Namun, yang pasti, semakin dapat dimanfaatkandibutuhkan produk turunan tersebut, nilai tambahnya akan semakin tinggi. CPO yang diolah menjadi sabun
mandi menghasilkan nilai tambah sebesar 300 persen, apalagi kalau diproses untuk menghasilkan kosmetik, nilai tambahnya akan meningkat mencapai 600
persen Tabel 2-3 Nilai tambah CPO jika diolah menjadi minyak goreng sawit sebesar 60 persen, sedangkan jika menjadi margarin mencapai 180 persen
Kemenperin, 2011. Oleh karena itu, pemerintah terus berusaha mendorong pengembangan
produk turunan CPO, baik untuk keperluan bahan baku industri pangan maupun non pangan. Produk pangan yang dapat dihasilkan dari CPO dan PKO, seperti
emulsifier , margarine, minyak goreng, shortening, susu full krim, konfeksioneri,
yogurt, dan lain-lain. Sedangkan produk non pangan yang dihasilkan dari CPO dan PKO, seperti epoxy compound, ester compound, lilin, kosmetik, pelumas,
fatty alcohol , biodiesel, aviation biofuels Venkataramani, 2011 dan lain-lain.
Tabel 2-3 Jenis Industri, Perkiraan Nilai Investasi dan Nilai Tambah Industri Berbasis Minyak Sawit
2.2.6 Strategi Pengembangan Industri Hilir CPO
Departemen perindustrian 2009 telah membuat road map pengembangan industri CPO Nasional. Strategi pengembangan industri CPO yang telah
dirumuskan berfokus pada produk IHKS yang bernilai tambah tinggi melalui pengembangan klaster industri kelapa sawit. Adanya klaster industri berbasis
sawit ini diharapkan dapat memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai
No Produk
Bahan Baku TingkatTtekn
ologi Perkiraan Investasi
Pertambahan Nilai
1 Olein stearin CPO
Menengah 20
2 Fatty acids CPO, PKO, katalis
Tinggi 200 - 700 miliar
50 3 Ester
Palmitat, miristat Tinggi
100 - 500 miliar 150
4 Surfactant emulsifier Stearat, oleat, sorbitol, gliserol Tinggi
200 - 700 miliar 200
5 Sabun mandi CPO, PKO, NaOH,
pewarna, parfum Sederhana
Mulai kurang dari 1 milar 300
6 Lilin Stearat
Sederhana Mulai kurang dari 1 milar
300 7 Kosmetik lotion, cream bedak,
shampoo Surfaktan, ester, amida
Sederhana 1 - 200 miliar
600
Sumber ; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, 2007
nilai value chain dari industri hulunya dan mampu meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun visi dan misi yang selaras.
Terdapat empat kelompok industri yang harus dikembangkan untuk mengoptimalkan nilai tambah yang diperoleh dari kelapa sawit Indagro, 2009
sebagaimana yang tergambar pada Gambar 2-9. Yang pertama adalah industri pemasok yang menghasilkan bahan baku industri yaitu CPO dan PKO. Yang
kedua merupakan kelompok industri inti yang berada pada tahap kedua dari klaster ini yaitu antara lain industri Fatty Acid, Fatty Alcohol dan Biodiesel.
Ketiga adalah industri-industri dalam kelompok industri terkait seperti industri minyak goreng, shortenings, surfaktan, dan lain sebagainya. Yang terakhir adalah
industri yang berada dalam kelompok industri pendukung seperti industri kemasan, metanol, hidrogen, katalis dan bahan kimia lainnya. Dengan
berkembangnya keempat kelompok industri ini dan dibarengi dengan peningkatan infrastruktur pelabuhan, jalan dan utilitas serta insentif dan regulasi yang tepat,
diharapkan dapat mendukung industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan.
Gambar 2-9 Strategi Pengembangan Industri Hilir Minyak Kelapa Sawit IHKS
Pasar Domestik Ekspor
Oleofood, Oleochemical Bioenergi
IHKS Nasional Berkelanjutan
Peningkatan Daya Saing IHKS Peningkatan Ketahanan
Pangan dan Energi Nasional Peningkatan Perolehan Devisa
Peningkatan Nilai Tambah Penciptaan Lapangan Kerja
Industri Pemasok
CPO PKO
Industri Inti
Refinery, Fraksinasi, Fatty Acid, Fatty
Alcohol, Biodiesel
Industri Terkait
Minyak Goreng, Margarine, Shortening,
SurfaktanEmulsifier, Shoapchip, Sabun
Ditergen, dll
Industri Pendukung
Industri Kemasan, Industri Metanol.
Hidrogen, Katalis Bahan Kimia Lainnya
Infrastruktur Pelabuhan, Jalan
Utilitas Insentif dan
Regulasi Pusat, Daerah
PENGEMBANGAN IHKS Institusi Pendukung
Lembaga Pendidikan, Lembaga Penelitian, Perbankan Grand Strategi Pengembangan IHKS
Pengembangan IHKS melalui pendekatan klaster untuk meningkatkan nilai tambah kelapa sawit dan mendorong produk hilir kelapa sawit Indonesia menjadi beragam produk unggulan Dunia
Fokus Pengembangan
· Fokus pada produk IHKS yang memiliki nilai tambah
tinggi · Fokus pada pengembangan
klaster IHKS di Sumut, Riau dan Kaltim
· Perbaikan infrastruktur
Insentif
· Subsidi bunga untuk pengembangan IHKS baru
· Keringanan perpajakan dan insentif lainnya untuk
pengembangan IHKS
Pengembangan R D
· Penyiapan SDM · Fokus pada produk IHKS
yang bernilai tambah tinggi · Kolaborasi riset antara
perguruan tinggi, Lemlitbang dan Industri
Pengembangan Pasar
· Pengembangan pasar domestik dan luar negeri
· Pembangunan citra produk IHKS Indonesia
· Promosi dan kampanye produk IHKS Indonesia
Kebijakan Pengembangan IHKS yang Fokus dan Konsisten pada ProdukIHKS yang Bernilai Tambah Tinggi