Variasi bahasa dilihat dari segi penutur

commit to user 33 d Tipe Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Berdasarkan kelengkapannya kalimat digolongkan ke dalam kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap Moore, 1968:13. Kalimat lengkap adalah kalimat yang secara gramatikal lengkap, tetapi dari subjek dan predikat yang eksplisit, tidak diketahui oleh kata hubung, dan menyatakan pikiran yang lengkap. Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang secara gramatikal tidak lengkap, tetapi dalam konteks sudah mengkomunikasikan ide yang jelas. Dalam penelitian ini tipe atau bentuk kalimat akan dianalisis dilihat dari tujuan, klausa, bentuk, dan kelengkapan.

9. Klasifikasi Variasi Bahasa

Variasi bahasa dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa kriteria. Berikut ini akan diuraikan pembagiannya berdasarkan kriteria pembagian yang dikemukakan oleh Chaer dan Agustinus 1995:80.

a. Variasi bahasa dilihat dari segi penutur

Variasi bahasa berdasarkan penutur dapat dibedakan atas idiolek, dialek ada dialek areal, dialek reginaldialek geografi, kronolek dialek temporal, sosiolek dialek sosial yang mencakup : akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argon, ken, dan prokem. Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Idiolek seseorang akan berbeda dengan yang lain atau dengan kata lain setiap orang mempunyai idiolek sendiri-sendiri. Idiolek berkaitan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat dan sebagainya. Sebagai contoh idiolek pendeta Aruan lain dengan idiolek pendeta Panjaitan. Jenis yang kedua adalah dialek atau logat, yaitu variasi commit to user 34 bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Ragam ini diwarnai oleh lafal dan intonasi bahasa-bahasa setempat atau bahasa-bahasa kelompok etnik tertentu. Negara Indonesia yang terdiri dari beratus-ratus suku bangsa memiliki pula beratus-ratus bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama suku bangsa atau etnik tersebut. Dengan demikian, bahasa Indonesia bagi kebanyakan orang Indonesia merupakan bahasa kedua yang diperoleh setelah mereka memasuki sekolah formal. Dalam keadaan kebahasaan yang demikian, maka dapat dipahami jika orang Indonesia berbahasa Indonesia lisan maka bahasanya diwarnai oleh lafal dan intonasi bahasa daerah atau bahasa ibunya. Itulah terjadinya keragaman atau variasi bahasa Indonesia dalam bentuk logat-logat. Misalnya, bahasa Indonesia logat Medan atau Batak Toba, Bahasa Indonesia logat Sunda, Bahasa Indonesia logat Manado, Bahasa Indonesia logat Betawi, Bahasa Indonesia Jawa, dan sebagainya. Logat itu antara lain tampak juga pada aksen yang berbeda-beda. Variasi selanjutnya adalah kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang dingunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Bahasa Indonesia yang digunakan pada tahun empat puluhan dengan Bahasa Indonesia pada tahun enam puluhan, serta bahasa Indonesia tahun sembilan puluhan akan berbeda baik dari segi lafal, morfologi, maupun sintaksisnya. Yang paling tampak adalah dari segi leksikon, karena bidang ini mudah sekali berubah karena faktor sosial budaya maupun iptek. Berdasarkan penutur ini terdapat pula apa yang disebut sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah yang paling banyak commit to user 35 dibicarakan dan paling banyak menyita waktu karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Dari segi usia misalnya, dapat dibedakan bahwa variasi bahasa yang dipakai oleh kanak-kanak, remaja, atau orang dewasa pastilah akan berbeda. Perbedaan itu bukanlah berupa isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi, sintaksis, dan juga leksikonnya. Variasi bahasa yang digunakan oleh orang yang latar belakang pendidikannya berbeda juga akan tampak perbedaannya baik dalam pelafalan, kata-kata yang dipakai, atau kalimat-kalimatnya. Ragam bahasa yang digunakan oleh seorang wanita akan lain pula dengan variasi bahasa yang digunakan oleh seorang pria. Orang yang berlatar belakang buruh akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang berlatar belakang pekerjaannya di kantor, dan sebagainya. Berdasarkan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya dapat dijabarkan lagi ragam bahasa itu seperti akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argon, dan ken. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada variasi sosial lainnya. Misalnya bahasa Batak Toba yang dipergunakan para raja Batak Toba. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah. Contoh, bahasa batak “orang desa”. Variasi sosial yang lain adalah vulgar, yaitu variasi sosial yang ciri-cirinya tampak dari pemakaian bahasa oleh orang-orang yang kurang terpelajar. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia, yang biasanya digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu. Slang lebih banyak berkaitan dengan bidang kosa kata commit to user 36 daripada bidang fonologi atau gramatika karena kosa kata yang digunakan dalam ragam ini sering berubah-ubah. Ada pula yang menyebutkan ragam ini dengan istilah bahasa prokem. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kolokial merupakan bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Dalam bahasa Indonesia terdapat pula bentuk-bentuk kolokial seperti ndak, nggak, kok dan sebagainya. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok- kelompok sosial tertentu. Orang yang bukan kelompoknya akan kesulitan mengetahui maksud pembicaraan yang tengah berlangsung, namun sifatnya tidak rahasia seperti dalam slang . Contohnya ada bahasa kelompok montir, bahasa kelompok tukang, bahasa kelompok pedagang akan memiliki kosa kata- kosa kata yang hanya dikenal oleh kelompok tersebut. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia. Letak kekhususan argot adalah pada kosa kata. Misalnya dalam dunia kejahatan dikenal kata barang yang artinya “mangsa”, kacamata artinya “polisi”, daun artinya “uang” dan sebagainya. Ken cant adalah variasi sosial tertentu yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan di kalangan pengemis.

b. Variasi bahasa dilihat dari segi pemakaian atau fungsinya