Informasi Geografis Data dan Sistem Informasi Geografis
permasalahan bisnis dan industri karena pemilihan lokasi yang baik akan memberikan penghematan yang besar pada biaya transportasi sehingga
mendorong terjadinya efisiensi baik dalam produksi maupun pemasaran Church dan Murray, 2008. Sedangkan interaksi antar wilayah akan dapat mempengaruhi
perkembangan bisnis yang pada gilirannya dapat pula mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah Sjafrizal, 2008.
Hingga tahun 1950-an, teori lokasi lebih banyak didominasi oleh pendekatan-pendekatan lokasi geografis dan oleh karya-karya teori lokasi klasik
antara lain dari: von Thunen, Weber, Palander, Hotelling, Predohl, Losch, dan lain-lain Murray, 2009. Sejak tahun 1950-an teori lokasi berkembang dan
diperkaya oleh analisis-analisis kuantitatif khususnya ekonometrika Aguilar, 2009; LeSage dan Pace, 2009, model-model optimasi, dan model dinamis Owen
dan Daskin, 1998; ReVelle dan Eiselt, 2005. Pencetus teori lokasi pada umumnya berasal dari German, dimulai dari
Von Thunen 1851 yang sering disebut sebagai Bapak Transportasi yang membahas tentang analisa lokasi kegiatan pertanian berdasarkan fakta-fakta yang
terdapat di Eropa Fujita, 2012. Teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh para pakar-pakar di beberapa bagian dunia, salah satunya adalah William Alonso
Tabuchi, 1984 sebagai landasan teori penggunaan lahan land-use di daerah perkotaan. Kemudian, pada saat revolusi industri di Jerman mulai berkembang,
muncul Alfred Weber 1929 yang menulis buku tentang lokasi industri dengan mengambil contoh pada kasus pemilihan lokasi pabrik besi baja untuk memenuhi
permintaan industri kereta api Chapman, 2009. Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Edgar Hoover 1948 dan Leon Moses 1958. August Losch
1954 melakukan analisa lokasi perusahaan berdasarkan konsentrasi permintaan dan persaingan antar wilayah spatial competition. Teori ini selanjutnya
dikembangkan oleh Greenhut dan Ohta Greenhut, Mai et al., 1986 ke dalam kerangka analisa yang lebih luas tentang teori harga spasial dan areal pasar.
Dengan berkembangnya teori lokasi, aspek tata ruang dan lokasi kegiatan ekonomi dapat dimasukkan ke dalam analisa ekonomi secara lebih kongkrit. Hal
ini telah
mendorong banyak
ahli pada
tahun limapuluhan
untuk
mengkombinasikan Teori Lokasi dengan Teori Ekonomi, baik Mikro maupun Makro. Perkembangan ini selanjutnya mendorong timbulnya analisa ekonomi
spasial yang kemudian menjadi dasar utama bagi munculnya Ilmu Ekonomi Regional yang menekankan analisanya pada pengaruh aspek lokasi dan ruang
terhadap pengambilan keputusan sosial, ekonomi dan bisnis. Upaya ini dilakukan dalam rangka mewujudkan analisa ekonomi yang lebih kongkret dan realistis
sesuai kondisi geografi pada wilayah yang bersangkutan Sjafrizal, 2008.