3 Perhitungan indeks kesukaran adalah untuk menentukan apakah satu butir tes termasuk kategori mudah, sedang dan sukar. Untuk itu merujuk pada
Sugiyono 2013: 187 digunakan rumus sebagai berikut:
P = B JS
Keterangan: P = Indeks kesukaran
B = Jumlah peserta uji coba yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh peserta uji coba
Tingkat kesukaran butir tes dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : mudah, sedang dan sukar, yakni:
P 0,00 sampai 0,30 = tes sukar P 0,30 sampai 0,70 = tes sedang
P 0,70 sampai 1,00 = tes mudah
. 2.
Instrumen Variabel Moderator Atribut a.
Definisi konseptual
Instrumen variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang memliki
dampak sangat besar dalam kehiduan siswa berupa tingkah laku, perhatian belajar. Baik dorongan tersebut bersifat internal dari dalam dirinya
ataupun dari luar seperti motivasi dari guru bidang studi berupa nilai, penghargaan, reward dan pujian. Motivasi belajar yang saling terkait satu
sama lain diharapkan menjadi sebuah senjata ampuh untuk meng-upgrade semangat belajar dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam
keterampilan Baca tulis Al Quran.
b. Definisi operasional
Perbedaan motivasi belajar rendah dan motivasi belajar tinggi siswa diperoleh dari hasil angket tentang baca tulis Al Quran. Isi kuesioner
tersebut meliputi: Bagaimana tanggung jawabnya terhadap mata pelajran, kerutinitasanya, ketahanannya dalam mencapai tujuan belajar, usaha-usaha
ke arah yang lebih baik serta harapannya terhadap teman dan guru- gurunya.
Instrumen untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa ini dikembangkan dalam bentuk angket. Angket ini diberikan kepada
koresponden berupa 30 butir soal yang didesain memalui skala Likert. Dimana siswa bisa menjawab dengan pilihan 5 jawaban yaitu: Setuju,
Sangat Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Kisi kisi Angket Motivasi Belajar dapat dilihat pada bagian lampiran 2.
c. Jenis instrumen
Jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa adalah angket berupa kuesioner yang telah dikembangkan
oleh peneliti yang mengacu pada indikator-indikator kemampuan dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran baca tulis Al Quran. Instrumen
yang digunakan dalam mengukur motivasi ini adalah menggunakan skala likert. Karena pertimbangan peneliti skala ini dapat digunakan untuk
mengukur sikap. Bentuk pernyataan disusun dengan lima pilihah sikap yaitu: SS sangat setuju, S setuju, R Ragu-Ragu, TS tidak setuju dan
STS sangat tidak setuju. Reksoatmojo, 2007: 198
Proses pengembangan instrumen tes tingkat motivasi belajar siswa dimulai dengan penyusunan butir kuesioner. Tahap berikutnya konsep
instrumen ini diperiksa oleh para panelis, yaitu seberapa jauh butir-butir pernyataan tersebut mengukur aspek kajian teoritis dan motivsai belajar Al
Quran. Setelah instrumen disetujui maka instrumen tersebut diujicobakan kepada peserta didik sebagai sampel uji coba.
Setelah didapatkan hasil berupa nilai dalam skala ordinal, peneliti mengkonversikan hasil tersebut ke dalam skala interval dengan
menggunakan aplikasi MSI Metode Succesive Interval. Aplikasi ini dapat diunduh di:
http:sambas.staf.upi.edu20130116methode-succesive-interval-msi
3. Varibel Pelakuan
Variabel perlakuan dalam penelitian ini adalah teknologi pembelajaran A yang terdiri dari teknologi pembelajaran Al Quran dengan pendekatan digital A
1
dan teknologi pembelajaran Al Quran manual A
2
sebagai variabel bebas.
1 Definisi konseptual konstruktif
Teknologi pembelajaran sebagai mana mediaalat untuk menyampaikan atau mentransfer ilmu harus dapat merangsang siswa untuk
bertindak lebih aktif dalam belajar. Melalui kelebihan fitur yang ada pada Al Quran dapat memotivasi dan memberikan dorongan positif terhadap
pembelajaran Al Quran.
Pembelajaran dengan teknologi Al Quran digital merupakan pembelajaran berbasis multimedia yang menggunakan software digital
yang menampilkan animasi yang mutakhir dan terkini dengan gambar berupa teks ayat Al Quran dilengkapi dengan tajwid berwarna yang dapat
memudahkan penggunanya mengenali hukum tajwid sesuai dengan bacaanya.
Sedangkan pembelajaran Al Quran manual atau konvensional berjalan dengan deskripsi guru menggunakan metode ceramah sebagai
metode pembelajaran dan menjadikan mushaf Al Quran cetak sebagai media belajar dalam proses belajar di kelas.