12.92 dan 9.10 untuk kolom atau Sistem pelat

SNI - 03 - 2847 - 2002 184 dari 278 20.11 Komponen struktur tekan - Kombinasi gaya lentur dan aksial 1 Komponen struktur beton prategang yang mengalami beban kombinasi lentur dan aksial, dengan ataupun tanpa tulangan non-prategang, harus dirancang dengan menggunakan metode perencanaan kekuatan yang ditetapkan dalam Tata cara ini untuk komponen struktur non-prategang. Pengaruh dari prategang, rangkak, susut, dan perubahan suhu harus ikut diperhitungkan. 2 Batasan untuk tulangan pada komponen struktur prategang yang mengalami tekan. 1 Komponen struktur dengan tegangan rata-rata f pc kurang dari 1,5 MPa harus mempunyai tulangan minimum sesuai dengan

12.91, 12.92 dan 9.10 untuk kolom atau

16.3 untuk dinding. 2 Kecuali untuk dinding, semua tendon prategang dari komponen struktur yang mempunyai tegangan prategang rata-rata f pc tidak kurang dari 1,5 MPa harus dilingkupi dengan tulangan spiral atau pengikat lateral berdasarkan ketentuan berikut: a Tulangan spiral harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam 9.104. b Ukuran minimum dari tulangan pengikat lateral adalah D-10 atau menggunakan jaring- kawat-baja-las dengan luas ekuivalen, dan dipasang dengan spasi vertikal tidak lebih dari 48 kali diameter tulangan atau kawat pengikat lateral, atau tidak lebih dari dimensi terkecil dari komponen struktur tekan. c Tulangan pengikat harus dipasang pada jarak vertikal tidak lebih dari setengah spasinya di atas permukaan fondasi atau pelat pada sebarang lantai, dan pada jarak vertikal tidak lebih dari setengah spasinya di bawah tulangan horizontal yang paling bawah dari komponen struktur yang ditumpu di atasnya. d Bila terdapat keadaan dimana balok atau braket merangka pada suatu kolom pada keempat sisinya, maka tulangan pengikat boleh dihentikan pada posisi tidak lebih dari 75 mm di bawah tulangan terbawah dari balok atau braket tersebut. 3 Untuk dinding dengan tegangan prategang rata-rata pc f sama dengan atau lebih besar dari 1,5 MPa, ketentuan tulangan minimum dalam 16.3 boleh diabaikan bila dapat ditunjukkan dengan analisis struktur bahwa dinding tersebut mempunyai kekuatan dan stabilitas yang memadai. SNI - 03 - 2847 - 2002 185 dari 278

20.12 Sistem pelat

1 Besarnya momen dan geser terfaktor yang bekerja pada sistem pelat prategang yang ditulangi lebih dari satu arah harus ditentukan berdasarkan 15.7 kecuali 15.774 dan 15.775, atau dengan prosedur perencanaan yang lebih rinci. 2 Kuat lentur pelat prategang pada setiap penampang paling sedikit harus sama dengan kuat lentur perlu dengan memperhatikan 11.2, 11.3, 20.103 dan 20.104. Kuat geser pelat prategang pada kolom paling sedikit harus sama dengan kuat geser perlu dengan memperhatikan 11.2, 11.3, 13.1, 13.122 dan 13.1262. 3 Pada kondisi beban layan, semua batasan yang bersangkutan dengan kriteria kemampuan layan, termasuk batasan yang ditetapkan untuk lendutan, harus dipenuhi, dengan mempertimbangkan secara tepat pengaruh dari faktor yang terdapat pada 20.102. 4 Untuk beban hidup yang normal dan beban terdistribusi merata, spasi tendon atau kelompok tendon prategang dalam satu arah harus tidak lebih dari 8 kali tebal pelat, atau pun 1,5 m. Spasi tendon tersebut harus juga mampu menghasilkan tegangan prategang rata-rata minimum sesudah memperhitungkan semua kemungkinan kehilangan prategang sebesar 0,9 MPa pada penampang pelat dalam batas tributari dari tendon atau kelompok tendon tersebut. Pada penampang geser kritis di sekitar kolom harus disediakan minimum dua tendon dalam masing-masing arah. Penentuan spasi tendon untuk pelat dengan beban terpusat harus dilakukan secara khusus. 5 Pada pelat dengan tendon prategang tanpa lekatan, harus disediakan tulangan non- prategang sesuai dengan ketentuan 20.93 dan 20.94. 6 Pada konstruksi pelat angkat, tulangan bawah non-prategang harus didetail sesuai dengan 15.386. 20.13 Daerah pengangkuran tendon pasca tarik 20.13.1 Daerah pengangkuran Daerah pengangkuran dapat dibagi atas 2 daerah: a Daerah pengangkuran lokal, yang berbentuk prisma persegi yang berada di sekitar angkur dan tulangan-tulangan pengekang Gambar 37a. SNI - 03 - 2847 - 2002 186 dari 278 b Daerah pengangkuran global, yang merupakan daerah pengangkuran sebagaimana didefinisikan dalam 3.4 definisi yang juga mencakup daerah pengangkuran lokal Gambar 37. 1 Daerah pengangkuran lokal 1 Perencanaan daerah pengangkuran lokal harus didasarkan pada gaya tendon terfaktor, P su , dan pada ketentuan 11.28 dan 11.325. 2 Tulangan daerah pengangkuran lokal harus dipasang di tempat dimana dibutuhkan agar angkur dapat berfungsi dengan baik. 3 Persyaratan daerah pengangkuran lokal pada 20.1322 dipenuhi oleh 20.141 atau 20.151 dan 20.152 Gambar 37 Daerah angkur 2 Daerah pengangkuran global 1 Perencanaan daerah pengangkuran global harus didasarkan pada gaya tendon terfaktor, P su , dan pada ketentuan 11.28 dan 11.325. 2 Bila diperlukan pada daerah pengangkuran tendon harus dipasang tulangan untuk memikul gaya pencar, belah, dan pecah yang timbul akibat pengangkuran tendon. Daerah dimana terdapat perubahan penampang yang mendadak harus diberi tulangan yang cukup Gambar 38. Gaya tarik longitudinal ujung daerah lokal daerah global h ≈h a Konsep daerah lokal dan global gaya-gaya pencar Tampak atas Tampak samping T C gaya-gaya spalling c Daerah tegangan tarik 1,0 h 1,0 h - 1,5 h tendon daerah pengangkuran h b Daerah global untuk angkur antara di belakang angkur di depan angkur SNI - 03 - 2847 - 2002 187 dari 278 Gambar 38 Pengaruh dari perubahan potongan penampang 3 Persyaratan daerah pengangkuran global pada 20.1332 dipenuhi oleh 20.134, 20.135, 20.136, dan salah satu yang berlaku dari 20.142 atau 20.143 atau 20.153.

20.13.2 Kuat material nominal

1 Kuat tarik nominal tulangan dengan lekatan dibatasi sebesar y f untuk tulangan non- prategang dan sebesar py f untuk tulangan prategang. Tegangan tarik nominal tulangan prategang tanpa lekatan untuk menahan gaya tarik pada daerah pengangkuran dibatasi sebesar 70 + = se ps f f . 2 Kuat tekan nominal beton pada daerah pengangkuran global dibatasi sebesar ci f , λ 7 , kecuali untuk beton yang terkekang oleh tulangan spiral atau sengkang tertutup yang memberikan kekangan yang nilainya ekuivalen dengan yang diberikan oleh persamaan 27. 3 Kuat tekan beton pada saat penarikan tendon pasca tarik harus dicantumkan pada gambar rencana. Tendon pasca tarik tidak boleh ditegangkan sampai nilai ci f yang didapat dari pengujian tekan contoh silinder yang dirawat sesuai dengan komponen strukturnya mencapai 28 MPa untuk tendon majemuk atau paling sedikit 17,5 MPa untuk tendon atau batang tunggal. Hal di atas dapat diabaikan bilamana digunakan angkur yang ukurannya lebih besar untuk mengkompensasi nilai kuat tekan yang lebih rendah atau bilamana penegangan tendon pascatarik dibatasi maksimum 50 gaya tendon akhir.

20.13.3 Metode perencanaan

1 Metode berikut boleh digunakan untuk merencanakan daerah pengangkuran global selama prosedur yang dipakai telah terbukti dapat menghasilkan nilai perkiraan kekuatan yang sama dengan yang diperoleh dari hasil pengujian: a Model keseimbangan yang berdasarkan teori plastisitas model penunjang dan pengikat, h P T h 2 a Penampang persegi T ≈ 0,25 P P T h 2 h b Penampang berflens dengan diafragma ujung T ≈ 0,5 P SNI - 03 - 2847 - 2002 188 dari 278 b Analisis tegangan linier termasuk analisis elemen hingga, atau c Persamaan-persamaan yang disederhanakan. 2 Persamaan-persamaan yang disederhanakan tidak boleh digunakan bilamana komponen struktur mempunyai penampang yang bukan persegi, mempunyai diskontinuitas pada atau di dekat daerah pengangkuran global yang dapat merubah aliran gaya, mempunyai jarak tepi minimum yang kurang dari 1,5 kali dimensi lateral angkur pada arah tersebut atau mempunyai angkur majemuk. Salah satu metode perhitungan yang dapat digunakan untuk perencanaan daerah pengangkuran global diperlihatkan pada Gambar 39, yaitu: ∑ − = 1 25 h a P , T su pencar 115 2 5 e h , d pencar − = 116 Keterangan: ∑ su P adalah jumlah gaya tendon terfaktor total untuk pengaturan penarikan tendon yang ditinjau, N a adalah tinggi angkur atau kelompok angkur yang berdekatan pada arah yang ditinjau, mm e adalah eksentrisitas angkur atau kelompok angkur yang berdekatan terhadap sumbu berat penampang selalu diambil sebagai nilai positif, mm h adalah tinggi penampang pada arah yang ditinjau, mm Gambar 39 Contoh model penunjang dan pengikat P 2 c.g.c T pencar P 2 d pencar h 2 P e a SNI - 03 - 2847 - 2002 189 dari 278 3 Urutan penarikan tendon harus dicantumkan dalam gambar rencana dan diperhitungkan dalam perencanaan. 4 Pengaruh tiga dimensi harus ditinjau dalam perencanaan dan dianalisis dengan menggunakan prosedur tiga dimensi atau disederhanakan dengan meninjau penjumlahan dari pengaruh-pengaruh dari kedua bidang yang saling tegak lurus. 5 Untuk angkur antara, tulangan non-prategang harus dipasang untuk menyalurkan gaya minimum sebesar 0,35 P su ke bagian beton yang berada di belakang angkur. Tulangan tersebut harus dipasang secara simetris mengelilingi angkur dan harus mempunyai panjang penyaluran yang memadai baik di depan maupun di belakang angkur. 6 Bilamana digunakan tendon melengkung pada daerah pengangkuran global, maka tulangan non-prategang harus dipasang untuk menahan gaya-gaya radial dan belah, kecuali untuk tendon strand tunggal pada pelat atau bila analisis memperlihatkan bahwa tulangan tersebut tidak dibutuhkan. 7 Tulangan minimum dengan kuat tarik nominal sama dengan 2 dari masing-masing gaya tendon terfaktor harus dipasang pada arah-arah ortogonal yang sejajar dengan sisi belakang dari daerah pengangkuran untuk membatasi spalling pecah, kecuali untuk tendon strand tunggal pada pelat atau bila analisis memperlihatkan bahwa tulangan tersebut tidak dibutuhkan. 8 Kuat tarik beton harus diabaikan dalam perhitungan kebutuhan tulangan.

20.14 Perencanaan daerah pengangkuran untuk strand