commit to user
98
Penutur pada tuturan 62 memberitahu kepada mitra tutur tentang hanya orang Kristen saja ada selamat hari paskah di tempat lain tidak ada, di tempat yang
lain hanya ada kelahiran tetapi kebangkitan tidak di temukan. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan mengibaratkan tempat
kelahiran kepada minta tutur atau kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo bahwa di tempat lain hanya ada kelahiran sedangkan kebangkitan tidak ditemukan
untuk itu penutur memberitahukan alangkah bahagianya dan bersuka cita kita karena Yesus rela mati dan di salipkan untuk menebus dosa-dosa manusia yang ada di dunia
ini dan kuasa Tuhan tidak terhitung nilainya.
e. Memastikan
Memastikan berarti menyakini apa yang diucapkannya benar-benar tidak meragukan. Jadi subtindak tutur ‘memastikan’ adalah tindak pertuturan yang
dilakukan penutur untuk menyakini tentang apa yang diucapkannya kepada mitra tutur sama sekali tidak meragukan. Tuturan yang berkaitan dengan subtindak tutur
‘memastikan’ dapat diamati pada contoh-contoh berikut. 63 Ai Aut na porsea hamu di si Musa, porsea ma hamu nang di Ahu, ai
taringot tu Ahu do disurathon. 64 Pn
: Sitiktik sigompa golanggolang pagarahutna otik sosadia pe na hupatupa hami sai godangma pinasuna.
Mn : Emmada tutu.
Penutur pada tuturan 63 dan 64 menyuruh mitra tutur untuk memastikan sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku,
sebab ia telah menulis tentang Aku. Begitu juga suatu bahan atau barang yang diikat dengan suatu gelang pengikat, demikian juga makanan yang kita sediakan sedikit
banyaknya kita berikan kepada tamu atau famili kita sebagai pertanda keakrapan kita kepada tamu tersebut, semonga makanan yang kita sediakan menjadi berkat untuk kita
commit to user
99
semuanya. Pertuturan yang dilakukan penutur untuk menyakini kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo tentang apa yang diucapkan atau disampaikan pengkhotbah
kepada jemaat atau mitra tutur sama sekali tidak meragukan, percayalah kepadanya dan mengakui bahwa kita sebagai ciptaanya pernah menerima berkat atau tidak. Kata
‘percayalah’ merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘memastikan’. Klausa tersebut disampaikan penutur dengan tidak ragu-ragu, karena mitra tutur adalah selalu
berusaha untuk mempercayainya dan mengakuinya. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa mitra tutur mempercayai dan mengakui bahwa Tuhan bekerja untuk
dia. Faktor yang menentukan terjadinya subtindak tutur ‘memastikan’ terletak pada keyakinan penutur terhadap mitra tutur.
f. Menyangsikan
Menyangsikan berarti meragukan sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Jadi subtindak tutur ‘menyangsikan’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur
untuk meragukan tentang sesuatu yang belum jelas kebenarannya berupa janji seseorang, kemampuan seseorang atau situasi yang kurang menentu. Tuturan yang
berkaitan dengan subtindak tutur jenis ini dapat diamati pada contoh-contoh berikut. 65 Olo do sipata songon na lilu rohatta ala penampakan oppugna na joloi gabe
didokkon ma gatarida oppungku hubereng kentayangan, gabe lilu ma hita molo adong kesaksian sisongoni.
66 Nakkaning sipitu dai hape saonari sidua dai, sidua dai adong rasana sapot- sapotna ima na parjolo tabo na paduahon gatio adong muse sapot-sapotna.
Penutur pada tuturan 65 kadang-kadang hati kita seperti tersesat, karena penampakan nenek kita yang dulu, jadi di katakan sudah kulihat nenekku
gentanyangan, jadi kita tersesat kalau ada kesaksian seperti itu, tidak bermaksud untuk mengurangi ucapan syukur kepada Tuhan yang telah disampaikan penutur
kepada mitra tutur, tetapi untuk menyangsikan kapan kita dipanggil Tuhan, Hal ini
commit to user
100
terbukti pada klausa
kita tidak mengetahui kapan kita dipanggil Tuhan
. Klausa yang disampaikan penutur tersebut merupakan subtindak tutur ‘menyangsikan’, karena
mitra tutur berjanji kepada penutur sebelum kita dipanggil Tuhan. Frasa-frasa yang disampaikan mitra tutur tersebut mengandung maksud bahwa mitra tutur siap kapan
dipanggil Tuhan dan memenangkan hati dan pikiran jemaat pada saat beribadah di Gereja HKBP Solo.
Sebagai faktor penentu terjadinya subtindak tutur ‘menyangsikan’ terletak pada ucapan mitra tutur yang berbeda dengan kenyataannya. Hal ini terbukti pada
frasa-frasa tidak mengetahui kapan kita dipanggil Tuhan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur atau jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo tersebut untuk
menjanjikan untuk bertobat dan mau menjadi pengikut Tuhan sekarang sampai selama-lamanya.
Penutur pada tuturan 66 bertanya kepada mitra tutur tentang tujuh rasa padahal sekarang dua rasa, dua rasa ada rasanya kelat, tajam, asam mengenai cita rasa
itulah yang pertama yang kedua sudah jernih ada juga kelat, tajam, asam mengenai citarasanya. Pertuturan yang disampaikan penutur untuk meragukan tentang sesuatu
yang belum jelas kebenarannya apa benar tujuh rasa, dua rasa atau hanya satu rasa saja air tersebut. Klausa yang disampaikan penutur tersebut bermaksud sangsi
terhadap jawaban mitra tutur, klausa tersebut merupakan penanda lingual subtindak tutur ‘menyangsikan’. Jawaban mitra tutur disangsikan oleh penutur, karena penutur
mengingat kegagalan pada jemaat yang tidak mempercayai dan mengakuinya, bahwa mitra tutur telah ingkar janji dengan mengatakan berhasil ternyata gagal. Kemudian
pada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo mitra tutur apa yang telah dipercayai dan diyakini dalam hidupnya apakah penutur sangsi terhadap mitra tutur tersebut.
commit to user
101
g. Membenarkan