Siar pelaksanaan Kait standar Diameter bengkokan
8.4 Siar pelaksanaan
1 Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari serpihan dan kotoran lainnya. 2 Sesaat sebelum beton baru dicor, semua siar pelaksanaan harus dibasahi dan air yang tergenang harus dibuang. 3 Siar pelaksanaan harus dibuat dan ditempatkan sedemikian hingga tidak mengurangi kekuatan struktur. Perangkat untuk menyalurkan geser dan gaya-gaya lain melalui siar pelaksanaan harus direncanakan. Lihat 13.79. 4 Siar pelaksanaan pada sistem pelat lantai harus ditempatkan dalam daerah sepertiga bentang tengah pelat, balok, dan balok induk. Siar pelaksanaan pada balok induk harus diletakkan pada jarak minimum sebesar dua kali lebar balok yang memotongnya dari posisi muka perpotongan tersebut. 5 Balok, balok induk, atau pelat yang ditumpu oleh kolom atau dinding tidak boleh dicor atau dipasang hingga beton pada komponen struktur vertikal penumpu tidak lagi bersifat plastis. 6 Balok, balok induk, voute, penebalan drop panel, dan kepala kolom harus dicor monolit sebagai bagian dari sistem pelat lantai, kecuali bila ditunjukkan lain pada gambar rencana atau spesifikasi. SNI - 03 - 2847 - 2002 37 dari 278 9 Detail penulangan9.1 Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1 Bengkokan 180 ° ditambah perpanjangan 4d b , tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait. 2 Bengkokan 90 ° ditambah perpanjangan 12d b pada ujung bebas kait. 3 Untuk sengkang dan kait pengikat: a Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90 ° ditambah perpanjangan 6d b pada ujung bebas kait, atau b Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90 ° ditambah perpanjangan 12d b pada ujung bebas kait, atau c Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135 ° ditambah perpanjangan 6d b pada ujung bebas kait. 4 Untuk kait gempa adalah sebagaimana yang didefinisikan pada 23.1.9.2 Diameter bengkokan
minimum 1 Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam Tabel 6. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga D-16. 2 Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari 4d b untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang yang lebih besar daripada D- 16, diameter bengkokan harus memenuhi Tabel 6. 3 Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las polos atau ulir yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari 4d b untuk kawat ulir yang lebih besar dari D7 dan 2d b untuk kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter dalam kurang dari 8d b tidak boleh berada kurang dari 4d b dari persilangan las yang terdekat. SNI - 03 - 2847 - 2002 38 dari 278 Tabel 6 Diameter bengkokan minimum Ukuran tulangan Diameter minimum D-10 sampai dengan D-25 6d b D-29, D-32, dan D-36 8d b D-44 dan D-56 10d b9.3 Cara pembengkokan
Parts
» Standar Nasional Indonesia Beton
» tulangan polos tulangan ulir tulangan spiral zona angkur
» Baja tulangan Standar Nasional Indonesia Beton
» Bahan tambahan Standar Nasional Indonesia Beton
» Rasio air - semen Pengaruh lingkungan Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat
» Perlindungan tulangan terhadap korosi Umum
» Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan Pencampuran
» Pengantaran Pengecoran Perawatan beton
» Saluran dan pipa yang ditanam dalam beton
» Siar pelaksanaan Kait standar Diameter bengkokan
» Cara pembengkokan Kondisi permukaan baja tulangan Penempatan tulangan
» Batasan spasi Standar Nasional Indonesia Beton
» Detail tulangan khusus untuk kolom
» Sambungan Tulangan lateral pada komponen struktur tekan
» Penulangan lateral untuk komponen struktur lentur Tulangan susut dan suhu
» Tulangan khusus untuk integritas struktur
» Perencanaan Pembebanan Metode analisis
» Kolom Pengaturan beban hidup Konstruksi balok-T
» Konstruksi pelat rusuk Standar Nasional Indonesia Beton
» Kuat rencana tulangan Kontrol terhadap lendutan
» Umum Asumsi dalam perencanaan
» Prinsip perencanaan Standar Nasional Indonesia Beton
» Dimensi rencana untuk komponen struktur tekan Pembatasan untuk tulangan komponen struktur tekan
» Pengaruh kelangsingan pada komponen struktur tekan Perbesaran momen - Umum
» Perbesaran momen – Rangka portal tak bergoyang Perbesaran momen – Rangka portal bergoyang
» Kuat tumpu Standar Nasional Indonesia Beton
» Beton ringan Kuat geser yang disumbangkan oleh beton untuk komponen struktur non-prategang
» Kuat geser yang disumbangkan beton pada komponen struktur prategang
» Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser
» Perencanaan untuk Standar Nasional Indonesia Beton
» Geser-Friksi Standar Nasional Indonesia Beton
» Ketentuan khusus Standar Nasional Indonesia Beton
» Penyaluran momen ke kolom Ketentuan khusus untuk pelat dan fondasi telapak
» Penyaluran batang ulir dan kawat ulir yang berada dalam kondisi tarik
» Angkur mekanis Penyaluran jaring kawat ulir yang berada dalam kondisi tarik
» Penyaluran jaring kawat polos yang berada dalam kondisi tarik Penyaluran strand prategang
» Penyaluran tulangan lentur - Umum
» Penyaluran tulangan momen positif Penyaluran tulangan momen negatif
» Penyaluran tulangan badan Standar Nasional Indonesia Beton
» Sambungan tulangan - Umum Sambungan batang dan kawat ulir dalam kondisi tarik
» Sambungan batang ulir dalam kondisi tekan Ketentuan khusus untuk sambungan pada kolom
» Umum Beberapa definisi Penulangan pelat
» Bukaan pada sistem pelat Cara perencanaan
» Cara perencanaan Standar Nasional Indonesia Beton
» Umum Tulangan minimum Standar Nasional Indonesia Beton
» Perencanaan alternatif untuk dinding langsing
» Lingkup Beban dan Momen pada fondasi telapak
» Geser pada fondasi telapak Penyaluran tulangan dalam fondasi telapak
» Perencanaan sambungan dan tumpuan
» Lingkup Umum Penopangan Kuat geser vertikal
» Kuat geser horizontal dalam Newton. maka
» Sengkang pengikat untuk geser horizontal Lingkup Umum
» Kehilangan prategang Kuat lentur
» Batasan tulangan pada komponen struktur lentur Tulangan non-prategang minimum
» Struktur statis Standar Nasional Indonesia Beton
» 12.92 dan 9.10 untuk kolom atau Sistem pelat
» Perencanaan daerah pengangkuran untuk strand
» Grout Perlindungan untuk tendon prategang
» Pemberian dan pengukuran gaya prategang Angkur dan penyambung coupler
» Analisis dan Standar Nasional Indonesia Beton
» Kuat rencana bahan Tulangan cangkang
» Pelaksanaan konstruksi Evaluasi kekuatan
» Penentuan dimensi struktur dan sifat bahan yang diperlukan Prosedur uji beban
» Kriteria pembebanan Syarat penerimaan maks
» maks maks maks Ketentuan untuk tingkat pembebanan yang lebih rendah Keamanan
» Ketentuan umum Standar Nasional Indonesia Beton
» Komponen struktur lentur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus SRPMK
» Komponen struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial pada SRPMK
» Hubungan balok-kolom pada SRPMK
» Dinding struktural beton khusus dan balok perangkai khusus
» Diafragma dan rangka batang struktural
» Fondasi Standar Nasional Indonesia Beton
» Komponen struktur yang tidak direncanakan untuk memikul beban gempa
» Ketentuan-ketentuan untuk Standar Nasional Indonesia Beton
» Batasan Sambungan Metode perencanaan
» Kuat rencana Standar Nasional Indonesia Beton
» Dinding Standar Nasional Indonesia Beton
» Fondasi telapak Standar Nasional Indonesia Beton
» Pedestal Komponen struktur pracetak Beton polos pada struktur tahan gempa
Show more