141
Gambar 4-15 Peta Wilayah Kabupaten Kutei Timur
4.2.2 Potensi dan Luas Lahan Perkebunan
Kelapa sawit adalah salah satu dari beberapa tanaman palma penghasil minyak. Berdasarkan data agroklimat, tanaman kelapa sawit sangat cocok ditanam dan
diusahakan baik oleh perorangan, kelompok maupun perusahaan. Kesesuaian agroklimat dan ketersediaan lahan disertai dengan kemudahan-kemudahan
regulasi yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah, tampaknya berhasil mengundang minat investor untuk berusaha di bidang kelapa sawit di Kabupaten
Kutei Timur. Kehadiran investor berusaha pada komoditi kelapa sawit akan memberikan
pengaruh signifikan, hal ini ditandai dengan tingginya animo masyarakat untuk berusaha di bidang kelapa sawit di Kabupaten Kutei Timur.
Pengembangan pertanian khususnya komoditas kelapa sawit merupakan program strategis yang menjadi prioritas pembangunan ekonomi bagi Pemerintah
Daerah Kutei Timur dan didukung oleh Pemerintah Pusat melalui Program Percepatan
Ekonomi MenkoEkuin,
2011 dan
Sistem Logistik
NasionalTamboen, Dewandhono et al., 2008 , yang dikenal dengan “Sejuta
Hektar Kelapa Sawit” di Kabupaten Kutei Timur. Sejak dicanangkan tahun 2005 hingga 2010, luas tanaman kelapa sawit sudah mencapai 181.282,97 ha BPS,
142
2011 dengan produksi TBS sebanyak 1.005.079,71 ton. Sentra tanaman kelapa sawit di Kutei Timur berada di Kecamatan Wahau dengan luas 8.538,85 ha,
Kecamatan Kaubun 6.185 ha dan Kecamatan Bengalon 5.020,39 ha. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Kutei Timur berdasarkan data
BPS 2011 sebagian besar bekerja di bidang Pertanian 54,1, sisanya bekerja di sektor lain yaitu Pertambangan 12,8, Industri 2,4, Listrik dan Air Minum
1,0, Konstruksi 2, Perdagangan, Hotel dan Restoran, 12,3, Angkutan dan Komunikasi 2,3, Keuangan 1,4 dan Jasa 11,7.
Sesuai dengan kondisi wilayah, agroklimat serta budaya masyarakat di Kabupaten Kutei Timur, pengembangan komoditi perkebunan kelapa sawit dari
hulu sampai hilir sangat menjanjikan, terlebih lagi adanya dukungan dari Pemerintah, Swasta dan Perbankan.
Perkembangan luas areal dari tahun ke tahun tampaknya tidak diikuti oleh sarana pengolahan, sehingga tanaman kelapa sawit rakyat walaupun telah
berproduksi masih kesulitan dalam proses pengolahan dan pemasaran. Masyarakat petani belum memperoleh peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi dalam
kegiatan off-farm dan hanya terbatas pada on-farm. Demikian juga pesatnya pertumbuhan perkebunan kelapa sawit belum ditunjang oleh infrastruktur
pelabuhan yang memadai untuk saat ini sehingga pabrik-pabrik minyak kelapa sawit yang ada banyak yang harus membawa hasil produksinya ke pelabuhan di
luar kabupaten Kutei Timur yang berjarak jauh dari lokasi pabrik dengan konsekuensi biaya produk menjadi lebih tinggi akibat biaya transportasi.
Bertitik tolak dari kekurangan dan permasalahan diatas, maka untuk meningkatkan nilai tambah pada kegiatan off-farm sekaligus meningkatkan
pendapatan petani, langkah implementasi yang dilakukan adalah mendirikan atau mengembangkan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit. Pabrik pengolahan
kelapa sawit yang didirikan dalam rangka mendukung dan memberikan nilai tambah pada usaha perkebunan kelapa sawit rakyat atau kelompok tani akan dapat
mengisi pasar domestik, sedangkan CPO yang dihasilkan oleh Perkebunan Besar Swasta untuk tujuan ekspor.