Teori Lokasi Weber Data dan Sistem Informasi Geografis

Berdasarkan teori tersebut, diyakini bahwa semakin menguntungkan sebuah kegiatan, maka kegiatan tersebut akan semakin mendekati pusat pasar wilayah sebagaimana yang digambarkan dalam diagram yang disebut diagram cincin Von Thunen Peet, 1970 pada Gambar 2-13. KETERANGAN P = Pasar Cincin 1 = Pusat industri Cincin 2 = Pertanian intensif Cincin 3 = Wilayah hutan Cincin 4 = Pertanian ekstensif Cincin 5 = Peternakan Cincin 6 = Pembuangan sampah Gambar 2-13 Diagram Cincin Von Thunen Penggunaan lahan pada saat ini mungkin tidak sepenuhnya mengikuti atau berkelompok persis sama dengan cincin yang digambarkan oleh Von Thunen Shieh, 1992. Namun demikian, konsep Von Thunen bahwa sewa tanah sangat mempengaruhi jenis kegiatan yang mengambil tempat pada lokasi tertentu masih berlaku dan hal ini mendorong terjadinya konsentrasi kegiatan tertentu pada lokasi tertentu Fujita, 2012.

2.4.3.3 Teori Lokasi Weber

Alfred Weber adalah seorang ahli ekonomi Jerman yang pertama kali menganalisis lokasi yang terkait dengan industri Gorter dan Nijkamp, 2001. Kalau Von Thunen memilih objek pada pertanian, Weber mengkaji industri Baja pada saat dimulainya revolusi industri di Jerman. Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya Louveaux, Thisse et al., 1982. Weber mengatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan P 1 2 3 4 5 6 keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Gambar 2-14 Segitiga Pembobotan Weber Minimumkan Z = w 1 d 1 + w 2 d 2 + w 3 d 3 ; dimana d 1 , d 2 , d 3 = jarak ke input S 1 , input S 2 dan Pasar M. Jika, IM 1, lokasi industri berorientasi pada bahan baku IM 1, lokasi industri berorientasi pada hasil akhir Dalam kasus industri primer, hubungan antara kehilangan bobot bahan baku yang tinggi dan lokasi industri sangat kuat terutama pada tahap awal proses manufakturing. Klaim Weber bahwa industri dengan IM1 akan cenderung mendekati lokasi bahan baku adalah valid. Permasalahan dari IM adalah bahwa dengan standarisasi rasio inputoutput akan menghilangkan kekuatan yang mencirikan kuantitas bahan baku yang dipindahkan. Untuk itu disepakati untuk industri yang berindeks IM tinggi valid, tetapi untuk industri menengah dengan indeks relatif rendah, kurang valid. Gambar 2-15 Konsep Jarak dan Biaya Transportasi Material dan Output Distribusi dari Weber ∑ ∑ Dimana, C T = Total biaya transportasi Rp. Cs = Biaya transportasi material dari lokasi material S ke lokasi pengolahanindustri I Rp. Cm = biaya transportasi distribusi output ke pasar M Rp. dmi = jarak lokasi pasar ke-i dari lokasi pengolahan km dsj = jarak lokasi bahan baku ke-j ke lokasi pengolahan km Csi = Biaya transportasi bahan baku ke-j Rp.kmunit Cmi = Biaya transportasi produk ke-i Rp.kmunit bobot Wsj = Bobot per unit input ke-j Wmi = Bobotunit output ke-i Jika Cs Cm, lokasi industri sebaiknya mendekati pasar Jika Cs Cm, lokasi industri sebaiknya mendekatai ke lokasi bahan baku Jika Cs = Cm, footloose industry.

2.4.3.4 Teori Lokasi Pendekatan Pasar