Kapasitas Pabrik dan Kebutuhan Bahan Baku

149 harus menutup perkebunannya atau menggantikannya dengan komoditas yang lainnya. Sebagaimana kondisi yang ada di lapangan, cukup banyak hasil produksi kebun kelapa sawit yang diproses di daerah lain karena keterbatasan kapasitas yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan peningkatan kapasitas pabrik minyak kelapa sawit di Kutei Timur agar rencana Pemerintah untuk menjadikan daerah ini sebagai pusat klaster industri minyak kelapa sawit dan turunannya dapat terlaksana dengan baik. Kondisi shortage yang setelah tahun 2012 berangsur-angsur menurun jika tidak ada penambahan kapasitas pabrik baru dan juga tidak perubahan volume produksi dari perkebunan yang ada. Penurunan shortage ini terjadi karena umur tanaman kelapa sawit yang semakin tua dan semakin menurun produktivitasnya. Namun, dalam 10 tahun ke depan apabila tidak terjadi perubahan kapasitas pada perkebunan dan industri pengolahan minyak kelapa sawit, maka kondisi shortage ini akan terjadi sampai 10 tahun ke depan dan beberapa tahun berikutnya. Gambar 4-21 Analisis SurplusShortage Kapasitas Pabrik 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Kebutuhan KKS 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, 3,030, Supply KKS 4,993, 7,237, 8,710, 9,845, 10,701 11,196 11,283 11,166 11,081 10,952 10,780 10,277 9,878, SurplusShortage 1,963 4,207 5,680 6,815 7,671 8,166 8,253 8,136 8,051 7,922 7,750 7,247 6,848 9,000,000 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - - 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 Analisis ShortageSurplus Kapasitas Pabrik Pengolahan MKS Kebutuhan KKS Supply KKS SurplusShortage 150

4.2.9 Identifikasi Alternatif Lokasi Pengembangan Industri

Melihat kondisi jenis entitas industri yang saat ini ada di wilayah kajian dimana industri hilir minyak kelapa sawit belum berkembang terutama industri hilir inti yang berbahan baku CPO, mau tidak mau agar industri hilir berkembang lebih lanjut maka harus dikembangkan terlebih dahulu industri inti nya. Industri inti ini antara lain adalah industri Fatty acid, Glycerin, Biodiesel, dan Fatty Alcohol. Kapasitas produksi yang ekonomis untuk industri yang akan dikembangkan ini berurut-turut adalah 150.000 ton, 100.000 ton, 75.000 ton, dan 150.000 ton. CPO consumption figure untuk masing-masing industri tersebut masing-masing adalah 94,8, 10,1, 98 dan 54,8 Hambali, 2005. Total kebutuhan CPO per tahun untuk pengembangan industri tersebut adalah sebesar 1.498.914 ton. Sebagaimana yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, penentuan lokasi pengembangan industri merupakan permasalahan yang kompleks karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Dari sudut pandang spasial, aspek yang harus dipertimbangkan dalam hal ini adalah terkait dengan kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu dari industri yang akan dikembangkan Malczewski, 1999; Sharifi, Boerboom et al., 2006 dan aspek- aspek yang terkait dengan interaksi spasial dengan entitas spasial yang lainnya Malczewski, 1999. Aspek-aspek yang dipertimbangkan tersebut ada bersifat kuantitatif bisa dihitung sebagaimana halnya dengan biaya transportasi dan ada aspek-aspek yang bersifat kualiatif.

4.2.9.1 Persyaratan Kesesuaian Lahan

Untuk mengidentifikasi alternatif lokasi awal pengembangan industri hilir minyak kelapa sawit ini, digunakan model analisis spasial yang dikembangkan dalam penelitian ini. Persyaratan-persyaratan yang diidentifikasi dari pakar dalam bidang infrastruktur industri dan pelabuhan ditunjukkan pada Tabel 4-6. Tabel 4-6 Persyaratan Lahan untuk Lokasi Pengembangan Industri Hilir Minyak Kelapa Sawit Aspek Fisik Aspek Lingkungan Aspek Ekonomi, Sosial Dan Politik Luas area yang tersedia Angin Biaya investasi infrastruktur industri Ketersediaan Utilitas Cuaca Biaya operasional