Hipotesis Ke Lima Hasil Pengujian Hipotesis

terangsang kognitif dan psikomotoriknya untuk dapat belajar Al Quran secara maskimal. Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pun demikian walaupun hasilnya tidak begitu signifikan melesat seperti anak yang memiliki motivasi tinggi, namun secara keseluruhan prestasi belajar siswa yang menggunakan Al Quran digital lebih tinggi dibandingkan mereka yang menggunakan media konvensional. Sebagaimana halnya media pada umumnya, kelebihan penggunaan Al Quran digital diiringi dengan beberapa kekurangan diantaranya penggunaan listrik yang memakan biaya besar, hanya bisa dipraktikan di sekolah yang memiliki faasilitas lengkap atau di rumah siswa yang memiliki sarana komputer atau laptop yang lengkap. Oleh karenanya tidak semua golongan dalam hal ini siswa dapat merefleksikannya dengan mudah. Selain itu, penggunaan komputer secara berlebihan dapat menyebabkan sakit mata, nyeri pada persendian dan peregangan otot.

b. Pembelajaran Al Quran secara Konvensional

Gambar 4.8 Suasana Belajar Al Quran secara Konvensional Kegiatan belajar mengajar baik di kelas eksperimen yakni kelas yang belajar Al Quran dengan teknologi Al Quran digital maupun kelas kontrol yakni kelas yang belajar Al Quran secara konvensional dilaksanakan dalam kurun waktu yang sama yakni seminggu 2 kali tatap muka, 4 jam pelajaran dan dilaksanakan pada objek yang sama yakni kelas IX SMPN semester genap tahun Ajaran 20152016. Berdasarkan pengamatan peneliti pada kelas yang belajar Al Quran secara konvensional, nampak pembelajaran Al Quran berlangsung secara tradisional. Guru memulai pelajaran Al Quran sesuai dengan materi pelajaran yang sesuai dengan silabus. Guru mencontohkan cara membaca Al Quran kemudian siswa membaca secara seksama. Setelah itu, siswa membaca satu persatu maju ke depan untuk mempraktikan membaca Al Quran. Guru melanjutkan pelajaran dengan menulis teks ayat Al Quran di papan tulis lengkap dengan terjemahnya. Siswa diminta untuk menulis teks ayat tersebut di buku tulis. Pembelajaran berlangsung satu arah dan monoton terpusat hanya pada guru sebagai satu satunya sumber belajar. Kegiatan ini dilakukan selama 12 kali pertemuan selama penelitian. Pembelajaran Al Quran secara konvensional meskipun terlihat kuno dan terkesan mengandalkan metode ceramah memiliki berbagai kelebihan. Diantaranya siswa fokus terhadap penjelasan guru, para siswa menggunakan pendengaranya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat, guru tidak perlu menyiapkan bahan belajar sehingga pembelajaran berlangsung efisien waktu dan hemat biaya. Disamping itu, belajar Al Quran langsung dengan guru sebagi mursyid Al Quran membuat mereka ta’zhim dan hormat terhadap guru nya, karena sentuhan langsung sang guru dalam mempelajari Al Quran. Pembelajaran Al Quran secara konvensional merupakan model pembelajaran yang paling pertama digunakan sejak awal dikenal pembelajaran sampai saat ini. Tentunya diantara kelebihan dari pembelajaran konvensional yang awet dan tahan lama ini terdapat berbagai kekurangan. Pembelajaran berlangsung hanya satu arah dari guru ke murid tanpa ada timbal balik antara keduanya. Model pembelajaran ini bergantung pada kompetensi yang dimiliki guru. Tidak semua siswa bisa menangkap pengetahuan yang disampaikan guru secara seimbang, ada siswa yang menangkap pembelajaran secara sempurna, namun tidak sedikit yang bisa menyerap pelajaran seadanya.

c. Motivasi belajar

Kegiatan yang saat ini banyak digelar dalam ruang lingkup kelas besar diantaranya adalah “Motivasi Diri”, apapun bentuknya mulai dari seminar talkshow, acara ini selalu diminati banyak orang. Salah satu sebabnya adalah mereka membutuhkan semangat, dorongan dan kepercayaan diri walaupun hanya sekedar kata, perhatian dan saran. Demikian halnya dengan siswa di sekolah. Guru merupakan motivator ulung di kelas, tugasnya bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran, memberikan tugas dan ulangan semata, namun guru harus bisa membuat anak percaya diri, menemukan bakatnya dan bisa meraih prestasi yang gemilang. Siswa sebagaimana halnya manusia, banyak dihadapkan oleh banyak permasalahan baik di rumah dengan orang tuanya, dengan adiknya atau dengan teman sebayanya. Jika kita lihat, lebih banyak waktu yang mereka habiskan di luar sekolah dibanding waktu belajar di sekolah, maka tidak heran jika mereka pergi sekolah tidak hanya membawa beban buku dan alat tulis ke sekolah melainkan beban problematika kehidupan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di sekolah terbukti bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung ceria, bersemangat, selalu melakukan inovasi dalam belajar, tidak puas dengan jawaban guru, belajar mandiri tanpa harus ada yang memerintahkan si anak untuk belajar. Sementara siswa yang memiliki motivasi belajar rendah cenderung tidak suka belajar, tidak pernah mengulang pelajaran sekolah, serta tidak fokus belajar. Oleh karenanya peran guru diharapkan dapat mendongkrak semangat belajar siswa, guna menciptakan pembelajaran yang efektif dan nyaman bagi mereka.

d. Kemampuan baca tulis Al Quran

Diantara indikator kemampuan berbahasa asing yang baik adalah siswa mampu membaca dan menulis bahasa tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Data Kemenag sebagaimana disingung pada “Pendahuluan” menunjukan bahwa kualitas kemampuan baca tulis Al Quran terus merosot tiap tahunnya. Data ini diperkuat dengan kondisi riil di lapangan pada sekolah-sekolah negeri yang mayoritasnya muslim hanya sedikit sekolah negeri yang mau mencantumkan pelajaran Al Quran sebagai salah satu bidang studi di sekolah tersebut. Keterpurukan ini merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk guru Agama di sekolah. Hendaknya guru memberikan nuansa baru dalam belajar Al Quran di kelas, agar siswa tertarik untuk belajar lebih jauh, ketika minat itu timbul mungkin tidak hanya sampai pada tahap baca tulis melainkan sampai pada tahap penguasaan dan pemahamaan Al Quran. Berdasarkan pengamatan penulis, anak anak lebih senang dan antusias jika diajar dengan media yang sesuai dengan perkembangan zaman mereka, kesulitan apapun jika mereka senang dengan pelajaran yang berlangsung akan merangsang insting mereka untuk berfikir keras dan belajar mandiri tanpa harus diberi arahan.

2. Temuan Kuantitatif

Tabel 4.29 Rekapitulasi temuan kuantitatif selama penelitian No Kelas Nilai Motivasi tinggi Nilai Motivasi Rendah Digital Motivasi tinggi Manual Motivasi tinggi 1 kelas eksperimen 94,25 70,6 94,25 74,45 2 93,25 72,95 93,25 74,45 3 92,65 71,35 92,65 74,45 4 89,45 73,85 89,45 72,87 5 87,8 70,45 87,8 73,87 6 86,8 70,45 86,8 73,55 7 89,45 71,35 89,45 73,7 8 88,43 71,35 88,435 74,32