Alternatif Lokasi Pengembangan Industri Hilir Inti Minyak Kelapa

153 a. Alternatif Lokasi LKI001 Kawasan LKI001 memiliki letak geografis yang yang sangat strategis, berada di lintasan alur laut kepulauan indonesia II alki II yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional berada di kawasan pusat ekonomi dunia masa depan pacific rim. Kawasan LKI001 sesuai dengan RTRW berada dalam Kawasan Andalan Sasamawa Sangatta, Sangkulirang dan Muara Wahau. Ke depannya kawasan ini akan dipersiapkan sebagai kawasan pengembangan klaster industri berbasis kelapa sawit. Saat ini pada koordinat UTM 621605, 101634 telah terbangun pelabuhan yang hanya dapat disandari oleh transportasi laut maksimum 5000 ton karena kedalamannya tidak memenuhi syarat untuk berlabuhnya kapal- kapal besar. Ke depan, di sekitar lokasi ini akan didirikan pelabuhan yang dapat disandari oleh kapal 100 ribu ton. b. Alternatif Lokasi LKI002 Letak pelabuhan eksisting LKI002 berada pada posisi 02 o 10’00 w 117 o - 29’00” bt. Panjang alur + 60 mil dengan lebar dari muara sungai ke kiani ± 100 m’ dan dari kiani ke tg.redeb ± 50 m. Kolam pelabuhan yang dimiliki dengan kedalaman 5m’-7m’. Luas kolam = 35.000 m2 dengan panjang dermaga 181.5 m’. Lapangan penumpukan petikemas = 2.262 m² dengan fasilitas pengiriman CPO. Alternatif lokasi yang dipertimbangkan terletak di dekat pelabuhan eksisting yang ada saat ini. c. Alternatif Lokasi LKI003 Diantara alternatif Pelabuhan yang ada, Pelabuhan ini memiliki infrastruktur yang paling mendukung untuk kegiatan pengiriman CPO keluar dari Kutei Timur. Disamping itu, di lokasi dermaga terdapat beberapa industri yang mendukung pengembangan industri hilir minyak kelapa sawit khususnya untuk produksi biodiesel . 4.2.10 Jaringan Transportasi, Aksebilitas dan Kondisinya Panjang jalan di Kabupaten Kutei Timur pada tahun 2010 menurut Badan Pusat Statistik Daerah Kutei Timur 2011 adalah sepanjang 1620 km. Jalan Negara 21, Jalan Provinsi 18, Jalan Kabupaten 62, dan Jalan Usaha tani 0. Tidak 154 ada penambahan jaringan jalan selama tahun 2010 dan 2011. Jaringan transportasi jalan dibagi menjadi beberapa ruas atas dasar kesamaan kesamaan atribut yang dimiliki terkait dengan kondisi jalan yang dimiliki. Atas dasar kesamaan atribut tersebut terdapat 118 ruas jalan dengan kondisi sebagaimana yang tertera pada tabel berikut ini. Tabel 4-8 Kondisi Ruas Jalan pada Lokasi Kajian Aksebilitas jaringan jalan terhadap fasilitas-fasilitas yang terkait dengan agroindustri kelapa sawit ini seperti perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit secara umum untuk kondisi saat ini, berdasarkan analisis spasial yang dilakukan, masih dalam kondisi yang cukup baik sebagaimana yang tergambar pada Gambar 4-24. Namun kondisi jalan sebagian besar dalam keadaan tidak memadai dengan kecepatan kendaraan hanya dibawah 50 Km per jam. Gambar 4-24 Jaringan Jalan dan Aksebilitas terhadap Fasilitas Perkebunan dan Pabrik Pengolahan KONDISI RUAS JALAN JUMLAH KECEPATAN Sangat Baik 18 70 Baik 52 50 - 70 Rusak 48 50 TOTAL 118 155

4.2.11 Shortest Path

Dengan menggunakan model Algoritma Djikstra, diperoleh jalur-jalur terbaik dari kebun menuju ke pabrik maupun dari pabrik menuju ke pelabuhan muat atau lokasi pengembangan industri. Jalur terbaik dalam hal ini dapat merupakan jalur terpendek, jalur tercepat maupun jalur termurah. Hasil penggunaan model shortest path dari kebun ke pabrik secara visual diperlihatkan pada Gambar 4-25. Sementara dari pabrik menuju ke lokasi pengembangan dapat dilihat pada Gambar 4-26. Gambar 4-25 Shortest Path dari Kebun Kelapa Sawit menuju Pabrik CPO Contoh 156 Gambar 4-26 Analisis Shortest Path dari Pabrik menuju Pelabuhan Muat dengan Menggunakan Algoritma Djikstra Hasil analisis jalur terbaik dengan menggunakan algoritma Djikstra ditunjukkan pada Gambar 4-26. Atas dasar hasil yang ada, ternyata jalur yang terpendek tidak selalu sama dengan jalur tercepat dan termurah yang disebabkan oleh kondisi jalan yang ada. Oleh karena itu, berdasarkan gambaran yang diperoleh, sebaiknya Pemerintah dapat melakukan pengembangan infrastruktur secara tepat sehingga kinerja industri CPO di daerah kajian menjadi lebih optimal.

4.2.12 Profil Interaksi Spasial Jarak, Waktu dan Biaya antara Pabrik

Pengolahan Minyak Kelapa Sawit PKS dengan Kebun Kelapa Sawit KKS Interaksi spasial antara entitas kebun kelapa sawit KKS dengan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit PKS terjadi karena ada kebutuhan bahan baku berupa tandan buah segar dari entitas pabrik pengolahan. Interaksi spasial yang dapat menghasilkan cost yang terendah diperoleh dengan menggunakan kombinasi algoritma Djikstra dan model transportasi. Algoritma Djikstra dalam hal ini digunakan untuk mendapatkan cost yang terendah pada jaringan yang terdiri dari ruas-ruas jalan yang menguhubungkan antara entitas KKS dengan PKS. Model transportasi yang bertujuan meminimalkan cost dalam hal ini digunakan untuk memperoleh kuantitas tonase yang optimal dengan adanya interaksi dari KKS dan PKS sebagai akibat dari kebutuhan bahan baku tandan 157 buah segar dari entitas pabrik minyak kelapa sawit PKS yang dihasilkan oleh entitas kebun kelapa sawit KKS. Pola interaksi spasial yang optimal dari kebun kelapa sawit dengan pabrik minyak kelapa sawit dalam hal ini mempertimbangkan atribut spasial yang terkait dengan produktivitas tanaman kelapa sawit sesuai dengan umur tanamannya dan atribut non spasial dari entitas pabrik pengolahan tandan buah segar berupa kapasitas produksinya. Disamping itu, pola interaksi spasial yang optimal dari KKS dan PKS ini juga mempertimbangkan kondisi jaringan jalan yang menghubungkan antara entitas KKS dan PKS dimana ruas-ruas yang terlibat dalam jaringan memiliki karakteristik yang berbeda-beda terkait dengan kualitas infrastruktur yang ada saat ini. Interaksi spasial yang dihasilkan dari perangkat lunak IKG2012 yang terkait dengan jarak sebagai cost antara entitas kebun kelapa sawit dengan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit CPO diperlihatkan pada peta tabel hasil eksekusi model yang dibangun berikut ini: Gambar 4-27 Hasil Eksekusi Model Interaksi Spasial PKS dengan KKS dengan Jarak sebagai Cost