2. Teori Motivasi Belajar
Motivasi merupakan kekuatan atau tenaga atau daya. Suatu keadaan kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu, untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik
disadari maupun tidak disadari Purwanto, 1985: 37. Agar motivasi itu tepat sasaran diperlukan kerangka, yakni teori dasar dalam mengembangkannya. Menurut
Djiwandono 2006: 330 setidaknya ada sembilan macam teori motivasi yang bisa diterapkan, yaitu:
a. Motivasi dan penguat
Konsep motivasi ini berkaitan erat dengan prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang telah diperkuat pada waktu yang lalu barang kali diulang. Misalnya
siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus diberi hadiah. Sedangkan tingkah laku yang tidak diperkuat atau dihukum tidak akan diulang, misalnya
siswa yang menyontek dihukum. Siswa yang telah di re-inforced atau diperkuat untuk belajar. Contohnya dengan memberikan nilai yang bagus atau pujian dari
orang tua dan guru akan termotivasi untuk belajar. Tetapi sebaliknya, siswa yang tidak diperkuat untuk belajar, karena mereka telah belajar tetapi tidak
mendapatkan nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua atau gurunya tidak memuji belajarnya tidak akan termotivasi untuk belajar. Djiwandono, 2006: 330
b. Hadiah dan penguat reward and reinforce
Sebagian besar reinforcer ditentukan oleh pribadi dan situasi. Nilai reinforcer dari reward hadiah tidak begitu saja diterima oleh siswa, karena
semua itu bergantung pada banyak faktor. Contoh, ketika guru mengatakan kepada siswa supaya mengumpulkan pekerjaannya karena akan dinilai, dengan maksud
nilai merupakan reinforcer bagai hampir semua siswa Djiwandono, 2006; 331.
c. Cognitive dissonance
Kebutuhan untuk menyatakan bahwa dirinya adakah seorang yang baik positif merupakan suatu motivator yang kuat. Teori ini berpegang bahwa orang
akan marah atau tidak senang jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologis tidak konsisten. Dalam situasi pendidikan, cognitive
dissonance, sering dipakai jika siswa menerima umpan baik, yang tidak menyenangkan bagi prestasi akademik mereka Djiwandono, 2006: 332.
d. Teori Atribusi
Teori ini berpegang pada prinsip jika sesuatu yang baik terjadi maka yang baik itu karena kemampuan mereka. Sebaliknya jika sesuatu yang buruk terjadi
pada mereka akan percaya bahwa ini karena tidak ada kontrol. Djiwandono menambahkan bahwa teori atribusi menyebutkan ada 4 penjelasan untuk sukses
dan gagal dalam presatsi yaitu: 1 kemampuan, 2 usaha, 3 tugas yang sulit, 4 keberuntungan atau nasib. Empat atribusi ini dapat mewakili penjelasan tentang
sukses dan gagal sebagai mana tabel berikut.
Tabel 2.2 Teori Atribusi Djiwandono: 2006
Kemampuan dan usaha adalah dari dalam internal dan tugas yang sulit
dan keberuntungan atau nasib adalah dari luar eksternal adalah kemampuan tidak sama dengan usaha. Kemampuan ada hubungan dengan stabil artinya tidak
dapat berubah. Sedangkan usaha dapat berubahDjiwandono, 2006: 334.
e. Coingtons Theory Of Self Worth
Menurut teori ini, seorang individu belajar dari persepsi masyarakat bahwa sesorang dinilai karena prestasinya. Faktor kunci untuk motivasi berprestasi dapat
dijelaskan sebagai berikut: bagaimana seseorang mencoba untuk mempertahankan persesi bahwa dia mempunyai kemampuan yang positif yang merupakan basis dari
self worth menghargai dirinya sendiri. Jika seseorang gagal dalam melaksanakan tugas, persepsi orang bahwa dia tidak mampu. Kegagalan menciptakan perasaan
diri yang tidak berharga dan menolak dirinya sendiri. self rejection sebagai akibatnya, ketika individu dihadapkan pada tugas yang kemungkinan akan gagal,
mereka akan menghindari situasi atau mengembangkan strategi untuk melindungi diri dari kurangnya kemampuan. Djiwandono, 2006: 338.
Teori atribusi menggambarkan dan menyarankan implikasi dari penjelasan orang-orang akan kesuksesan dan kegagalan mereka
locus of
control Stabil
Stabil tidak stabil
internal : kemampuan :
usaha : Sukses :
saya pandai “saya berusaha keras”
Gagal: saya bodoh
“saya tidak berusaha” eksternal :
tugas yang sulit keberutungan nasib
Sukses : “tugas itu mudah
saya beruntung nasib saya baik gagal :
“tugas itu sangat sulit “saya tidak beruntung” nasib saya
sedang sial
f. Expentacy Theories Of Motivation
Teori ini berpandangan bahwa sebagian besar bergantung pada harapan seseorang untuk mendapatkan reward hadiah. Teori ini mengatakan bahwa
motivasi manusia untuk mencapai sesuatu bergantung pada hasil perkiraan mereka akan adanya kesempatan untuk sukses, dan nilai yang mereka tempatkan pada
sukses. Djiwandono, 2006: 341.
Tabel 2.3 Rumus Teori Ekspektasi Motivasi Djiwandono: 2006
g. Teori Humanistik untuk Motivasi
Interpretasi humanistik terhadap motivasi menekankan adanya kebebasan, pilihan, menentukan dirinya sendiri dan berjuang untuk pertumbuhan pribadi.
Dengan penekanan ini ahli-ahli psikologi humanistik cenderung menjadi sangat cocok dengan pendekatan kognitif. Djiwandono, 2006: 345 Banyak teori-teori
humanistik menggambarkan kebutuhan, seperti disinggung dalam teori Maslow.
Maslow 1954, para.2 Seorang ahli teori motivasi, mengungkapkan bahwa hierarki pada kebutuhan manusia terdiri dari Self Actualization aktualisasi
diri, Esteem penghargaanpenghormatan Love and Belonging rasa cinta dan rasa memiliki, Safety Needs Perasaan aman Psychology Needs kebutuhan
Psikologis. Secara jelas digambarkan kebutuhan manusia tersebut digambarkan dengan piramid berikut:
Gambar 2.6 Teori Hierarchy Moslow Uno: 2008
Meramalkan kemungkinan akan kesuksesan
Nilai insentif untuk sukses
Motivasi X
M PS
IS
Teori motivasi berdasarkan gambar 2.6 mengungkap bahwa kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan mendasar yang tidak bisa lepas dari kebutuhan
manusia, dan puncaknya adalah aktualisasi diri menempatkan dirinya sesuai pada bidangnya. Secara lebih lengkap menurut Djiwandono 2006: 346 urutan motivasi
berdasarkan kebutuhan yang paling tinggi adalah:
1 Self actualization : Memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri
dimana orang bisa atau mampu melakukan. 2 Esteem appreciation
: Mencari kenutuhan akan keindahan, tersusun dengan rapi.
3 Intellectual achievement : Kebutuhan untuk mengerti dan menyelidiki.
4 Self-esteem : Keinginan untuk mendapatkan persetujuan dan
pengakuan. 5 Belonging
: Kebutuhan untuk diterima dan dicintai. 6 Safety
: Kebutuhan untuk merasa aman secara fisik maupun psikis dan bebas dari bahaya.
7 Survival : Tingkat kebutuhan yang paling dasar yakni
makanan, air, udara dan perumahan.
h. Motivasi dan kepribadian
Motivasi sering dilihat sebagai sifat-sifat kepribadian seseorang yang relatif stabil. Beberapa orang dimotivasi untuk berprestasi, beberapa orang
dimotivasi untuk bekerja sama dengan orang lain, dan mereka mengekspresikan motivasi ini dalam banyak cara yang berbeda-beda. Motivasi sebagai suatu sifat
yang stabil adalah suatu konsep yang berbeda dengan motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik atau khusus dalam situasi tertentu. Motivasi sebagai suatu
sifat kepribadian adalah suatu hasil yang besar dari sejarah reinforcement seseorang. Djiwandono, 2006: 349.
i. Motivasi berprestasi
Motivasi beprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan oleh
siswa itu sendiri. Oleh karenanya, siswa diharuskan untuk bertanggung jawab mengenai keberhasilan yang akan diperolehnya. Biasanya individu yang memiliki
motivasi tinggi akan menampilkan perilaku yang berbeda dengan orang yang motivasi berprestasi rendah Hawadi, 2001: 87. Teori ini dikembangkan oleh Mc
Clelland dalam bukunya Human Motivation 1987. Dalam bukunya dikatakan bahwa level motivasi berprestasi seseorang dapat dibedakan menurut empat hal,
yaitu:
1 Tanggung jawab Individu yang memiliki motivasi level tinggi akan merasa dirinya
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Ia akan menyelesaikan setiap tugas yang dan tidak akan meninggalkan tugas itu sebelum selesai.