1 Ada kemungkinan terjemahan Al Quran digital memiliki makna yang berbeda karena Al Quran digital dapat dibajak oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. 2 Al Quran Digital bebas beredar tanpa tanda Tashih dari Kemenag. Andi,
2015. para. 3-5. 3 Pemilik Audio Quran digital belum bisa menyimpan rekaman dan video di
dalamnya. Sapta, 2006. para.4. Aplikasi penerapan teknologi Al Quran digital pada penelitian ini adalah
teknologi berbasis pada komputer yang dijalankan dengan Software Al Quran digital. Pembelajaran berbantuan komputer diharapkan mampu menciptakan lingkungan
belajar yang menyediakan beragam opsi yang mampu menstimulasi pembelajar untuk menggunakan potensi kognitifnya Salma Siregar, 2007: 168.
B. Motivasi Belajar Al Quran
1. Motivasi Belajar
Motivasi sering disebut dengan kata “dorongan”. Menurut Iska 2011:82 Motivasi dalam arti sempit adalah “hasrat untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan
dalam arti luas motiva si adalah “Serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak
suka itu“. Definisi lebih lanjut dikemukakan oleh Al Za‟balawi 2007; 191 “Motivasi adalah potensi fitrah yang terpendam, yang mendorong manusia untuk melakukan
sesuatu yang mendatangkan kesenangan kepada dirinya atau memuaskan kebutuhan primernya, atau menolak bahaya yang membawa kesakitan dan
kesedihan kepadanya.” Senada dengan definisi di atas Sardiman 1992: 74 menambahkan bahwa
“Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalanan gejala kejiwaan, perasaan dan
juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tu
juan, kebutuhan dan keinginan”. Belajar menurut para pakar pendidikan Rasyad 2006: 14 adalah perubahan
tingkah laku dan perilaku. Lebih lanjut Sumardi 1984: 232 menambahkan bahwa belajar itu membawa perubahan dan perubahan itu terjadi karena usaha yang pada
pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru.
Sementara motivasi belajar sebagaimana diutarakan oleh Uno 2008: 23 adalah “dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.” Suardi 2015: 44 mengungkapkan bahwa “motivasi belajar
memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar“. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit tertinggal belajarnya dan
sangat sedikit pula tingkat kejenuhan dalam belajarnya.
Menanggapi fenomena belajar sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, dibawah ini dicantumkan beberapa ciri motivasi yang ada pada diri
seseorang menurut Suardi 2015: 45 yaitu: a. Tekun dalam menghadapi tugas.
b. Dapat bekerja secara terus-menerus dalam waktu lama. c. Ulet dalam menghadapi kesulitan.
d. Tidak mudah putus asa. e. Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh.
f. Menunjukan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar. g. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
h. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin. i. Senang mencari dan memecahkan masalah.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran dalam rangka
mendorong dan mendongkrak semangat belajar anak serta menghadapi berbagai permaslahan dalam belajar. Sehingga dapat tercipta suasana belajar yang sesuai dengan
semboyan PAIKEM GEMBROT yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Menyenangkan, Menggembirakan dan Berbotot.
Ada banyak unsur yang dapat memotivasi siswa agar dapat membuat prestasi belajar siswa melesat di sekolah. Raid 2009: 33 mengungkapakan unsur-unsur
motivasi belajar tersebut adalah: 1 Lingkungan yang memotivasi, 2 Sekolah yang memotivasi, 3 Motivasi internal, 4 Motivasi eksternal. Pejelasan rincinya sebagai
berikut:
1 Lingkungan yang memotivasi Suasana yang kondusif, aman dan nyaman dapat meningkatkan mood
belajar anak sehingga anak termotivasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi di lingkunganya.
2 Sekolah yang memotivasi
Sekolah yang baik adalah sekolah yang memberikan wadah kepada siswa untuk kreatif dan inovatif. Dengan penghargaan terhadap para siswanya tentu
akan membuat siswa merasa dihargai karyanya, dan akhirnya akan memicu dan memacu prestasi belajar di sekolahnya.
3 Motivasi internal
Motivasi internal adalah motivasi yang lahir dari dalam diri orang itu sendiri. Misalnya sorang siswa menjadi rajin belajar karena berkeinginan menjadi
juara pertama di kelasnya, tak peduli ada yang memintanya ataupun tidak. Pribadinya digerakkan dan dimotivasi oleh dirinya sendiri. Manis, 2010: 3
Adapun tips yang dapat dilakukan agar menimbulkan motivasi intrinsik menurut Hakim 2005: 30 adalah:
a Memahami manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari setiap pelajaran. b Memilih bidang studi yang paling disenangi dan paling sesuai dengan
minat. c Memilih jurusan bidang studi yang sesuai dengan bakat dan
pengetahuan. d Memilih bidang studi yang paling menunjang masa depan.
4 Motivasi eksternal Motivasi eksternal adalah motivasi yang datang dari luar orang itu.
Misalnya, seorang siswa jadi rajin belajar setelah dijanjikan akan dibelikan sepeda motor baru oleh orang tuanya Manis, 2010: 4. Adapun tips yang dapat
dilakukan agar dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik menurut Hakim 2005: 30-31 adalah:
a Keinginan mendapat nilai ujian yang baik. b Keinginan menjadi juara kelas atau juara umum.
c Keinginan naik kelas atau lulus ujian. d Keinginan menjaga harga diri atau gengsi.
e Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain. f Keinginan menjadi siswa teladan.
g Keinginan untuk melaksanakan anjuran atau dorongan dari orang lain
seperti orang tua, kakak, teman akrab, guru, dan orang lain disegani serta mempunyai hubungan yang erat.
Motivasi eksternal dapat dilakukan secara maksimal oleh guru di sekolah. Secara eksplisit Purwanto 1985: 41 menambahkan beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar, yaitu:
1 Hindarkanlah sugesti dan kondisi yang negatif kurang menunjang dan menggairahkan.
2 Ciptakan situasi kompetensi yang sehat, baik antar individu dalam kelompokkelasnya maupun self competition.
3 Adakan pre-making atas dasar prisip goal gradient makin jelas dan dekat pada tujuansaran makin kuat motif berusaha.
4 Dalam hal tertentu, ganjaran dan hadiah reward and punishment atau insentif dapat juga diberikan dalam bentuk penghargaan dengan
pujian, piagam, fasilitas, kesempatan promosi, dan sebagainya. Bila dipandang mungkin dapat juga dipergunakan hukuman pedagogis
punishment, penalty.
2. Teori Motivasi Belajar
Motivasi merupakan kekuatan atau tenaga atau daya. Suatu keadaan kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu, untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik
disadari maupun tidak disadari Purwanto, 1985: 37. Agar motivasi itu tepat sasaran diperlukan kerangka, yakni teori dasar dalam mengembangkannya. Menurut
Djiwandono 2006: 330 setidaknya ada sembilan macam teori motivasi yang bisa diterapkan, yaitu:
a. Motivasi dan penguat
Konsep motivasi ini berkaitan erat dengan prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang telah diperkuat pada waktu yang lalu barang kali diulang. Misalnya
siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus diberi hadiah. Sedangkan tingkah laku yang tidak diperkuat atau dihukum tidak akan diulang, misalnya
siswa yang menyontek dihukum. Siswa yang telah di re-inforced atau diperkuat untuk belajar. Contohnya dengan memberikan nilai yang bagus atau pujian dari
orang tua dan guru akan termotivasi untuk belajar. Tetapi sebaliknya, siswa yang tidak diperkuat untuk belajar, karena mereka telah belajar tetapi tidak
mendapatkan nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua atau gurunya tidak memuji belajarnya tidak akan termotivasi untuk belajar. Djiwandono, 2006: 330
b. Hadiah dan penguat reward and reinforce
Sebagian besar reinforcer ditentukan oleh pribadi dan situasi. Nilai reinforcer dari reward hadiah tidak begitu saja diterima oleh siswa, karena
semua itu bergantung pada banyak faktor. Contoh, ketika guru mengatakan kepada siswa supaya mengumpulkan pekerjaannya karena akan dinilai, dengan maksud
nilai merupakan reinforcer bagai hampir semua siswa Djiwandono, 2006; 331.
c. Cognitive dissonance
Kebutuhan untuk menyatakan bahwa dirinya adakah seorang yang baik positif merupakan suatu motivator yang kuat. Teori ini berpegang bahwa orang
akan marah atau tidak senang jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologis tidak konsisten. Dalam situasi pendidikan, cognitive
dissonance, sering dipakai jika siswa menerima umpan baik, yang tidak menyenangkan bagi prestasi akademik mereka Djiwandono, 2006: 332.