5,51, tahun 2007 turun menjadi 4,38, dan pada tahun 2008 turun menjadi 1,92, namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 9,21.
Data kontribusi sub sektor agroindustri terhadap PDB menunjukkan bahwa output sub sektor ini memberikan kontribusi yang selalu lebih besar dari pada sub
sektor pengolahan non agroindustri. Rata-rata kontribusi sub sektor agroindustri selama 2004-2009 mencapai 15,47 persen dari total PDB nasional. Sementara sub
sektor non agroindustri non migas memberikan kontribusi dengan ratarata mencapai 9,41 persen Rachbini, Arifin et al., 2011.
Di saat krisis ekonomi yang pernah memporak-porandakan ekonomi Indonesia pada 1997-1998, agroindustri ternyata dapat bertahan menjadi sebuah
aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau
bahkan pertumbuhan negatif, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang beroperasi Rachbini, Arifin et al., 2011. Penyebab utama yang
membuat kelompok agroindustri maupun pertanian dapat bertahan dalam situasi krisis karena ketidakbergantungannya pada bahan baku dan bahan tambahan
impor serta peluang pasar ekspor yang besar. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama Dunia justru memberikan tambahan keuntungan yang
signifikan terhadap industri ini.
2.1.2 Permasalahan dan Kendala Pengembangan Agroindustri
Namun, walaupun kontribusi sektor agroindustri dalam perekonomian nasional cukup signifikan, pengembangan industri ini di Indonesia masih
mengalami beberapa permasalahan dan kendala. Beberapa permasalahan umum dalam pengembangan agroindustri yang teridentifikasi oleh Rachman dan Sumedi
2002 adalah: a Sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan sarana transportasi yang mampu mengatasi
masalah tersebut; b Sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh iklim sehingga aspek kontinyuitas produk agroindustri
sangat tidak terjamin; c Kualitas produk pertanian dan produk industri yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam
persaingan pasar baik di dalam negeri maupun di pasar Internasional; dan d Sebagian besar industri berskala kecil dengan teknologi rendah.
Sementara itu kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri menurut Supriyati, Suryani et al. 2006 adalah: 1 Bahan baku
berupa komoditi pertanian belum dapat mencukupi kebutuhan industri pengolahan secara berkesinambungan; 2 kemampuan sumber daya manusia yang terbatas
dalam penguasaan manajemen dan teknologi menyebabkan rendahnya efisiensi dan daya saing produk agroindustri; 3 investasi di bidang agroindustri kurang
berkembang, antara lain karena masih adanya ketidakpastian iklim usaha dan kebijakan yang tidak konsisten; 4 Lembaga keuangan masih menerapkan
preferensi suku bunga yang sama antara sektor pertanian, kehutanan, industri dan jasa sehingga kurang atraktif bagi investor untuk berusaha di bidang agroindustri;
5 Informasi peluang usaha dan pemasaran belum memadai dengan keterpaduan jaringan bisnis yang baik; 6 Masih adanya kesenjangan pengembangan wilayah;
7 Homogenitas kebijakan pembangunan yang tidak memperhatikan kebutuhan wilayah setempat; 8 Belum terciptanya sinergi kebijakan yang mendukung iklim
usaha; 9 Kurangnya sarana dan prasarana transportasi; 10 Kemitraaan usaha dan keterkaitan produk antara hulu dan hilir belum berjalan lancar; 11 Masih
kurangnya penelitian dan pengembangan teknologi proses; dan 12 Ketergantungan pada lisensi produk dan teknologi yang bersumber dari luar
negeri.
2.1.3 Pendekatan Sistem dalam Analisis Agroindustri