mengkombinasikan Teori Lokasi dengan Teori Ekonomi, baik Mikro maupun Makro. Perkembangan ini selanjutnya mendorong timbulnya analisa ekonomi
spasial yang kemudian menjadi dasar utama bagi munculnya Ilmu Ekonomi Regional yang menekankan analisanya pada pengaruh aspek lokasi dan ruang
terhadap pengambilan keputusan sosial, ekonomi dan bisnis. Upaya ini dilakukan dalam rangka mewujudkan analisa ekonomi yang lebih kongkret dan realistis
sesuai kondisi geografi pada wilayah yang bersangkutan Sjafrizal, 2008.
2.4.3.1 Faktor Penentu Pemilihan Lokasi Kegiatan EkonomiIndustri
Formulasi teori lokasi dan analisa spasial dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi kegiatan ekonomi, baik
pertanian, industri dan jasa. Disamping itu, pada umumnya faktor yang dijadikan dasar perumusan teori adalah yang dapat diukur agar menjadi lebih konkret dan
operasional. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa dalam kenyataannya pemilihan lokasi tersebut tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi saja, tetapi
juga oleh faktor budaya maupun kebijakan Pemerintah. Proses produksi yang berbeda membutuhkan kombinasi input yang berbeda juga Chapman, 2009.
Pabrik besi dan baja, misalnya, adalah pengguna utama energi, sedangkan tenaga kerja jauh lebih penting dalam struktur biaya pabrik Garmen sehingga kriteria dan
penilaian untuk industri yang berbeda juga memiliki perbedaaan. Menurut Chapman 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pendapatan, kelompok biaya dan irisan dari kelompok pendapatan dan biaya yang berarti faktor tersebut dapat
memiliki baik implikasi pendapatan maupun biaya. Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok biaya cost adalah bahan baku, energi, lahantapak, tenaga kerja,
dan kapital. Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok pendapatan adalah pasar dan kompetisi. Sementara yang dapat dikatagorikan sebagai faktor dalam
kelompok biaya maupun pendapatan adalah ongkos angkut, infrastruktur, aglomerasi dan kebijakan publik.
Sjafrizal 2008 mengidentifikasi secara umum terdapat 6 enam faktor ekonomi utama yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi. Faktor-
faktor tersebut antara lain ongkos angkut, perbedaan upah antar wilayah,
keuntungan aglomerasi, konsentrasi permintaan, kompetisi antar wilayah, serta harga dan sewa tanah.
Ongkos angkut atau biaya transportasi merupakan faktor atau variabel utama yang sangat penting dalam pemilihan lokasi dari suatu kegiatan ekonomi.
Biaya transportasi sendiri memiliki kontribusi terhadap total biaya produk yang cukup besar. Hampir 30 persen dari total harga pokok produk agroindustri
merupakan biaya distribusi dan transportasi Beenhakker, 2010. Hal ini terutama sangat dirasakan pada kegiatan agroindustri maupun pertambangan yang
umumnya baik bahan baku maupun hasil produksinya cukup berat sehingga pengangkutannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Sebagaimana yang diidentifikasi oleh Chapman 2009, Resmini 2003, Singhal dan Kapur 2002, Karaev, Koh et al. 2007, Dhingra, Singh et al.
2009, Schiele 2008 maupun Sjafrizal 2008, faktor penting lainnya yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi adalah besar kecilnya
keuntungan Aglomerasi Agglomeration Economics yang dapat diperoleh pada lokasi tertentu. Keuntungan Aglomerasi diperoleh apabila terdapat kegiatan
ekonomi yang saling terkait satu sama lainnya yang terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan ini dapat berbentuk kaitan karena bahan baku
backward linkages dan kaitan dengan pasar forward lingkages. Bila keuntungan tersebut cukup besar, maka perusahaan akan cenderung memilih
lokasi kegiatan ekonomi terkonsentrasi dengan kegiatan lainnya yang saling terkait. Pemilihan lokasi akan cenderung tersebar bila keuntungan aglomerasi
tersebut nilainya relatif kecil Head, Ries et al., 1994. Menurut Sjafrizal 2008, keuntungan aglomerasi dapat muncul dalam 3
tiga bentuk. Pertama adalah keuntungaan skala ekonomi economics of scale yang terjadi karena baik bahan baku maupun pasar sebagian telah tersedia pada
perusahaan terkait yang ada pada loksasi tersebut. Biasanya keuntungan diukur dalam bentuk penurunan biaya produksi rata-rata bila bila berlokasi pada suatu
konsentrasi industri. Kedua, adalah keuntungan lokalisasi localization economies
yang diperoleh dalam bentuk penurunan penghematan ongkos angkut baik pada bahan baku maupun hasil produksi bila memilih lokasi pada
konsentrasi tertentu. Ketiga, adalah keuntungan karena penggunaan fasilitas secara bersama urbanization economies seperti listrik, gudang, armada
angkutan, air dan lainnya. Biasanya keuntungan ini diukur dalam bentuk penurunan biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan fasilitas itu secara bersama.
2.4.3.2 Teori Lokasi Von Thunen
Jika ekonomi modern dimulai oleh Adam Smith, ekonomi lokasi modern dimulai oleh Von Thünen 1826. Dia adalah orang pertama yang mengembangkan model
analitis dasar yang mengkaitkan antara pasar, produksi, dan jarak. Untuk tujuan ini ia mengkaji komoditas pertanian Rodrigue, 2011. Kegiatan pertanian yang
paling produktif ternyata berada paling dekat dengan pasar dan kegiatan tidak cukup produktif berjarak lebih jauh. Dalam modelnya, Von Thunen membuat
asumsi sebagai berikut Peet, 1970: a Wilayah analisis bersifat terisolir isolated state sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kotadaerah lain; b
Tipe pemukiman padat di pusat wilayah pusat pasar dan makin kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah; c Seluruh wilayah model memiliki iklim,
tanah dan topografi yang sama; d Fasilitas pengangkutan sesuai dengan jamannya dan seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa; e
Kecuali perbedaan jarak ke pusat pasar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah seragam dan konstan.
Berdasarkan asumsi diatas, selanjutnya Von Thunen mencoba menggambarkan keterkaitan antara jarak ke pusat pasar wilayah dengan sewa
tanah Jäger, 2009 seperti pada Gambar 2-12.
Gambar 2-12 Kurva Perbedaan Sewa Tanah sesuai dengan Perbedaan Jarak ke Pasar
Jarak dari pasar D S
e w
a tan ah
C Biaya sewa dari
hasil negoisasi
Berdasarkan teori tersebut, diyakini bahwa semakin menguntungkan sebuah kegiatan, maka kegiatan tersebut akan semakin mendekati pusat pasar
wilayah sebagaimana yang digambarkan dalam diagram yang disebut diagram cincin Von Thunen Peet, 1970 pada Gambar 2-13.
KETERANGAN P
=
Pasar Cincin 1
=
Pusat industri Cincin 2
=
Pertanian intensif Cincin 3
=
Wilayah hutan Cincin 4
=
Pertanian ekstensif Cincin 5
=
Peternakan Cincin 6
=
Pembuangan sampah
Gambar 2-13 Diagram Cincin Von Thunen
Penggunaan lahan pada saat ini mungkin tidak sepenuhnya mengikuti atau berkelompok persis sama dengan cincin yang digambarkan oleh Von Thunen
Shieh, 1992. Namun demikian, konsep Von Thunen bahwa sewa tanah sangat mempengaruhi jenis kegiatan yang mengambil tempat pada lokasi tertentu masih
berlaku dan hal ini mendorong terjadinya konsentrasi kegiatan tertentu pada lokasi tertentu Fujita, 2012.
2.4.3.3 Teori Lokasi Weber
Alfred Weber adalah seorang ahli ekonomi Jerman yang pertama kali menganalisis lokasi yang terkait dengan industri Gorter dan Nijkamp, 2001.
Kalau Von Thunen memilih objek pada pertanian, Weber mengkaji industri Baja pada saat dimulainya revolusi industri di Jerman. Weber mendasarkan teorinya
bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya Louveaux, Thisse et al., 1982. Weber mengatakan bahwa lokasi setiap industri
tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan
P 1
2 3
4 5
6