Perencanaan untuk Standar Nasional Indonesia Beton

SNI - 03 - 2847 - 2002 95 dari 278 9 Kuat geser V s , tidak boleh diambil lebih dari d b f w c 3 2 .

13.6 Perencanaan untuk

puntir 1 Pengaruh puntir dapat diabaikan bila nilai momen puntir terfaktor T u besarnya kurang daripada: a untuk komponen struktur non-prategang: ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ cp cp c p A f 2 12 φ b untuk komponen struktur prategang: c pc cp cp c f f p A f 3 1 12 2 + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ φ c untuk komponen struktur non-prategang yang dibebani gaya tarik atau tekan aksial: c g u cp cp c f A N p A f 3 1 12 2 + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ φ Untuk komponen struktur yang dicor secara monolit dengan pelat, lebar bagian sayap penampang yang digunakan dalam menghitung A cp dan p cp harus sesuai dengan ketentuan 15.24. Untuk penampang berongga, A g harus digunakan menggantikan A cp dalam 13.61, dan batas luar penampang harus sesuai dengan ketentuan 15.24. 2 Perhitungan momen puntir terfaktor T u 1 Bila momen puntir terfaktor T u pada suatu komponen struktur diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan Gambar 8a, dan nilainya melebihi nilai minimum yang diberikan pada 13.61, maka komponen struktur tersebut harus direncanakan untuk memikul momen puntir sesuai dengan 13.63 hingga 13.66. SNI - 03 - 2847 - 2002 96 dari 278 Gambar 8 Jenis momen puntir 2 Pada struktur statis tak tentu dimana dapat terjadi pengurangan momen puntir pada komponen strukturnya yang disebabkan oleh redistribusi gaya-gaya dalam akibat adanya keretakan Gambar 8b, momen puntir terfaktor maksimum T u dapat dikurangi menjadi: a untuk komponen struktur non-prategang seperti yang diuraikan pada 13.624: ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ cp cp c p A f 2 3 φ b untuk komponen struktur prategang seperti yang diuraikan pada 13.625: c pc cp cp c f f p A f 3 1 3 2 + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ φ c untuk komponen struktur non-prategang yang dibebani gaya aksial tarik atau tekan: c g u cp cp c f A N p A f 3 1 3 2 + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ φ Dalam hal ini, nilai-nilai momen lentur dan geser yang telah diredistribusikan pada komponen struktur yang berhubungan dengan komponen struktur yang torsinya ditinjau harus digunakan dalam perencanaan komponen struktur tersebut. Untuk penampang berongga, A cp tidak boleh menggantikan A g dalam 13.622. perencanaan puntir tidak boleh direduksi, karena tidak dapat terjadi redistribusi momen perencanaan puntir boleh direduksi, karena dapat terjadi redistribusi momen a b SNI - 03 - 2847 - 2002 97 dari 278 3 Beban puntir dari suatu pelat boleh dianggap terdistribusi merata di sepanjang komponen yang ditinjau kecuali bila dilakukan analisis yang lebih eksak. 4 Untuk komponen non-prategang, penampang-penampang yang berada dalam rentang jarak d dari muka tumpuan dapat direncanakan terhadap momen puntir T u yang bekerja pada penampang sejarak d dari muka tumpuan. Jika terdapat beban puntir terpusat yang bekerja di dalam rentang jarak d tersebut, maka penampang kritis untuk perencanaan haruslah diambil pada muka tumpuan. 5 Untuk komponen prategang, penampang-penampang yang berada dalam rentang jarak h 2 dari muka tumpuan dapat direncanakan terhadap momen puntir T u yang bekerja pada penampang sejarak h 2 dari muka tumpuan. Jika terdapat beban puntir terpusat yang bekerja di dalam rentang jarak h 2 tersebut, maka penampang kritis untuk perencanaan haruslah diambil pada muka tumpuan. 3 Kuat lentur puntir 1 Dimensi penampang melintang harus memenuhi ketentuan berikut: a untuk penampang solid ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + ≤ ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ + ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ 3 2 7 1 2 2 2 f d b V A , p T d b V c w c oh h u w u φ 61 b untuk penampang berongga ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + ≤ ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ + ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ 3 2 7 1 2 f d b V A , p T d b V c w c oh h u w u φ 62 A oh dapat ditentukan berdasarkan Gambar 9. 2 Jika tebal dinding bervariasi di seputar garis keliling penampang berongga, maka persamaan 62 harus dievaluasi pada lokasi dimana ruas kiri persamaan 62 mencapai nilai maksimum. 3 Jika tebal dinding adalah kurang daripada A oh p h , maka nilai suku kedua pada persamaan 62 harus diambil sebesar ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ t A , T oh u 7 1 dengan t adalah tebal dinding penampang berongga pada lokasi dimana tegangannya sedang diperiksa. 4 Kuat leleh rencana untuk tulangan puntir non-prategang tidak boleh melebihi 400 MPa. 5 Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus ditentukan dari: SNI - 03 - 2847 - 2002 98 dari 278 u n T T ≥ φ 63 dengan T u adalah momen puntir terfaktor pada penampang yang ditinjau dan T n adalah kuat momen puntir nominal penampang. 6 Tulangan sengkang untuk puntir harus direncanakan berdasarkan persamaan berikut: θ s f A A T yv t o n cot 2 = 64 dengan A o , kecuali ditentukan berdasarkan analisis, dapat diambil sebesar 0,85 A oh . Nilai θ tidak boleh kurang daripada 30 o dan tidak boleh lebih besar daripada 60 o . Nilai θ boleh diambil sebesar: a 45 o untuk komponen struktur non-prategang atau komponen struktur prategang dengan nilai prategang yang besarnya kurang daripada yang ditentukan pada 13.636b di bawah, b 37,5 o untuk komponen struktur prategang dengan gaya prategang efektif tidak kurang daripada 40 kuat tarik tulangan longitudinal. Gambar 9 Definisi oh A 7 Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk menahan puntir tidak boleh kurang daripada: θ f f p s A A yt yv h t 2 cot ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = l 65 sengkang tertutup A oh = daerah yang diarsir SNI - 03 - 2847 - 2002 99 dari 278 dengan θ adalah nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam persamaan 64 dan A t s harus dihitung dari persamaan 64, tanpa dilakukan modifikasi seperti yang ditentukan dalam 13.652 atau 13.653. 8 Tulangan untuk menahan puntir harus disediakan sebagai tambahan terhadap tulangan yang diperlukan untuk menahan gaya-gaya geser, lentur, dan aksial yang bekerja secara kombinasi dengan gaya puntir. Dalam hal ini, persyaratan yang lebih ketat untuk spasi dan penempatan tulangan harus dipenuhi. 9 Diperbolehkan untuk mengurangi luas tulangan puntir longitudinal pada daerah tekan lentur sebanyak 0,9 l y u df M , dengan M u adalah momen terfaktor yang bekerja pada penampang secara kombinasi dengan momen puntir T u . Namun, tulangan yang disediakan tidak boleh kurang daripada jumlah yang dibutuhkan berdasarkan 13.653 atau 13.662. 10 Untuk balok prategang: a Tulangan longitudinal total termasuk tendon pada tiap penampang harus mampu menahan momen lentur terfaktor pada penampang yang ditinjau ditambah dengan gaya tarik longitudinal konsentris tambahan yang besarnya sama dengan l l y f A , yang didasarkan pada momen puntir terfaktor pada penampang tersebut, dan b Spasi tulangan longitudinal termasuk tendon harus memenuhi persyaratan pada 13.662. 11 Untuk komponen struktur balok prategang, diperbolehkan untuk mengurangi luas tulangan puntir longitudinal pada bagian sisi komponen struktur yang berada dalam kondisi tekan, sesuai dengan 13.639. Hal ini dapat dilakukan bilamana lentur yang terjadi lebih rendah daripada yang disyaratkan 13.6310. 4 Ketentuan detail tulangan puntir: 1 Tulangan puntir harus terdiri atas batang tulangan longitudinal atau tendon dan salah satu atau lebih dari hal-hal berikut: a Sengkang tertutup atau sengkang ikat tertutup, yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, atau b Jaringan tertutup dari jaring kawat las dengan kawat transversal dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, c Tulangan spiral pada balok nonprategang. 12 Tulangan sengkang puntir harus diangkur dengan cara-cara berikut: a menggunakan kait standar 135 o , dipasang di sekeliling tulangan longitudinal, atau SNI - 03 - 2847 - 2002 100 dari 278 b sesuai ketentuan 14.1321, 14.1322 atau 14.1323 untuk daerah dimana beton yang berada di sekitar angkur dikekang terhadap spalling oleh bagian sayap penampang atau pelat atau komponen struktur sejenis. 13 Tulangan puntir longitudinal harus mempunyai panjang penyaluran yang cukup di kedua ujungnya. 14 Pada penampang berongga, jarak dari garis tengah tulangan sengkang puntir ke permukaan dalam bagian dinding rongga tidak boleh kurang daripada 0,5 A oh p h . 5 Ketentuan tulangan puntir minimum 1 Luas minimum tulangan puntir harus disediakan pada daerah dimana momen puntir terfaktor T u melebihi nilai yang disyaratkan pada 13.61. 2 Bilamana diperlukan tulangan puntir berdasarkan ketentuan 13.651, maka luas minimum tulangan sengkang tertutup harus dihitung dengan ketentuan: yv w c t v f s b f A A 200 1 75 2 = + 66 namun t v A A 2 + tidak boleh kurang dari yv w f s b 3 1 . 3 Bilamana diperlukan tulangan puntir berdasarkan ketentuan 13.651, maka luas total minimum tulangan puntir longitudinal harus dihitung dengan ketentuan: yl yv h t yl cp c min , l f f p s A f A f A ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = 12 5 67 dengan A t s tidak kurang dari yv w f b 6 . 6 Spasi tulangan puntir 1 Spasi tulangan sengkang puntir tidak boleh melebihi nilai terkecil antara p h 8 atau 300 mm. 2 Tulangan longitudinal yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan spasi tidak melebihi 300 mm. Batang atau tendon longitudinal tersebut harus berada di dalam sengkang. Pada setiap sudut sengkang tertutup harus ditempatkan minimal satu batang tulangan atau tendon longitudinal. Diameter batang tulangan longitudinal haruslah minimal sama dengan 124 spasi sengkang, tetapi tidak kurang daripada 10 mm. 3 Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak minimal b t + d di luar daerah dimana tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis. SNI - 03 - 2847 - 2002 101 dari 278

13.7 Geser-Friksi