27
www.kinerja.or.id Modul Keuangan dan Operasional
e. Kematian OrangtuaMertua Karyawan: 3 hari kerja
f. Kematian saudara kandung Karyawan: 2 hari kerja
g. Kematian anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama: 1 hari kerja
h. PembabtisanSunat Anak Karyawan: 2 hari kerja
i. Menemani istri Bersalin: 2 hari kerja Kecuali karena kematian, permintaan untuk
mengambil cuti khusus harus diajukan kepada dan disetujui oleh Atasan paling lambat satu 1
minggu sebelum tanggal cuti. Cuti menemani istri bersalin harus diambil dalam
tiga 3 bulan pertama setelah persalinan secara berturut-turut atau sendiri-sendiri.
2. Karyawan yang ingin melakukan perjalanan ziarah keagamaan seperti ibadah haji ke Mekah
berhak mengambil cuti dengan tetap menerima upah. Jangka waktu yang diizinkan didasarkan
pada peraturan yang berlaku. Permohonan untuk melaksanakan ziarah
keagamaan harus dilampirkan dengan bukti resmi perjalanan yaitu surat keterangan dari
penyelenggara perjalanan. Cuti dengan tetap menerima upah hanya diminta sampai tanggal
yang disebutkan dalam surat dari penyelenggara perjalanan haji yang disertai dengan salinan
stempel keberangkatan dan kedatangan dalam paspor Karyawan.
3. Permintaan izin untuk cuti ziarah keagamaan harus diajukan dua 2 bulan di muka secara
tertulis kepada Organisasi. 4. Karyawan tetap mendapatkan gaji selama
perjalanan ziarah keagamaan yang dihitung sejak tanggal keberangkatan dan tanggal
kembali ke Indonesia. 5. Karyawan yang bermaksud tidak masuk
kerja sebelum dan setelah perjalanan ziarah keagamaan harus mengajukan permohonan cuti
tahunan dan meminta persetujuan tertulis dari Atasan masing-masing.
6. Seorang Karyawan hanya diperbolehkan melakukan satu 1 kali perjalanan ziarah
keagamaan selama bekerja di Organisasi. Apabila Karyawan ingin mengadakan perjalanan
ziarah yang kedua dan seterusnya, maka ia diwajibkan menggunakan saldo cuti tahunannya
atau mengambil cuti tanpa menerima upah. Prosedur pengambilan cuti ini sama seperti
pengambilan cuti untuk perjalanan ziarah keagamaan yang pertama. Jika Karyawan
mengalami pemutusan hubungan kerja dan kemudian dipekerjakan kembali dan pernah
mengadakan perjalanan ziarah dalam ikatan kerja sebelumnya dengan Organisasi maka ia
wajib mengambil cuti tahunannya untuk cuti perjalanan ziarah yang disetujui.
7. Karyawan dengan perjanjian kerja jangka waktu tertentu dapat melakukan ibadah haji
sekali selama berlangsung ikatan kerja dengan Organisasi.
28
Modul Keuangan dan Operasional www.kinerja.or.id
BAB 1 - Pengembangan Sumber Daya Manusia
1.9.4. Cuti Bersalin
1. Cuti bersalin diberikan selama tiga 3 bulan kalendar dengan upah penuh. Cuti diambil
sekitar satu setengah 1 ½ bulan sebelum dan satu setengah 1 ½ bulan setelah persalinan.
2. Permohonan cuti bersalin harus diajukan dengan dilampiri surat dokter paling sedikit
sepuluh 10 hari sebelum cuti bersalin dimulai. 3. Cuti tahunan tidak dapat diambil untuk
memperpanjang masa cuti bersalin atau cuti keguguran, kecuali disetujui sebelumnya oleh
Direktur atau Manajer Unit dan Organisasi, sepenuhnya atas kebijaksanaan Organisasi.
1.9.5. Cuti Sakit
1. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit harus menyerahkan surat keterangan dokter
kepada Organisasi agar berhak mendapatkan cuti sakit dengan tetap menerima upah.
2. Surat keterangan dokter yang asli harus diserahkan kepada Organisasi dalam waktu
empat puluh delapan 48 jam sejak Karyawan meninggalkan pekerjaannya dan segera
setelah kembalinya Karyawan dari cuti sakit jika waktunya kurang dari empat puluh delapan 48
jam. 3. Meninggalkan pekerjaan tanpa izin dari Atasan
dan tanpa surat keterangan dokter tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan, dan
Karyawan akan dikenakan tindakan disiplin. 4. Apabila seorang karyawan wanita mengalami
keguguran maka ia berhak mendapatkan cuti selama 1 ½ bulan dengan tetap menerima
upah. Aborsi tidak termasuk dalam pengertian keguguran, kecuali karena alasan medis yang
dinyatakan oleh dokter. 5. Apabila ketika sedang cuti tahunan seorang
Karyawan menderita sakit dan harus diopnam di rumah sakit maka jangka waktu opnam tersebut
tidak akan dihitung sebagai cuti tahunan. Meskipun demikian, Organisasi berhak meminta
surat keterangan dokter dan secara acak mengecek keaslian surat tersebut.
6. Apabila ketika sedang cuti tahunan seorang Karyawan menderita sakit tetapi tidak diopnam
di rumah sakit maka waktu sakit tersebut tidak akan dihitung sebagai cuti tahunan jika terdapat
surat keterangan dokter. Apabila tidak ada surat keterangan dokter maka waktu sakit tersebut
akan dihitung sebaga cuti tahunan. Organisasi berhak meminta surat keterangan dokter.
1.9.6. Penyakit yang Berkepanjangan
1. Pembayaran Gaji Karyawan selama cuti sakit yang berkepanjangan dilakukan sesuai dengan
peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. 2. Ketika seorang Karyawan sakit dan setelah
menjalani pengobatan yang berkelanjutan
29
www.kinerja.or.id Modul Keuangan dan Operasional
selama lebih dari dua belas 12 bulan masih belum bisa kembali bekerja sebagaimana
dinyatakan oleh dokter yang merawatnya maka Organisasi dapat memutuskan hubungan kerja
dengan Karyawan tersebut sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003.
1.10 Pengelolaan Armada
Pengelolaan harian kendaraan operasional harus dilakukan secara transparan dan dapat diakses oleh
seluruh staf dengan pedoman yang jelas mengenai tempat tujuan, waktu perjalanan dan kembali,
keperluan perjalanan, dan sebagainya.
1.11 Pengelolaan Perpustakaan
Sistem basis data database pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan dan dapat
diakses oleh seluruh staf agar dapat digunakan sebagai acuan dan agar staf dapat mengusulkan
penambahan koleksi perpustakaan.
1.12 Penilaian Kinerja
1. Sistem Manajemen Kinerja Organisasi mencakup: rencana perbaikan kinerja, rencana
pengembangan Karyawan, pembinaan dan penyuluhan serta penilaian.
2. Penilaian kinerja bertujuan untuk mengembangkan dialog secara terbuka
antara Karyawan dan Atasan Karyawan untuk mencapai perbaikan kinerja. Kegiatan
ini menjadi kesempatan untuk membahas, merencanakan dan meninjau kembali kinerja
setiap Karyawan serta menetapkan tujuan dan mengembangkan rencana kerja tahun
berikutnya bagi setiap Karyawan. 3. Jangka waktu penilaian kinerja berlangsung dari
tanggal 1 April sampai 31 Maret. 4. Karyawan yang mulai bekerja sebelum tanggal
1 Maret dan masih menjadi karyawan aktif pada tanggal 1 Juni layak untuk mendapatkan
penilaian kinerja dan kenaikan tunjangan terkait. 5. Evaluasi akhir mencakup penilaian obyektif
keseluruhan terhadap kinerja Karyawan. Nilainya adalah sebagai berikut:
a Jauh melebihi harapan b Melebihi harapan
c Sesuai dengan harapan d Kurang sesuai dengan harapan
e Gagal memenuhi harapan 6. Apabila Karyawan tidak setuju dengan substansi
evaluasi maka Karyawan dapat mengajukan banding terhadap hasil evaluasi kinerja dan
menyampaikan keberatan. Untuk itu, Karyawan harus meringkaskan ketidaksetujuannya melalui
Departemen Sumber Daya Manusia.