  memaksimalkan  keuntungan  pihak  lain. Orang  yang  bertutur  berpengang  dan  melaksanakan  maksim  kebiasaan  akan  dapat
dikatakan sebagai orang santun. Untuk lebih memperjelas pernyataan ini dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini:
7 Pn
: Beta hita allang indahan goreng on ‘Ayo dimakan nasi gorengnya’
Mn : Ago tabonai poang. Ise do mambaen indahan goreng on, oma?
‘ Wah enak sekali. Siapa yang membuat nasi goreng ini, Bu?’
commit to user
27
Di  dalam  tuturan  7  tampak  jelas  bahwa  tuan  rumah  penutur  sungguh memaksimalkan keuntungan bagi tamu mitra tutur dengan menawarkan nasi goreng.
Demikian  sebaliknya,  tamu  ingin  memaksimalkan  keuntungan  bagi  tuan  rumah dengan memuji rasa nasi goreng yang enak dan menanyakan siapa yang membuat nasi
goreng itu. Dengan demikian, kedua penutur dan mitra tutur tersebut saling berusaha lebih mementingkan orang lain.
Contah  tuturan  lain  dapat  dilihat  di  bawah  ini.  Tuturan  ini  dituturkan  oleh seorang suami kepada istrinya yang mengenakan gaun barunya. Di dalam tuturan 8
ini  tampak  jelas  bagaimana  mereka  saling  memaksimalkan  keuntungan  bagi  mitra tuturnya.
8 Pn
: Ago Gatteng hian doho mamakke baju i. Lomo rohakku mangidai. ‘Aduh Tampan banget kamu pakai baju itu. Aku suka melihatnya.’
Mt : Bah, oma, anakkon nise doi?
‘Ah, mama. Anak siapa sih?’
b Maksim Kemurahan  kedermawanan
Dengan  maksim  kemurahan  atau  kedermawanan,  para  peserta  pertuturan diharapkan  dapat  menghormati  orang  lain.  penghormatan  terhadap  orang  lain  akan
terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya dan memaksimalkan keuntungan  bagi  pihak  lain.  Kunjana  Rahardi  2000:  59  menjelaskan  maksim  ini
dengan memberikan contoh tuturan berikut ini: 9
Pn : Mari saya cucikan baju kotormu. Pakaianku tidak banyak kok yang
kotor. Mt
: Tidak usah, kak. Nanti siang saya akan mencuci juga kok. Dari tuturan 9 yang disampaikan si penutur di atas, dapat dilihat dengan jelas
bahwa  dia  berusaha  memaksimalkan  keuntungan  pihak  lain  dengan  cara
commit to user
28
menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotornya mitra tutur.
c. Maksim Penerimaan Taringan  dalam  Kunjana  Rahardi,  2000:  57  menerjemahkan
approbation maxim
, yang pada subbab ini disebut maksim penerimaan, dan maksim penghargaan. Dengan  maksim  penghargaan,  orang  akan  dapat  dianggap  santun  apabila  dalam
bertutur  selalu  memberikan  penghargaan  kepada  pihak  lain.  Dengan  maksim  ini diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek peserta tutur lain yang
di  dalam  kegiatan  bertutur  akan  dikatakan  sebagai  orang  yang  tidak  sopan,  karena mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Untuk lebih menjelaskan
maksim ini, tuturan berikut ini akan memberikan gambaran. 10 Pn
: Oma, ahu nakkaning nungnga manapu lantai. ‘Bu, aku tadi sudah menyapu lantai.’
Mt :Bah,  denggan  nai.  Ido  ikkon  songoni  do  molo  anak
naringgas. ‘Wah, bagus sekali. Ya begitu dong jadi anak rajin.’
Di dalam tuturan 10 di atas tampak jelas bagaimana seorang ibu mitra tutur memberikan penghargaan kepada anaknya penutur yang menyapu lantai.
d. Maksim Kerendahan hati Kunjana  Rahardi  2000:62  menggunakan  istilah  maksim  kesederhanaan
untuk
modesty  maxim
.  Dalam  maksim  ini  peserta  tutur  diharapkan  dapat  bersikap rendah hati dengan mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan
sombong  bila  di  dalam  kegiatan  bertutur  selalu  memuji  diri  mengunggulkan  diri sendiri. Untuk memperjelas maksim ini perhatikan tuturan berikut ini.
commit to user
29
11 Pn : Annon ho da na gabe manuntun upacara.
‘Nanti kamu ya yang jadi Pembina upacara.’ Mt
: Ah masa ahu boi ‘Ah masa aku bisa.’
12 Pn : Annon ho da na gabe manuntun upacara
‘Nanti kamu ya yang jadi Pembina upacara.’ Mt
: Olo, ai ringgas do au mandok hata da. Ikkon denggan dapotna ‘Ya, Aku sering berpidato kok. Pasti baik hasilnya.’
Pada  tuturan  11  tampak  jelas  bagaimana  mitra  tutur  merendahkan  dirinya demi kesopanan. Bandingkan jika tuturan 11 di atas diubah menjadi tuturan 12
e. Maksim Kecocokan Untuk  maksim  ini  Kunjana  Rahardi  2000:  63  menggunakan  istilah  maksim
permufakatan.  Di  dalam  maksim  ini  ditekankan  agar  para  peserta  tutur  dapat  saling membina kecocokan atau kemufakatan antara penutur dan mitra tutur dalam kegiatan
bertutur. Dengan demikian mereka dapat dikatakan santun. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tuturan 13 dan 14 berikut ini.
13 Pn : Ruas sadarion godang ate.
“ Jemaat hari ini banyak juga. Mt
: Ido, tohodoi godang sadarion. “Ya, betul. banyak hari ini.
14 Pn : Ruas sadarion godang ate.
“ Jemaat hari ini banyak juga. Mt
: Ido, tohodoi apala sadarion. “Ya, betul. Memang satu hari ini.
Tuturan  mitra  tutur  pada  13  lebih  sopan  daripada  mitra  tutur  pada  14 karena dalam 14, mitra tutur memaksimalkan ketidakcocokannya dengan peryataan
commit to user
30
penutur.  Hal  ini  bukan  berarti  bahwa  orang  harus  setuju  dengan  sebuah  pernyataan yang  dikatakan  oleh  mitra  tuturnya.  Bila  tidak  setuju,  mitra  tutur  dapat  membuat
pernyataan ketidaksetujuan atau ketidakcocokan parsdial Wijana, 1996: 60. f. Maksim Kesimpatian
Maksim  Kesimpatian  ini  mengharuskan  setiap  peserta  pertuturan  untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada mitra tuturnya.
Jika  mitra  tutur  mendapatkan  kesuksesan  atau  kebahagiaan,  penutur  wajib memberikan  ucapan  selamat.  Bila  sebaliknya,  mitra  tutur  mendapatkan  kesusahan
atau  musibah,  penutur  layak  untuk  turut  berduka.  Untuk  memperjelas  maksim kesimpatian ini dapat dilihat contoh tuturan berikut ini.
15  Pn : Au di jalo jadi CPNS.
‘Aku diterima CPNS.’ Mt
: Bah ido Salamat, da Andigan pestana? ‘Oh,ya Selamat, Ya Kapan syukurannya?’
16  Pn : Boasa ho murhing. Naboha ho?
‘Kamu kok kelihatan sedih. Ada apa?’ Mt
: Dompethu mago. ‘Dompetku hilang.’
Pn :Age amang, alai, nungga bei unang pola pikkiri bei. Ingot ho
marsogot ujian semesteran. ‘Ya  ampun.  Tapi,  sudahlah  jangan  dipikirkan  dulu.  Ingat
kamu besok ujian semesteran.
8. Tipe Kalimat