Grout Perlindungan untuk tendon prategang
20.16 Perlindungan terhadap karat untuk tendon prategang tanpa lekatan
1 Tendon tanpa lekatan harus dibungkus dengan pelapis. Tendon harus dilapisi secara penuh dan pelapis di sekeliling tendon harus diisi dengan bahan yang sesuai yang mampu memberikan perlindungan terhadap karat dengan baik. 2 Pelapis harus kedap air dan menerus di sepanjang bagian tendon yang direncanakan tanpa lekatan. 3 Untuk aplikasi di lingkungan korosif, penyambungan pelapis dengan angkur penegangan, angkur tengah, dan angkur mati haruslah bersifat kedap air. 4 Tendon tanpa lekatan yang terdiri dari strand tunggal harus dilindungi terhadap korosi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.20.17 Selongsong untuk sistem pasca-tarik
1 Selongsong untuk tendon yang di-grout harus kedap mortar dan tidak reaktif dengan bahan beton, tendon, bahan pengisi yang akan digunakan, dan bahan penghambat korosi. 2 Selongsong untuk tendon kawat tunggal, strand tunggal, atau batang tunggal yang di- grout harus mempunyai diameter dalam paling sedikit 6 mm lebih besar daripada diameter tendon. 3 Selongsong untuk tendon kawat majemuk, strand majemuk, atau batang majemuk yang di-grout harus mempunyai luas penampang-dalam paling sedikit dua kali luas penampang tendon.20.18 Grout
untuk tendon prategang dengan lekatan 1 Grout harus terdiri dari semen portland dan air; atau semen portland, pasir, dan air. 2 Bahan untuk grout yaitu semen portland, air, pasir dan bahan-tambahan yang boleh digunakan, harus memenuhi ketentuan yang berlaku dalam pasal 5. Bahan-tambahan yang boleh digunakan adalah yang telah diketahui tidak memiliki pengaruh buruk terhadap bahan grout, baja, atau beton. Bahan tambahan yang mengandung kalsium klorida tidak boleh dipergunakan. SNI - 03 - 2847 - 2002 192 dari 278 3 Pemilihan proporsi grout: 1 Proporsi bahan untuk grout harus didasarkan pada salah satu ketentuan berikut: a Hasil pengujian pada grout yang masih segar dan yang sudah mengeras yang dilaksanakan sebelum pekerjaan grout dimulai, atau b Catatan pengalaman sebelumnya dengan bahan dan peralatan yang serupa dan pada kondisi lapangan yang sebanding. 2 Semen yang digunakan untuk pekerjaan harus sesuai dengan jenis semen yang digunakan dalam penentuan proporsi grout. 3 Kandungan air haruslah merupakan nilai minimum yang cukup untuk menjamin tercapainya pelaksanaan pemompaan grout dengan baik, tetapi nilai rasio berat air-semen tidak boleh melampaui 0,45. 4 Penurunan kemampuan alir grout akibat penundaan pelaksanaan grouting tidak boleh diatasi dengan penambahan air. 4 Pengadukan dan pemompaan grout 1 Grout harus diaduk dalam alat yang mampu untuk mencampur dan beragitasi secara menerus sehingga akan menghasilkan distribusi bahan yang merata dan seragam. Selanjutnya, adukan dilewatkan melalui saringan, dan kemudian dipompa sedemikian hingga akan mengisi selongsong tendon secara penuh. 2 Suhu komponen struktur pada saat pelaksanaan grout harus di atas 2 ° C dan harus dijaga agar tetap diatas 2 ° C hingga kubus grout ukuran 50 mm yang dirawat di lapangan mencapai suatu kuat tekan minimum sebesar 6 MPa. 3 Selama pengadukan dan pemompaan, suhu grout tidak boleh lebih tinggi dari 30 ° C.20.19 Perlindungan untuk tendon prategang
Pelaksanaan pembakaran atau pengelasan disekitar tendon prategang harus dilakukan dengan hati-hati, agar tendon tersebut tidak terpengaruh oleh suhu, percikan las, atau hantaran arus listrik yang berlebihan.20.20 Pemberian dan pengukuran gaya prategang
Parts
» Standar Nasional Indonesia Beton
» tulangan polos tulangan ulir tulangan spiral zona angkur
» Baja tulangan Standar Nasional Indonesia Beton
» Bahan tambahan Standar Nasional Indonesia Beton
» Rasio air - semen Pengaruh lingkungan Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat
» Perlindungan tulangan terhadap korosi Umum
» Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan Pencampuran
» Pengantaran Pengecoran Perawatan beton
» Saluran dan pipa yang ditanam dalam beton
» Siar pelaksanaan Kait standar Diameter bengkokan
» Cara pembengkokan Kondisi permukaan baja tulangan Penempatan tulangan
» Batasan spasi Standar Nasional Indonesia Beton
» Detail tulangan khusus untuk kolom
» Sambungan Tulangan lateral pada komponen struktur tekan
» Penulangan lateral untuk komponen struktur lentur Tulangan susut dan suhu
» Tulangan khusus untuk integritas struktur
» Perencanaan Pembebanan Metode analisis
» Kolom Pengaturan beban hidup Konstruksi balok-T
» Konstruksi pelat rusuk Standar Nasional Indonesia Beton
» Kuat rencana tulangan Kontrol terhadap lendutan
» Umum Asumsi dalam perencanaan
» Prinsip perencanaan Standar Nasional Indonesia Beton
» Dimensi rencana untuk komponen struktur tekan Pembatasan untuk tulangan komponen struktur tekan
» Pengaruh kelangsingan pada komponen struktur tekan Perbesaran momen - Umum
» Perbesaran momen – Rangka portal tak bergoyang Perbesaran momen – Rangka portal bergoyang
» Kuat tumpu Standar Nasional Indonesia Beton
» Beton ringan Kuat geser yang disumbangkan oleh beton untuk komponen struktur non-prategang
» Kuat geser yang disumbangkan beton pada komponen struktur prategang
» Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser
» Perencanaan untuk Standar Nasional Indonesia Beton
» Geser-Friksi Standar Nasional Indonesia Beton
» Ketentuan khusus Standar Nasional Indonesia Beton
» Penyaluran momen ke kolom Ketentuan khusus untuk pelat dan fondasi telapak
» Penyaluran batang ulir dan kawat ulir yang berada dalam kondisi tarik
» Angkur mekanis Penyaluran jaring kawat ulir yang berada dalam kondisi tarik
» Penyaluran jaring kawat polos yang berada dalam kondisi tarik Penyaluran strand prategang
» Penyaluran tulangan lentur - Umum
» Penyaluran tulangan momen positif Penyaluran tulangan momen negatif
» Penyaluran tulangan badan Standar Nasional Indonesia Beton
» Sambungan tulangan - Umum Sambungan batang dan kawat ulir dalam kondisi tarik
» Sambungan batang ulir dalam kondisi tekan Ketentuan khusus untuk sambungan pada kolom
» Umum Beberapa definisi Penulangan pelat
» Bukaan pada sistem pelat Cara perencanaan
» Cara perencanaan Standar Nasional Indonesia Beton
» Umum Tulangan minimum Standar Nasional Indonesia Beton
» Perencanaan alternatif untuk dinding langsing
» Lingkup Beban dan Momen pada fondasi telapak
» Geser pada fondasi telapak Penyaluran tulangan dalam fondasi telapak
» Perencanaan sambungan dan tumpuan
» Lingkup Umum Penopangan Kuat geser vertikal
» Kuat geser horizontal dalam Newton. maka
» Sengkang pengikat untuk geser horizontal Lingkup Umum
» Kehilangan prategang Kuat lentur
» Batasan tulangan pada komponen struktur lentur Tulangan non-prategang minimum
» Struktur statis Standar Nasional Indonesia Beton
» 12.92 dan 9.10 untuk kolom atau Sistem pelat
» Perencanaan daerah pengangkuran untuk strand
» Grout Perlindungan untuk tendon prategang
» Pemberian dan pengukuran gaya prategang Angkur dan penyambung coupler
» Analisis dan Standar Nasional Indonesia Beton
» Kuat rencana bahan Tulangan cangkang
» Pelaksanaan konstruksi Evaluasi kekuatan
» Penentuan dimensi struktur dan sifat bahan yang diperlukan Prosedur uji beban
» Kriteria pembebanan Syarat penerimaan maks
» maks maks maks Ketentuan untuk tingkat pembebanan yang lebih rendah Keamanan
» Ketentuan umum Standar Nasional Indonesia Beton
» Komponen struktur lentur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus SRPMK
» Komponen struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial pada SRPMK
» Hubungan balok-kolom pada SRPMK
» Dinding struktural beton khusus dan balok perangkai khusus
» Diafragma dan rangka batang struktural
» Fondasi Standar Nasional Indonesia Beton
» Komponen struktur yang tidak direncanakan untuk memikul beban gempa
» Ketentuan-ketentuan untuk Standar Nasional Indonesia Beton
» Batasan Sambungan Metode perencanaan
» Kuat rencana Standar Nasional Indonesia Beton
» Dinding Standar Nasional Indonesia Beton
» Fondasi telapak Standar Nasional Indonesia Beton
» Pedestal Komponen struktur pracetak Beton polos pada struktur tahan gempa
Show more