commit to user
19
16. Genre, yaitu apakah berwujud puisi, atau khotbah, atau dialog dalam
persidangan pengadilan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan komponen tutur sebagai landasan
untuk menganalisis tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Solo.
4. Konteks Situasi Tutur
Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks Bambang Kaswanti, 1990: 14. Konteks yang dimaksud adalah segala latar
belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Dengan mendasarkan pada gagasan
Leech 1983: 13-14, Wijana 1996 menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan konteks situasi tutur. Konteks situasi tutur menurutnya
mencakup aspek-aspek, yaitu; 1 penutur dan lawan tutur, 2 konteks tuturan, 3 tujuan tuturan, 4 tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktifitas, 5 tuturan sebagai
produk tindak verbal Wijana, 1996: 10-11. Secara singkat masing-masing aspek situasi tutur itu dapat diuraikan sebagai
berikut. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle 1983, lazimnya dilambangkan dengan S yang berarti pembicara atau penutur dan H
yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur. Konteks diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang di asumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra
tutur serta yang mendukung interprestasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu di dalam proses bertutur. Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk
tindakan atau aktifitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik. Tuturan sebagai
commit to user
20
bentuk tindakan atau aktifitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik. Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal.
Melalui pemahaman terhadap konteks situasi tersebut akan dikenali maksud suatu tuturan, lalu dapat diidentifikasi kosakata atau istilah khusus sebagai penanda
tindak tutur. Halliday dan Ruqaiya Hasan dalam buku yang berjudul
Bahasa, Konteks, dan Teks
1994: 4 memberi batasan bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yaitu bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Teks dapat
berwujud tuturan atau tulisan-tulisan yang mempunyai kesatuan makna. Makna- makna itu dikodekan ke dalam kata-kata atau kalimat untuk dikomunikasikan.
Sebagai sesuatu yang mandiri, teks itu pada dasarnya adalah satuan makna. Teks bukan sesuatu yang dapat diberi batasan seperti sejenis kalimat, melainkan lebih
besar. Teks adalah suatu bentuk pertukaran makna yang bersifat sosial. Teks adalah
suatu bentuk pertukaran, dan bentuk teks paling dasar adalah percakapan, suatu interaksi antara pembicaraan dan pendengar. Percakapan merupakan jenis teks tempat
orang menggali secara optimal sumber-sumber bahasa yang mereka miliki, tempat mereka memunculkan hal-hal baru, dan tempat terjadinya perubahan-perubahan
sistem. Perubahan dan perkembangan dalam bahasa dapat ditemukan dalam teks-teks percakapan yang alami. Konteks percakapan sebagai salah satu jenis teks, merupakan
suatu proses pertukaran makna antar manusia Halliday dan Raquiya Hasan, 1994: 14- 15.
Untuk memahami konteks situasi, para pemakai bahasa harus mampu saling memperkirakan secara tepat makna yang akan muncul dalam sebuah pemakaian
commit to user
21
bahasa. Kemampuan memperkirakan itu sangat penting. Tanpa kemampuan itu, proses seluruhnya menjadi sangat lambat. Seluruh isi pembicaraan mungkin terlepas
jika pendengar tidak menyertakan perkiraan-perkiraan yang tepat yang bersumber dari konteks situasi. Konteks itu adalah teks sebelumnya. Kata-kata dalam sebuah
pembicara sering diterangkan oleh konteksnya, maka interprestasi terhadap tuturan atau pembicaraan di dalam sebuah teks diterangkan oleh tuturan sebelumnya Hasan
Lubis,1991: 94. Konteks situasi hanyalah merupakan lingkungan yang langsung. Masih ada
latar belakang lebih luas yang harus diacu dalam menafsirkan teks yaitu konteks budaya. Orang melakukan hal tertentu pada kesempatan tertentu dan memberinya
makna dan nilai. Inilah yang dimaksud kebudayaan Halliday dan Raqaiya Hasan, 1994: 63. Oleh karena itu, warga masyarakat dari kebudayaan tentu akan membentuk
konsep-konsep dan menemukan kecocokan dengan situasi atau kewajiban tertentu Ohoiwutun,1997: 83.
Dengan demikian, teks itu sendiri merupakan objek dan juga merupakan contoh makna sosial dalam konteks situasi tertentu. Teks adalah hasil lingkungannya,
hasil suatu proses pemilihan makna yang terus-menerus, yang membentuk suatu sistem kebahasaan. Oleh karena itu, konteks situasi merupakan suatu hubungan yang
sistematis antara lingkungan sosial di satu pihak, dengan organisasi bahasa yang berfungsi di lain pihak Halliday dan Raqaiya Hasan, 1994: 15-16.
5. Masyarakat Tutur