Analisis ShortageSurplus APLIKASI MODEL DAN VERIFIKASI

150

4.2.9 Identifikasi Alternatif Lokasi Pengembangan Industri

Melihat kondisi jenis entitas industri yang saat ini ada di wilayah kajian dimana industri hilir minyak kelapa sawit belum berkembang terutama industri hilir inti yang berbahan baku CPO, mau tidak mau agar industri hilir berkembang lebih lanjut maka harus dikembangkan terlebih dahulu industri inti nya. Industri inti ini antara lain adalah industri Fatty acid, Glycerin, Biodiesel, dan Fatty Alcohol. Kapasitas produksi yang ekonomis untuk industri yang akan dikembangkan ini berurut-turut adalah 150.000 ton, 100.000 ton, 75.000 ton, dan 150.000 ton. CPO consumption figure untuk masing-masing industri tersebut masing-masing adalah 94,8, 10,1, 98 dan 54,8 Hambali, 2005. Total kebutuhan CPO per tahun untuk pengembangan industri tersebut adalah sebesar 1.498.914 ton. Sebagaimana yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, penentuan lokasi pengembangan industri merupakan permasalahan yang kompleks karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Dari sudut pandang spasial, aspek yang harus dipertimbangkan dalam hal ini adalah terkait dengan kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu dari industri yang akan dikembangkan Malczewski, 1999; Sharifi, Boerboom et al., 2006 dan aspek- aspek yang terkait dengan interaksi spasial dengan entitas spasial yang lainnya Malczewski, 1999. Aspek-aspek yang dipertimbangkan tersebut ada bersifat kuantitatif bisa dihitung sebagaimana halnya dengan biaya transportasi dan ada aspek-aspek yang bersifat kualiatif.

4.2.9.1 Persyaratan Kesesuaian Lahan

Untuk mengidentifikasi alternatif lokasi awal pengembangan industri hilir minyak kelapa sawit ini, digunakan model analisis spasial yang dikembangkan dalam penelitian ini. Persyaratan-persyaratan yang diidentifikasi dari pakar dalam bidang infrastruktur industri dan pelabuhan ditunjukkan pada Tabel 4-6. Tabel 4-6 Persyaratan Lahan untuk Lokasi Pengembangan Industri Hilir Minyak Kelapa Sawit Aspek Fisik Aspek Lingkungan Aspek Ekonomi, Sosial Dan Politik Luas area yang tersedia Angin Biaya investasi infrastruktur industri Ketersediaan Utilitas Cuaca Biaya operasional 151 Aspek Fisik Aspek Lingkungan Aspek Ekonomi, Sosial Dan Politik infrastruktur pengelolaan kawasan Akses jarak pada sumber air bersih Tinggi gelombang Kemudahan perizinan Kondisi tanah Kecepatan arus Pajak dan pungutan-pungutan lain Jarak ke jaringan jalan Pasang surut Dukungan masyarakat Kedalaman perairan Sedimentasi Ketersediaan tenaga kerja Alur laut Berdasarkan atas kriteria-kriteria yang ada, selanjutnya ditentukan preferensi atas kriteria yang ada oleh pakar-pakar yang memahami secara teknis persyaratan- persyaratan lokasi dari industri hilir CPO. Model AHP digunakan dalam hal ini untuk menentukan bobot preferensi dari masing-masing kriteria yang selanjutnya bobot tersebut dimasukkan dalam sistem pendukung keputusan yang dibangun pada penelitian ini sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 4-22. Gambar 4-22 Model Penentuan Lokasi Pengembangan Industri Hilir CPO dengan Spatial Decision Support IKG2012

4.2.9.2 Alternatif Lokasi Pengembangan Industri Hilir Inti Minyak Kelapa

Sawit Atas dasar persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk pengembangan industri hilir inti, Eksekusi model yang dibangun menghasilkan 3 alternatif lokasi lahan dan pelabuhan potensial yang dapat digunakan untuk mengirimkan hasil produksi dari pabrik kelapa sawit yang ada. Lokasi tersebut tidak semuanya 152 berada di Kabupaten Kutei Timur namun masih terjangkau oleh pabrik-pabrik minyak kelapa sawit yang ada di Kutei Timur. Lokasi tersebut adalah di LKI001, LKI002 dan LKI003. Koordinat lokasi masing-masing alternatif lokasi tersebut ditunjukkan pada Tabel 4-7. Tabel 4-7 Daftar Alternatif Lokasi Pengembangan Industri ID KODE X Y 1 LKI001 609851.000000 101634.000000 2 LKI002 621605.000000 251748.000000 3 LKI003 553998.000000 19197.000000 Gambar 4-23 Alternatif Lokasi Pengembangan Industri Hilir Inti Kelapa Sawit