6
b. Dengan melakukan penyesuaian terhadap model yang dibangun, diharapkan tidak hanya komoditas agroindustri minyak kelapa sawit yang
dapat merasakan manfaatnya, tapi juga komoditas agroindusti lainnya. c. Memberikan kontribusi pendekatan baru dalam metode pengembangan
industri, perencanaan dan perancangan fasilitas industri dan transportasi.
1.5 Kebaharuan Penelitan
Dalam “Cetak Biru Penataan Dan Pengembangan Sektor Logistik Indonesia” Tamboen, Dewandhono et al., 2008, kelapa sawit merupakan komoditas penentu
key commodities yang menjadi prioritas untuk dikelola karena merupakan salah satu comparative advantage yang dimiliki oleh Indonesia dan sangat potensial
untuk dikembangkan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini yang terkait dengan pengembangan komoditas dan industri kelapa sawit nasional
sebagian besar masih terfokus pada kebijakan dan keputusan-keputusan strategis dengan menggunakan model-model yang relevan. Keberhasilan pengembangan
sebuah industri dan sistem logistiknya bagaimanapun akan ditentukan oleh aspek teknis dan operasional yang terkait. Karakteristik komoditas dari kelapa sawit
yang bersifat perishable dan membutuhkan waktu yang cepat menuju ke fasilitas pengolahan dengan realitas kondisi infrastruktur dan jaringan transportasi yang
ada, belum dipertimbangkan dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kinerja dari agroindustri khususnya agroindustri kelapa sawit sangat
ditentukan oleh kemampuan dalam mengelola permasalahan kritikal ini. Asumsi linier baik yang terkait dengan produk maupun jaringan transportasi yang
dilakukan dalam memodelkan permasalahan ini potensial akan menghasilkan keputusan yang salah. Penelitian ini memberikan kontribusi dengan menyediakan
sebuah model berbasis spasial dan multi periode yang mempertimbangkan atribut spasial dan non spasial dari Kebun Kelapa Sawit KKS, Pabrik Minyak Kelapa
Sawit PKS, Industri Hilir, jaringan jalan, dan lahan serta interaksi spasial dari masing-masing entitas yang terlibat. Karakteristik dari bahan baku maupun
produk agroindustri yang bersifat perishable dan realitas tidak seragamnya kondisi jaringan transportasi yang ada juga diakomodasi pada model yang
dikembangkan. Penggunaan model yang dibangun penulis ini secara efektif, akan dapat meningkatkan kinerja usaha dari agroindustri kelapa sawit.
7
Dalam pengembangan industri dan logistik, termasuk dalam hal ini penentuan jenis dan letak geografis dari fasilitas, jaringan infrastruktur pendukung
kegiatan pelabuhan, jalan raya, dan lain-lain, kebijakan-kebijakan yang ada harus dapat dioperasionalkan lagi dengan menentukan interaksi spasial antar
entitas yang terlibat berupa volume dan arus barang yang terkait dengan komoditas penentu dan potensial tersebut. Karena unsur penentu suatu rancangan
rantai suplai dan jaringan logistik a dalah “volume” atau berat dari komoditas yang
dipindahkan. Untuk itu, adalah suatu tantangan bagi pemerintah maupun peneliti untuk menentukan lokasi dan interaksi spasial atas komoditas penentu ini
sehingga sistem logistik nasional dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang benar. Komoditas penentu key commodities dari seluruh kegiatan logistik
di Indonesia utamanya ditentukan berdasarkan volume atau berat dari komoditas tersebut, bukan nilaiharganya Tamboen, Dewandhono et al., 2008. Komoditas
atau industri penentu tersebut merupakan indikator kunci dalam menilai kinerja sektor logistik WorldBank, 2012. Penelitian ini melakukan penyelarasan
alignment keputusan-keputusan strategis dengan keputusan-keputusan yang bersifat operasional dengan bantuan teknologi GIS dan analisis spasial yang
dikembangkan dalam sebuah sistem pendukung keputusan spasial spatial decision support system
.
8
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri dan Agroindustri