commit to user
139
D. Alasan Yang Mendasari Mengapa Tindak Tutur Direktif Lebih Dominan
Digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tindak tutur direktif sangat dominan digunakan dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak
Protestan HKBP Solo dan frekuensi penggunaan tindak tutur yang paling rendah adalah tindak tutur performatif dan tindak tutur fatis.
Berkaitan dengan tindak tutur fatis yang hanya memiliki 3 subtindak tutur yaitu; memberi hormat, mengucapkan salam, dan menyapa. Tindak tutur fatis muncul
dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Solo karena pendeta menyampaikan khotbah dengan tujuan untuk menciptakan
hubungan yang lebih akrab antara penutur pendeta dengan mitra tutur jemaat. Tindak tutur performatif yang jumlah subtindak tuturnya sama dengan tindak
tutur fatis. Tindak tutur performatif yang hanya memiliki 3 subtindak tutur yaitu; menyatakan, memutuskan, dan mengabulkan. Hal ini wajar karena dalam khotbah
bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Solo tidak mungkin ditemukan subtindak tutur, misalnya mengancam, karena mengancam tidak
pernah di ajarkan pendeta kepada jemaat. Pendeta hanya memberitahukan, mengatakan, menasehati, mengingatkan, menghormati dan mengucapkan salam
kepada orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Di dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Solo tuturan-tuturan
yang terjadi untuk menarik untuk jemaat. Jumlah subtindak tutur komisif tidak begitu banyak jumlahnya, yaitu di atas
jumlah subtindak tutur pada tindak tutur fatis dan tindak tutur performatif. Hal itu wajar karena penutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo tidak
commit to user
140
akan menyampaikan tuturan yang pada akhirnya menyusahkan dirinya sendiri. Dalam hal ini, tindak tutur komisif penutur menyampaikan tuturan yang menyebabkan
penutur sendiri melakukan kegiatan, misalnya, berjanji, menyetujui, mengajukan, bertanya, dan menawarkan.
Berkaitan dengan tindak tutur ekspresif yang memiliki tujuh subtindak tutur adalah wajar. Dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo dijumpai
tuturan yang berisi pengakuan atas sesuatu yang telah terjadi sebelumnya, misalnya, bersimpati, mengakui, memuji, bersyukur, meminta maaf, menolak dan merestui.
Jumlah subtindak tutur pada tindak tutur verdiktif cukup banyak, yaitu di atas jumlah subtindak tutur pada tindak tutur ekspresif. Hal itu juga wajar karena tindak
tutur verdiktif adalah tindak tutur dimana penutur memberikan penilaian atas apa yang telah dikerjakan mitra tuturnya. Dalam hal ini, penutur berkedudukan sebagai
pendeta untuk menyampaiakan khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo yang banyak memberikan penilaian kepada jemaat ketika menyelenggarakan ibadah
dengan tujuan agar mitra tutur yang berkedudukan sebagai jemaat mengetahui dan tertarik mendengarkan firman Tuhan yang telah disampaikan oleh pendeta. Berkaitan
dengan tindak tutur asertif cukup banyak walaupun jumlahnya masih di bawah jumlah subtindak tutur pada tindak tutur direktif adalah wajar. Hal itu wajar karena tindak
tutur asertif adalah dimana penutur memakai bahasa untuk menyatakan kebenaran dengan tujuan memberikan informasi. Dalam hal ini, penutur berstatus sosial sebagai
pendeta yang mempunyai tugas untuk menyampaikan firman Tuhan kepada jemaat yang takut akan Tuhan. Penutur pendeta berusaha memberikan Firman Tuhan
kepada mitra tutur yang berkedudukan sebagai jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo.
commit to user
141
Tuturan pada khotbah yang disampaikan pendeta kepada jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo menjadi karakteristik pemakaian tindak tutur bahasa Batak Toba.
Karakteristik pemakaian tindak tutur di Gereja HKBP Solo terdapat satu macam yaitu; karakteristik pemakaian tindak tutur untuk khotbah bahasa Batak Toba yang
disampaikan pendeta kepada Jemaat. Pendeta menyampaikan khotbahnya bukan sebagai sarana menghibur jemaat yang ada di Gereja HKBP Solo, tetapi khotbah itu
sebagai sarana untuk mengajar iman Kristen. Mengajar iman Kristen adalah khotbah yang berisi sesuatu yang terpenting yang harus dipegang di dalam iman dan
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, iman Kristen adalah ajaran yang paling penting yang membentuk iman, karakter dan kehidupan sehari-hari kita sebagai umat-
Nya di dunia ini. Pendeta dan jemaat berani mengaku di depan umum sebagai seorang Kristen bahkan melayani Tuhan. Meskipun tidak semua jemaat tersebut beriman
beres, gereja tetap perlu mengajar karena Alkitab mengajar hal tersebut 2Timotius. 4:1 Di hadapan Allah dan kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan
yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya. 2Timotius. 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Hal ini pun diajarkan Alkitab 1Timotius. 4:16
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua
orang yang mendengar engkau. Seorang pengkhotbah dituntut untuk tidak terlalu terpaku pada naskah
khotbah, Karena pengkhotbah adalah seseorang yang menyampaikan berita Firman kepada jemaat dan secara otomatis pengkhotbah harus banyak berinteraksi dengan
jemaat misalnya dengan sering menatap jemaat yang dia layani. Pengkhotbah juga
commit to user
142
bukan hanya tidak terpaku pada naskah khotbah saja, pengkhotbah juga menyampaikan isi khotbah yang bermutu. Artinya, ada suatu struktur yang jelas di
dalam khotbahnya, bukan asal-asalan. Bukan hanya itu saja, si pengkhotbah juga dituntut luas menyampaikan khotbah berarti si pengkhotbah harus memberikan
intonasi suara yang lebih jelas ketika ia menekankan sesuatu yang perlu ditekankan di dalam khotbahnya. Intonasi suara harus jelas dimaksudkan agar jemaat berkonsentrasi
pada penekanan tertentu dari si pengkhotbah dan juga agar jemaat tidak mengantuk. Khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP
Solo dilakukan kebaktian kedua jam 09.30 Wib karena penutur bertujuan untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada jemaat yang rindu akan bahasa
Batak Toba. Di dalam memahami makna tuturan pendeta dalam bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo harus diperhatikan konteks tuturan yang dipakai oleh pendeta.
Dengan demikian diharapkan diperoleh hasil yang lebih baik dalam memahami makna tuturan di dalam setiap menyampaikan khotbah bahasa Batak Toba di Gereja
HKBP Solo. Pendeta penutur biasa mengucapkan salam pembuka dan salam penutup
pada khotbahnya dalam bahasa Batak Toba. Salam pembuka dipakai pendeta untuk mengawali khotbahnya misalnya syalom atau selamat hari minggu saudara-saudari
yang terkasih di dalam Tuhan. Salam penutup digunakan pendeta untuk mengakhiri khotbahnya, seperti terima kasih Tuhan karena engkau telah memberikan berkatmu
selama ini kepada hambamu sekarang sampai selama-lamanya Tuhan.
commit to user
143
Pembahasan
Dalam subbab ini akan dibahas hasil-hasil penelitian yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Dalam penelitian ini mencakup temuan yang berkaitan dengan
penerapan tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Solo seperti: jenis-jenis tindak tutur dalam khotbah bahasa
Batak Toba, karakteristik pemakaian tindak tutur dalam khotbah bahasa Batak Toba, Jenis tindak tutur apa yang menjadi dominan dalam khotbah bahasa Batak Toba,
Mengapa tindak tutur tertentu lebih dominan dibandingkan dengan tindak tutur lainnya dalam khotbah bahasa Batak Toba di Gereja HKBP Solo.
A. Penerapan Tindak Tutur