Terkadang kita juga menginginkan untuk menentukan target pangsa pasar tertentu yang dapat diraih dari sejumlah permintaan yang ada dengan
mempertimbangkan pesaing. Gambaran model spasial untuk permasalahan ini ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 2-45 Model Spasial dengan Target Pangsa Pasar Tertentu
Toko diskon besar biasanya menggunakan model target pangsa pasar ketika mereka ingin tahu ekspansi yang diperlukan untuk mencapai tingkat
tertentu dari pangsa pasar atau untuk melihat strategi apa yang diperlukan untuk mempertahankan pangsa pasar mereka saat ini dengan adanya fasilitas dari
pesaing. Dalam kasus lain di mana terdapat keterbatasan anggaran, maka keputusan yang harus diambil adalah menangkap sebanyak mungkin pangsa pasar
dengan sejumlah batasan fasilitas.
2.4.8 Simulasi Berbasis Spasial
Untuk mendapatkan pemahaman terhadap perilaku sistem dan kinerjanya, melakukan eksperimen pada sistem yang nyata akan memiliki konsekuensi biaya
dan risiko yang tinggi. Salah satu cara untuk mengevaluasi sebuah rancangan sistem adalah dengan melakukan simulasi sistem. Simulasi akan meniru perilaku
sistem dan
rancangan sistem
dan selanjutnya
dapat memberikan
gambaranterhadap kinerja sistem yang sebenarnya tanpa harus mengganggu sistem physiknya. Dengan menggunakan simulasi, dapat dibuat skenario-skenario
perbaikan sistem dan melakukan evaluasi terhadap inisiatif-inisiatif tersebut.
Ada beberapa tipe pemodelan simulasi yang dikenal Harrington dan Tumay, 2000, yaitu:
a. Metode pemodelan simulasi analitis b. Metode pemodelan simulasi kontinyu
c. Metode pemodelan simulasi discrete event, dan d. Metode pemodelan simulasi berorientasi object.
Metode pemodelan simulasi analitis menitikberatkan pada beberapa aspek kompleksitas dinamik seperti sejumlah pelanggan yang berkompetisi untuk
memperebutkan sumberdaya yang sama dan beberapa variabilitas yang berhubungan dengan proses kedatangan dan pelayanan. Model analitis
menyediakan estimasi kinerja steady-state agregat yang jauh lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan analisis pada spreadsheet. Gambar 2-46
mengilustrasikan konsep kinerja steady-state. Keunggulan dari simulasi analitis adalah pemodelan dan proses eksekusi simulasi yang lebih cepat.
Gambar 2-46 Kinerja Steady-state pada Simulasi Analitis
Pemodelan simulasi kontinyu dapat menangkap proses dinamis dengan menggunakan persamaan diferensial dan dapat mengandung perilaku random.
Model kontinyu memiliki kemampuan baik untuk phenomena steady-state maupun phenomena transien Harrington dan Tumay, 2000. Animasi dan model
80 Steady-state
Waktu Utilisasi Server
kontinyu lebih bernilai dibandingkan dengan model analitis karena bottleneck dan flow dapat divisualisasikan dengan gauges dan dials. Pemodelan tipe ini lebih
tepat untuk memodelkan volume yang besar dan proses produksi kontinyu. Gambar 2-47 berikut ini memperlihatkan model simulasi kontinyu.
Gambar 2-47 Simulasi Kontinyu
Pemodelan discrete event memungkinkan untuk merumuskan perilaku acak dengan distribusi dan ekspresi kemungkinan. Model discrete event
menghasilkan output yang acak dan oleh karena itu hanya merupakan estimasi dari perilaku yang sesungguhnya dari sebuah sistem. Replikasi harus dibuat dan
rata-rata harus diperoleh untuk mendapatkan estimasi dari ukuran-ukuran kinerja yang diharapkan.
Pada proses simulasi discrete event, entitas merepresentasikan produk atau jasa yang memperebutkan sumber daya untuk melakukan aktivitasnya. Oleh
karena itu simulasi discrete event adalah teknik simulasi yang paling natural untuk pemodelan dan analisis proses. Animasi dari model discrete event dapat sangat
impresif dan berguna untuk kepentingan validasi dan presentasi. Animasi dari discrete event juga bisa dilakukan dalam peta dan tergambar secara spasial
merepresentasikan sistem nyata dengan lebih baik OSullivan dan Perry, 2011. Salah satu contoh nyata representasi animasi dari discrete event simulation dapat
dilihat pada Gambar 2-48 berikut ini.
Stock PKS01 Produksi PKS01
Kapasitas PKS01 Tanki Timbun PO-01
Pengiriman CPO PKS01
Kapasitas Alat Angkut PKS01
Loading PO-01 Loading Rate PO-01
Barge Arrival to PO- 01
Stock PKS02 Produksi PKS02
Kapasitas PKS02
Pengiriman CPO PKS02
Kapasitas Tanki Timbun PO-01
Jumlah Alat Angkut PKS01
Shortage Surplus
Jumlah Alat Angkut PKS02
Kapasitas Alat Angkut PKS02
Gambar 2-48 Simulasi Discrete Event Berbasis Spasial
Salah satu kelemahan dari simulasi discrete-event ini adalah biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses running dibandingkan dengan
model simulasi analitis dan kontinyu. Tantangan pemodelan simulasi discrete- event ini adalah keahlian yang dibutuhkan untuk membangun model yang valid.
Contoh logika proses simulasi discrete-event ini ditunjukkan pada Gambar 2-49.
Gambar 2-49 Konsep Dasar Simulasi Discrete Event
Banks, II et al. 2010 dalam bukunya yang berjudul Discrete-event System Simulation memberikan gambaran langkah-langkah utama dalam
melakukan studi simulasi sebagaimana yang digambarkan pada Gambar 2-50.
t
Generate Arrival Entity
Dispose Entity Wait for
Resource Advance Time
Free Resource
Adapun langkah-langkah untuk melakukan simulasi komputer adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah
Setiap studi harus didahului dengan pendefinisian permasalahan. Jika definisi permasalahan diberikan oleh pembuat kebijakan, atau pemilik masalah, maka
peneliti harus memastikan bahwa permasalahan tersebut telah jelas dapat dipahami. Jika perumusan masalah dilakukan oleh peneliti, maka harus
dipastikan juga pembuat kebijakan memahami dan menyetujui perumusan masalah tersebut. Meskipun tidak ditunjukkan pada gambar, harus dipahami
bahwa perumusan masalah dapat dilakukan berulang seiring dengan berkembangnya penelitianstudi. Pada umumnya, pembuat kebijakan dan
peneliti menyadari bahwa permasalahan telah terjadi lama sebelum karakteristik permasalahan diketahui.
2. Penentuan tujuan dan perencanaan proyek penelitian
Tujuan menunjukkan pertanyaan yang harus dijawab oleh simulasi. Pada titik ini, harus sudah ditetapkan apakah simulasi merupakan metode yang tepat
untuk penyelesaian masalah seperti yang telah dirumuskan dan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan mengasumsikan bahwa simulasi adalah metode yang
tepat, dalam perencanaan proyek juga harus menyertakan sistem alternatif yang dapat digunakan dan metode evaluasi efektivitas dari alternatif-alternatif
tersebut. Dalam rencana proyek penelitian juga perlu menyertakan kebutuhan tenaga SDM, biaya penelitian, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
setiap tahapan, dan hasill yang diharapkan pada akhir setiap tahapannya.
3. Konsep pemodelan
Pembangunan sebuah model dari sebuah sistem cenderung lebih ke arah seni daripada sainsilmu pengetahuan. Pritsker 1998 membahas panjang lebar
tentang tahapan ini. “Meskipun tidak memungkinkan untuk memberikan instruksi detil yang dapat menuntun pembangunan model yang sesuai pada
setiap kasus, namun ada beberapa pedoman umum yang dapat diiku ti”
Morris, 1967. Seni memodelkan akan semakin baik dengan kemampuan mengintisarikan kunci permasalahan yang diteliti, memilih dan memodifiksi
asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan karakteristik sistem, dan memperkaya serta mengembangkan model sampai didapatkan hasil yang
diinginkan. Oleh karena itu, sebaiknya kita memulai dengan model sederhana dan membangunnya perlahan. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa model yang
dibangun tidak perlu melebihi tingkat yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian. Jika model dibangun melebihi tingkat yang dibutuhkan maka hal
tersebut hanya akan menambah biaya pembangunan model. Pendekatan sangat detil dari sistem nyata ke model one-to-one mapping tidak diperlukan, cukup
sampai dengan intisari dari sistem nyata yang dibutuhkan. Disarankan untuk melibatkan pengguna model dalam pembuatan konsep
model. Melibatkan pengguna model akan memperbaiki kualitas model yang dihasilkan dan juga menambah kepercayaan diri pengguna model dalam
aplikasinya.
4. Pengumpulan data
Ada hubungan saling mempengaruhi antara pembangunan model dan kumpulan data input Shannon, 1975. Ketika model berubah, maka elemen
data yang dibutuhkan juga akan berubah. Yang perlu diperhatikan adalah karena pengumpulan data merupakan tahapan yang paling besar porsinya
dalam melakukan simulasi, maka akan sangat penting untuk memulai pengumpulan data pada awal penelitian, umumnya bersamaan dengan tahapan
awal pembangunan model. Tujuan penelitian sangat menentukan jenis data yang harus diperoleh.
Contohnya pada studi antrian di bank, maka data-data yang dibutuhkan adalah distribusi antar kedatangan nasabah pada waktu yang berbeda tiap harinya,
distribusi pelayanan kasir bank, dan data historis distribusi antrian dalam beragam situasi.
5. Penerjemahan model
Sebagian besar sistem real ketika dimodelkan memerlukan penyimpanan informasi dan komputasi yang cukup kompleks, maka model harus dibuat
dalam format yang dapat dikenal komputer computer-recognizable.
Modeller harus menentukan akan menggunakan software yang dapat
digunakan simulasi untuk tujuan penelitiannya.
6. Verifikasi
Langkah verifikasi ini dimaksudkan untuk menguji apakah programperangkat lunak yang digunakan telah berjalan dengan baik. Pada model yang rumit,
sangat sulit, jika tidak bisa dibilang tidak mungkin, untuk menterjemahkan model pada perangkat lunak tanpa proses debugging yang dilakukan berulang-
ulang; jika parameter input dan struktur logika dari model telah mampu direpresentasikan dengan baik pada perangkat lunak, maka proses verifikasi
telah selesai.
7. Validasi
Validasi umumnya dilakukan dengan melakukan kalibarasi model, proses iterasi dengan membandingkan model dengan perilaku sistem aktual dan
menggunakan perbedaan antara keduanya , dan kesimpulan yang didapatkan, untuk melakukan perbaikan terhadap model. Proses ini dilakukan berulang-
ulang sampai didapatkan model dengan tingkat akurasi yang dapat diterima.
8. Desain eksperimen
Alternatif yang akan disimulasikan harus ditentukan terlebih dahulu. Seringkali, keputusan mengenai alternatif yang disimulasikan adalah fungsi
dari hasil yang telah selesai dianalisa. Perlu ada keputusan terlebih dahulu untuk setiap desain sistem yang akan disimulasikan, mengenai periode
simulasi, periode awal, dan jumlah replikasi.
9. Simulasi dan analisis
Simulasi dan analisis yang mengikutinya digunakan untuk mengestimasi kinerja dari desain sistem yang sedang disimulasikan.
10. Simulasi lanjutan
Setelah analisis selesai dilakukan, peneliti perlu menentukan apakah diperlukan simulasi lebih lanjut.
11. Dokumentasi dan pelaporan
Ada dua jenis pendokumentasian: program dan progress. Dokumentasi program perangkat lunak diperlukan beragam alasan. Jika program tersebut
akan digunakan lagi oleh peneliti yang sama maupun yang berbeda, akan sangat penting untuk memahami bagaimana program tersebut bekerja. Hal
tersebut juga akan memberikan kepercayaan pada program yang digunakan, sehingga pengguna model dan pembuat kebijakan dapat membuat keputusan
berdasarkan analisis
dari model
tersebut. Alasan
lain untuk
mendokumentasikan program adalah untuk keperluan modifikasi program, dan jika pengguna akan melakukan perubahan pada parameter input dan
menganalisis pengaruhnya terhadap keluaran yang dihasilkan. Musselman 1998 membahas tentang progress report yang
menyediakan sejarahtahapan tertulis dan penting dalam sebuah proyek simulasi. Progress report akan menunjukkan kronologi pembangunan model
dan keputusan-keputusan yang dibuat dalam prosesnya. Hal ini dapat digunakan sebagai alat untuk menjaga proyek tetap dalam jalur sesuai rencana.
Musselman menyarankan laporan rutin minimal bulanan sehingga pihak yang tidak terlibat langsung dalam aktivitas proyek harian pun dapat
memahami proyek dengan baik. Dari sisi pelaporan, Musselman menyarankan deliverables rutin,
dimana Musselman menyatakan “it is better to work with many intermediate milestones than with absolute deadline
.” Hasil dari seluruh analisis harus dilaporkan dengan jelas dan singkat
pada laporan final. Hal tersebut akan memudahkan pengambil keputusan untuk melakukan review terhadap perumusan final, sistem alternatif yang
diajukan, kriteria yang digunakan untuk membandingkan setiap alternatif, hasil eksperimen, dan rekomendasi solusi untuk permasalahan.
12. Implementasi
Keberhasilan tahapan implementasi sangat bergantung pada sebelas tahapan yang mendahuluinya. Hal yang juga penting adalah seberapa dalam analis
melibatkan pengguna model selama proses simulasi. Jika pengguna model telah dilibatkan selama proses pembangunan model dan pengguna model juga
mengerti karakteristik model dan output-outputnya, kecenderungan implementasi akan berhasil akan semakin baik Kelton, Sadowski et al.,
2003. Demikian juga sebaliknya, jika model dan asumsi-asumsi yang mendasarinya tidak dikomunikasikan dengan baik, maka proses implementasi
tidak akan berjalan dengan baik, terlepas dari validitas model yang dibangun. Pembangunan model simulasi seperti yang ditunjukkan pada diagram
dapat dibagi kedalam empat Fase. Fase pertama, terdiri dari langkah 1 Perumusan masalah dan 2 Penentuan tujuan dan desain keseluruhan.
Fase kedua berhubungan dengan pembangunan model dan pengumpulan data dan melibatkan langkah ke-3 Konsep pemodelan, 4 Pengumpulan data, 5
Penerjemahan model, 6 Verifikasi, dan 7 Validasi. Jika pengguna model tidak dilibatkan dalam fase ini akan mengakibatkan masalah pada saat
implementasi. Fase ketiga berkaitan dengan running mode. Langkah ke-8 Desain
eksperimen, 9 Simulasi dan analisis, dan 10 Simulasi lanjutan ada pada fase ketiga ini. Fase ini memerlukan perencanaan komprehensif terkait dengan
eksperimen dengan model simulasi. Simulasi discrete-event stochastic sebenarnya adalah eksperimen statistik. Variabel output yang dihasilkan
mengandung error acak, dan karena itu memerlukan analisis statistik yang baik.
Fase keempat, melibatkan langkah ke-11 Dokumentasi dan pelaporan, 12 Implementasi. Keberhasilan implementasi bergantung pada keterlibatan
kontinu dari pengguna model dan keberhasilan penyelesaian proses pada setiap tahapan. Mungkin, hal yang paling krusial dari keseluruhan proses
adalah langkah ke-7 Validasi, karena model yang tidak valid akan menghasilkan analisis yang salah, yang jika diimplementasikan akan
berbahaya dan menimbulkan biaya besar, atau bahkan keduanya.
Gambar 2-50 Langkah-langkah dalam Studi Simulasi
Formulasi permasalahan
Penentuan tujuan dan keseluruhan
rencana proyek
Konseptualisasi model
Pengumpulan data
Penterjemahan model
Verified?
Validated?
Rancangan eksperimental
Run dan analisis
Perlu run lagi?
Dokumentasi dan pelaporan
Implementasi Ya
Ya
Tidak Ya
Ya Tidak
Tidak Tidak
1
2
3 4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.5 Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Spasial
Perancangan merupakan langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa suatu produk atau sistem. Menurut Pressman 1997, perancangan merupakan
suatu proses penggunaan berbagai prinsip dan teknik untuk tujuan-tujuan pendefinisian suatu perangkat, proses atau sistem hingga ke tingkat kerincian
tertentu yang diinginkan. Model pengembangan sistem di tataran awal yang umumnya digunakan adalah
model prototyping. Prototyping sendiri merupakan model pengembangan sistem yang melibatkan proses pembentukan model versi sistem secara iteratif untuk
menghasilkan sistem yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pendekatan seperti ini merupakan implementasi dari konsep “think small strategize big” dari Turban
et al. 2011 dimana pengguna maupun pengembang pertama-tama fokus pada
penyelesaian permasalahan kunci untuk meraih keberhasilan-keberhasilan kecil secara bertahap. Pendekatan ini dipandang lebih efektif dan efisien dalam
pengembangan sistem pendukung keputusan Turban, Sharda et al., 2011. Model ini sendiri memiliki tiga bentuk:
a. Prototype diatas kertas atau berbasiskan sistem komputer yang menggambarkan diagram interaksi-interaksi yang mungkin terjadi.
b. Working type yang mengimplementasikan sebagian fungsi yang ditawarkan oleh sistem yang dikembangkan.
c. Program jadi yang mampu melakukan sebagian atau bahkan keseluruhan fungsi yang ditawarkan meskipun masih terdapat beberapa feature yang
dikembangkan lebih lanjut. Adapun proses pengembangan sistem pendukung keputusan yang menggunakan
proses prototyping ini melibatkan aktivitas-aktivitas sebagai berikut: a. Pengumpulan secara cepat kebutuhan terhadap sistem oleh pihak
pengguna dan pengembang. Aktivitas ini mirip dengan fase analisis yang terdapat dalam model pengembangan proses waterfall.