Teori Lokasi Pendekatan Pasar Teori Lokasi Memaksimumkan Laba

Gambar 2-15 Konsep Jarak dan Biaya Transportasi Material dan Output Distribusi dari Weber ∑ ∑ Dimana, C T = Total biaya transportasi Rp. Cs = Biaya transportasi material dari lokasi material S ke lokasi pengolahanindustri I Rp. Cm = biaya transportasi distribusi output ke pasar M Rp. dmi = jarak lokasi pasar ke-i dari lokasi pengolahan km dsj = jarak lokasi bahan baku ke-j ke lokasi pengolahan km Csi = Biaya transportasi bahan baku ke-j Rp.kmunit Cmi = Biaya transportasi produk ke-i Rp.kmunit bobot Wsj = Bobot per unit input ke-j Wmi = Bobotunit output ke-i Jika Cs Cm, lokasi industri sebaiknya mendekati pasar Jika Cs Cm, lokasi industri sebaiknya mendekatai ke lokasi bahan baku Jika Cs = Cm, footloose industry.

2.4.3.4 Teori Lokasi Pendekatan Pasar

August Losch 1944 memelopori Teori Lokasi Market Area yang mendasarkan pada analisa pemilihan lokasi optimal pada luas pasar yang dapat dikuasai dan kompetisi antar tempat Krumme, 2002. Walaupun tidak menyatakan secara Bahan baku S Manufaktur I Pasar M di dj � � � CT tegas, Weber membuat asumsi bahwa semua barang yang diproduksi akan laku terjual. Sementara Losch berpendapat bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah barang yang dapat dijual Murray, 2009. Makin jauh dari pasar, konsumen semakin enggan untuk membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan pasar semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Dalam model yang dibangun oleh Losch ini, reaksi dari pesaing terhadap pemilihan lokasi yang dilakukan dapat dilakukan melalui pemetaan spasial. Atas dasar pandangan ini, Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di dekat pasar.

2.4.3.5 Teori Lokasi Memaksimumkan Laba

Sudut pandang Teori Weber lebih banyak pada sisi produksi, sedangkan Losch melihat dari sisi permintaan. Kedua teori ini hanya melihat dari satu sisi. Sisi produksi hanya melihat lokasi yang memberikan ongkos terkecil, sedangkan sisi permintaan melihat pada penjualan maksimal yang bisa diperoleh. Kedua pandangan ini perlu digabung, yaitu dengan mencari lokasi yang memberikan keuntungan maksimal setelah memperhatikan lokasi yang menghasilkan ongkos terkecil dan lokasi yang menghasilkan penerimaan terbesar. Untuk itu, D.M. Smith mengintrodusir konsep biaya rata-rata dan pendapatan rata-rata yang terkait dengan lokasi Krumme, 2012. Gambar 2-16 Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal Total Cost Revenue A B O Lokasi Rp . McGrone 1969 dalam Tarigan 2010 berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit untuk diperoleh untuk kondisi usaha seperti saat ini dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi dan yang dinamis. Ketidaksempurnaan pengetahuan terhadap situasi dan kondisi yang ada serta ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimasi keuntungan lokasi sulit untuk dioperasionalkan. Selain itu, pengusaha mungkin saja menitikberatkan pada maksimasi keuntungan untuk pertumbuhan jangka panjang dibandingkan dengan pertumbuhan jangka pendek dan ini potensial akan menghasilkan keputusan yang berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang konstan. Pengusaha mungkin saja memilih lokasi yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang maksimal dalam jangka panjang walaupun dengan biaya rutin yang sedikit lebih mahal. Menurut Isard 1975 ada kesalahan asumsi konstan yang banyak digunakan dalam analisis lokasi pada teori-teori yang ada sebelumnya. Menurut Isard, masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi yang dinamis dan memiliki ketidakpastian yang berbeda-beda. Keuntungan relatif dari lokasi bisa saja berubah-rubah sepanjang waktu yang dipengaruhi oleh faktor dasar: a Biaya input; b Biaya transportasi; dan c Keuntungan aglomerasi. Diantara berbagai biaya tersebut, jarak dan aksesbilitas merupakan pilihan terpenting dalam konteks tata ruang. Walaupun mayoritas biaya dipengaruhi waktu dan tempat, namun biaya transportasi merupakan fungsi dari jarak. Isard menekankan pada faktor-faktor jarak, aksebilitas dan keuntungan aglomerasi sebagai hal utama dalam pengambilan keputusan lokasi.

2.4.4 Teknologi GIS dan GPS dan Pemanfaatannya dalam Pengembangan