negeri ditambah dengan biaya transportasi, akan menentukan apakah suatu barang akan diekspor, diimpor atau dipasarkan di dalam negeri sendiri Nasution, 2008.
Besar kecilnya biaya transportasi yang merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pengembangan suatu industri akan
sangat bergantung pada berat barang yang diangkut. Bila bahan baku lebih berat dibandingkan dengan barang jadi, maka sebaiknya dipilih lokasi dekat dengan
bahan baku zone material oriented. Sebaliknya, bila berat bahan baku lebih ringan dibandingkan dengan barang jadi, pilihan lokasi cenderung dekat pasar
market oriented, sedangkan bila bahan baku dan barang jadi relatif sama berat, maka lokasi industri yang dipertimbangkan sebaiknya berada di lokasi bahan baku
dan pasar intermediate oriented Reid, 1966; Schiele, 2008; Chapman, 2009. Sehubungan dengan pengaruh biaya transportasi untuk pemilihan lokasi
industri, Von Theunen merupakan orang yang pertama kali mengembangkan model analitis dasar yang menghubungkan antara pasar, produksi dan jarak
Rodrigue, 2011. Untuk tujuan tersebut, Von Theunen mengkaji kasus pada bidang pertanian. Menurut Theunen, biaya transportasi relatif untuk komoditas
pertanian yang berbeda-beda menuju ke pusat pasar ditentukan oleh penggunaan lahan di sekitar pasar. Aktivitas yang paling produktif akan dikuasai oleh lahan-
lahan yang memiliki jarak yang paling dekat ke pasar sementara aktivitas yang tidak produktif berlokasi jauh dari daerah pasar.
2.3.2 Distribusi Fisik
Dalam sistem distribusi menunjukkan adanya kaitan antar kegiatan dimana kegiatan transportasi berperan sebagai mata rantainya. Transportasi berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan produsen dengan konsumen, meniadakan jarak diantara keduanya Khisty dan Lall, 2002. Jarak tersebut bisa dinyatakan
sebagai jarak waktu maupun jarak geographis. Jarak waktu timbul karena barang yang dihasilkan hari ini mungkin belum digunakan sampai besok, atau bulan
depan, atau tahun depan. Jarak atau keseimbangan ini dijembatani melalui pergudangan dengan teknik tertentu untuk mencegah kerusakan barang yang
bersangkutan Koo dan Larson, 1985.
Transportasi erat kaitannya dengan pergudangan dan penyimpanan Crainic dan Laporte, 1997 karena keduanya meningkatkan manfaat barang.
Angkutan menyebabkan barang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain sehingga dapat diperoleh di tempat yang tidak memiliki barang tersebut,
dengan demikian dapat menciptakan manfaat tempat place utility. Penyimpanan atau pergudangan juga memungkinkan barang disimpan sampai dengan waktu
dibutuhkan , dan ini berarti memberikan manfaat waktu time utility.
2.3.3 Sistem Logistik Nasional dan Industri Kelapa Sawit
Dalam kebijakan perdagangan pemerintah saat ini, telah telah ditentukan 10 sepuluh ”Produk Utama”, terkait dengan perdagangan internasional ekspor,
yaitu: Tekstil, Elektronika, Karet dan Produk Karet, Kelapa Sawit dan Produk Kelapa Sawit, Produk Hasil Hutan, Alas Kaki, Otomotip, Udang dan Kakap dan
juga terdapat 10 sepuluh “Produk Potensial”, yaitu Makanan Olahan, Perhiasan,
Kerajinan, Ikan dan Produk Perikanan, Rempah-rempah, Kulit dan Produk Kulit, Peralatan Medis, Peralatan Kantor, Minyak Atsiri, dan Tanaman Obat Tamboen,
Dewandhono et al., 2008. Dalam mengembangkan sistem logistik nasional termasuk penentuan jenis
dan letak geografis dari jaringan infrastruktur pendukung kegiatan logistik, misalnya pelabuhan, jalan raya, dan lain-lain, kebijakan ini harus
dioperasionalkan lagi dengan menentukan volume dan arus barang yang terkait dengan produk-produk utama dan potensial tersebut karena unsur penentu suatu
rancangan rantai suplai dan jaringan logistik adalah “volume” atau berat dari
komoditas yang “dibawa”-nya. Untuk itu, adalah suatu tantangan bagi pemerintah untuk menentukan volume dari komoditas penentu ini sehingga sistem logistik
nasional dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang benar. Komoditas penentu key commodities dari seluruh kegiatan logistik di Indonesia utamanya
ditentukan berdasarkan volume atau berat dari komoditas tersebut, bukan nilaiharganya Tamboen, Dewandhono et al., 2008. Komoditas atau industri
penentu tersebut merupakan indikator kunci dalam menilai kinerja sektor logistik WorldBank, 2012.
Dalam menyusun kebijakan logistik nasional dibedakan 2 dua kepentingan logistik. Pertama adalah strategi logisitik untuk komoditi ekspor dan
kedua, strategi logistik untuk komoditas domestik. Untuk komoditas ekspor, sesuai acuan yang dipakai oleh Departemen Perdagangan, yaitu “10 produk
Utama dan “10 Produk Potensial”. Dari sisi logistik khususnya terkait dengan
metoda pengangkutan, produk-produk tersebut dapat di kelompokkan menjadi: Bahan Baku BBM dan Gas, Minyak Kelapa Sawit CPO, Batu Bara, Hasil
Industri Dalam Kontainer, Komoditas Dalam Kontainer, dan Hasil Laut. Minyak Kelapa Sawit dalam bentuknya yang cair akan melibatkan tangki-
tangki penimbunan dan alat angkut yang tidak dapat dicampur untuk penggunaan cairan lain Pahan, 2010. Mengingat luasnya lahan Kelapa Sawit dan pusat-pusat
proses pengolahan minyak Kelapa Sawit tersebar dibeberapa tempat yang berjauhan, maka solusi logistiknya akan mencakup pengangkutan intermodal
menggunakan beberapa modal transportasi, dengan melibatkan pipanisasi, truk pengangkut truk tangki, kemudian kapal tangki pengangkut atau containerized
tanks dengan kapal container biasa.
2.4 Analisis Spasial dalam Pengembangan Industri