terangsang kognitif dan psikomotoriknya untuk dapat belajar Al Quran secara maskimal. Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pun demikian
walaupun hasilnya tidak begitu signifikan melesat seperti anak yang memiliki motivasi tinggi, namun secara keseluruhan prestasi belajar siswa yang
menggunakan Al Quran digital lebih tinggi dibandingkan mereka yang menggunakan media konvensional.
Sebagaimana halnya media pada umumnya, kelebihan penggunaan Al Quran digital diiringi dengan beberapa kekurangan diantaranya penggunaan
listrik yang memakan biaya besar, hanya bisa dipraktikan di sekolah yang memiliki faasilitas lengkap atau di rumah siswa yang memiliki sarana
komputer atau laptop yang lengkap. Oleh karenanya tidak semua golongan dalam hal ini siswa dapat merefleksikannya dengan mudah. Selain itu,
penggunaan komputer secara berlebihan dapat menyebabkan sakit mata, nyeri pada persendian dan peregangan otot.
b. Pembelajaran Al Quran secara Konvensional
Gambar 4.8 Suasana Belajar Al Quran secara Konvensional
Kegiatan belajar mengajar baik di kelas eksperimen yakni kelas yang belajar Al Quran dengan teknologi Al Quran digital maupun kelas kontrol
yakni kelas yang belajar Al Quran secara konvensional dilaksanakan dalam kurun waktu yang sama yakni seminggu 2 kali tatap muka, 4 jam pelajaran dan
dilaksanakan pada objek yang sama yakni kelas IX SMPN semester genap tahun Ajaran 20152016.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada kelas yang belajar Al Quran secara konvensional, nampak pembelajaran Al Quran berlangsung secara
tradisional. Guru memulai pelajaran Al Quran sesuai dengan materi pelajaran yang sesuai dengan silabus. Guru mencontohkan cara membaca Al Quran
kemudian siswa membaca secara seksama. Setelah itu, siswa membaca satu persatu maju ke depan untuk mempraktikan membaca Al Quran. Guru
melanjutkan pelajaran dengan menulis teks ayat Al Quran di papan tulis lengkap dengan terjemahnya. Siswa diminta untuk menulis teks ayat tersebut
di buku tulis. Pembelajaran berlangsung satu arah dan monoton terpusat hanya pada guru sebagai satu satunya sumber belajar. Kegiatan ini dilakukan selama
12 kali pertemuan selama penelitian.
Pembelajaran Al Quran secara konvensional meskipun terlihat kuno dan terkesan mengandalkan metode ceramah memiliki berbagai kelebihan.
Diantaranya siswa fokus terhadap penjelasan guru, para siswa menggunakan pendengaranya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan
menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat, guru tidak perlu menyiapkan bahan belajar sehingga pembelajaran berlangsung efisien waktu
dan hemat biaya. Disamping itu, belajar Al Quran langsung dengan guru
sebagi mursyid Al Quran membuat mereka ta’zhim dan hormat terhadap guru nya, karena sentuhan langsung sang guru dalam mempelajari Al Quran.
Pembelajaran Al Quran secara konvensional merupakan model pembelajaran yang paling pertama digunakan sejak awal dikenal pembelajaran
sampai saat ini. Tentunya diantara kelebihan dari pembelajaran konvensional yang awet dan tahan lama ini terdapat berbagai kekurangan. Pembelajaran
berlangsung hanya satu arah dari guru ke murid tanpa ada timbal balik antara keduanya. Model pembelajaran ini bergantung pada kompetensi yang dimiliki
guru. Tidak semua siswa bisa menangkap pengetahuan yang disampaikan guru secara seimbang, ada siswa yang menangkap pembelajaran secara sempurna,
namun tidak sedikit yang bisa menyerap pelajaran seadanya.
c. Motivasi belajar
Kegiatan yang saat ini banyak digelar dalam ruang lingkup kelas besar diantaranya adalah
“Motivasi Diri”, apapun bentuknya mulai dari seminar talkshow, acara ini selalu diminati banyak orang. Salah satu sebabnya
adalah mereka membutuhkan semangat, dorongan dan kepercayaan diri walaupun hanya sekedar kata, perhatian dan saran. Demikian halnya dengan
siswa di sekolah. Guru merupakan motivator ulung di kelas, tugasnya bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran, memberikan tugas dan ulangan
semata, namun guru harus bisa membuat anak percaya diri, menemukan bakatnya dan bisa meraih prestasi yang gemilang. Siswa sebagaimana halnya
manusia, banyak dihadapkan oleh banyak permasalahan baik di rumah dengan orang tuanya, dengan adiknya atau dengan teman sebayanya. Jika kita lihat,
lebih banyak waktu yang mereka habiskan di luar sekolah dibanding waktu belajar di sekolah, maka tidak heran jika mereka pergi sekolah tidak hanya
membawa beban buku dan alat tulis ke sekolah melainkan beban problematika kehidupan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di sekolah terbukti
bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung ceria, bersemangat, selalu melakukan inovasi dalam belajar, tidak puas dengan
jawaban guru, belajar mandiri tanpa harus ada yang memerintahkan si anak untuk belajar. Sementara siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
cenderung tidak suka belajar, tidak pernah mengulang pelajaran sekolah, serta tidak fokus belajar. Oleh karenanya peran guru diharapkan dapat mendongkrak
semangat belajar siswa, guna menciptakan pembelajaran yang efektif dan nyaman bagi mereka.
d. Kemampuan baca tulis Al Quran
Diantara indikator kemampuan berbahasa asing yang baik adalah siswa mampu membaca dan menulis bahasa tersebut dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Data Kemenag sebagaimana disingung pada “Pendahuluan” menunjukan bahwa kualitas kemampuan baca tulis Al
Quran terus merosot tiap tahunnya. Data ini diperkuat dengan kondisi riil di lapangan pada sekolah-sekolah negeri yang mayoritasnya muslim hanya
sedikit sekolah negeri yang mau mencantumkan pelajaran Al Quran sebagai salah satu bidang studi di sekolah tersebut. Keterpurukan ini merupakan
tanggung jawab semua pihak, termasuk guru Agama di sekolah. Hendaknya guru memberikan nuansa baru dalam belajar Al Quran di kelas, agar siswa
tertarik untuk belajar lebih jauh, ketika minat itu timbul mungkin tidak hanya sampai pada tahap baca tulis melainkan sampai pada tahap penguasaan dan
pemahamaan Al Quran. Berdasarkan pengamatan penulis, anak anak lebih senang dan antusias jika diajar dengan media yang sesuai dengan
perkembangan zaman mereka, kesulitan apapun jika mereka senang dengan pelajaran yang berlangsung akan merangsang insting mereka untuk berfikir
keras dan belajar mandiri tanpa harus diberi arahan.
2. Temuan Kuantitatif
Tabel 4.29 Rekapitulasi temuan kuantitatif selama penelitian
No Kelas
Nilai Motivasi
tinggi Nilai
Motivasi Rendah
Digital Motivasi
tinggi Manual
Motivasi tinggi
1
kelas eksperimen
94,25 70,6
94,25 74,45
2 93,25
72,95 93,25
74,45 3
92,65 71,35
92,65 74,45
4 89,45
73,85 89,45
72,87 5
87,8 70,45
87,8 73,87
6 86,8
70,45 86,8
73,55 7
89,45 71,35
89,45 73,7
8 88,43
71,35 88,435
74,32