Pembangunan Sosial-Ekonomi
155
9. Mendorong Perusahaan-Perusahaan Bisnis Kecil dan Menengah
Ekonomi Indonesia berciri bisnis dan indusrti skala raksasa, sebagian besar dibiayai oleh modal internasional, dan sebuah sektor informal yang besar.
Apa yang kurang adalah sebuah sektor industri dan jasa yang berbasis lokal dan kuat.
Ketiadaan perusahaan semacam itu menimbulkan sebuah ekonomi yang terdistorsi, dan rakyat menjadi tergantung padanya, bukannya pihak-pihak
yang terlibat stakeholder aktif dalam ekonomi, atau mereka bekerja di ekonomi
informal. Ekonomi informal tetap tidak memiliki peraturan dan merupakan sebuah arena berisiko baik untuk para manajer maupun para pemiliknya.
Dukungan pemerintah juga sangat kecil. Indonesia masih berkomitmen membangun dengan modal internasional dan
kewajiban-kewajibannya diatur secara garis besar dalam LoI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan IMF. Sementara dukungan rakyat Indonesia
terhadap syarat-syarat LoI sangat penting, tak kalah pentingnya bahwa Indonesia tidak hanya mengandalkan basis sumber daya modal internasional yang lebih
bergejolak. Harus ada kenaikan investasi dalam negeri dan pertumbuhan perusahaan bisnis
skala kecil dan menengah. Ini akan membantu menampung kembali para pengangguran ke dalam angkatan kerja dengan biaya yang lebih murah. Penting
pula melihat opsi-opsi untuk memperbaiki prospek perusahaan bisnis skala kecil dan menengah dan memanfaatkan mereka sebagai sarana kreatif yang dengannya
pembukaan kesempatan kerja bisa dimulai. Ada banyak rintangan untuk memulai sebuah bisnis. Itu meliputi jejaring
kusut persyaratan birokratis yang juga merupakan gerbang bagi korupsi dan penyuapan, serta kuota produksi dan ekspor yang, akibatnya, menghalangi
bekerjanya mekanisme pasar. Juga tetap sulit bagi perusahaan kecil dan menengah untuk menerima pelatihan keterampilan berkualitas tinggi untuk meningkatkan
modal manusia mereka. Rintangan-rintangan ini menghalangi pembentukan kelas wirausaha yang
bebas mendirikan perusahaan mereka sendiri. Perusahaan kecil dan menengah sering tampak sebagai kegiatan sia-sia dan nirlaba. Namun, aktivitas wirausaha
dibutuhkan untuk membangun sebuah ekonomi dengan basis luas. Ada hubungan kuat antara kelas wirausaha dan sebuah ekonomi yang beragam, dan keduanya
156
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
berpadu untuk menciptakan ekonomi nasional yang lebih ulet dari perilaku pasar internasional yang tidak selalu dapat dipastikan dan berkemampuan menyediakan
kesempatan pekerjaan yang lebih besar dengan biaya yang lebih murah. 9.1 Keuntungan-Keuntungan SMEs
Keuntungan perusahaan bisnis kecil dan menengah Small and Medium Business
Enterprises - SME adalah mereka tidak begitu terganggu oleh kekakuan operasional yang kadang menghambat bisnis besar. Sebuah SME bisa lebih cepat
beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar, seperti turunnya permintaan pasar, dibanding perusahaan-perusahaan besar. Ini karena pengeluaran
overhead dan ongkos tetap mereka lebih rendah. Juga lebih mudah bagi SME untuk mengganti
pemasok mereka dengan pemasok yang lebih murah, serta menyesuaikan diri dengan perubahan kualitas. Proses produksi biasanya lebih cepat, dan balik
modalnya pun lebih cepat daripada operasi-operasi besar. Ini secara signiikan bisa melindungi SME dari perubahan nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga.
Selain itu, goncangan industri jarang menjadi masalah bagi SME. Kekuatan dan pentingnya SME terlihat pada masa krismon, krisis ekonomi
Indonesia, ketika perusahaan kecil dibuka untuk memenuhi permintaan yang timbul akibat kegagalan perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan besar tidak
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi pasar. Kredit yang diberikan kepada SME naik pesat, terutama oleh lembaga kredit semacam Bank Rakyat Indonesia,
bank negara yang mengkhususkan diri pada pembiayaan usaha kecil. Meskipun tidak ada angka resmi investasi atau pekerjaan baru yang diciptakan SME,
ada bukti kuat yang tidak langsung mengindikasikan bahwa pedagang kecil memperoleh manfaat dari aktivitas-aktivitas ini dan peluang kewirausahaan
yang signiikan terbuka. 9.2 Tantangan-Tantangan bagi SME
Meski SME lebih mampu bertahan menghadapi krisis dibanding perusahaan
besar, ada beberapa masalah yang banyak sekali berkaitan dengan pendiriannya yang meliputi usaha mendapatkan begitu banyak izin, yang berhubungan dengan
skema produsen impor dan kuota ekspor. Sebagai contoh: Lisensi: SME memerlukan lisensi resmi yang diakui oleh Menteri Perdagangan
untuk beroperasi di sektor industri. Diperlukan total 27 lisensi. Biaya lisensi ini diperkirakan antara 10-15 persen dari ongkos operasional. Akibatnya, kebanyakan
pengusaha memilih untuk tetap informal meski mereka harus berhadapan dengan biaya-biaya tersembunyi, membayar jasa dan pasokan yang kalau tidak niscaya
tidak bisa mereka peroleh. Skema Produsen Impor: ini menyebutkan bahwa untuk mengimpor komoditas
tertentu, pengusaha perlu menjadi produsen dan mengumumkan berapa yang
Pembangunan Sosial-Ekonomi
157
akan mereka impor. Untuk pembukaan bisnis kecil, sering tidak mungkin melakukan pengumuman semacam ini
Kuota Ekspor: ini membatasi jumlah barang yang bisa dihasilkan di wilayah- wilayah tertentu, apakah ada atau tidak produsen atau pabrik yang memproduksi
barang tersebut. Untuk memperbaiki situasi bagi SME di Indonesia, membantu meningkatkan
ukuran dari kelas pengusaha, mendorong keberagaman ekonomi, dan menciptakan kesempatan kerja, pemerintah harus mengambil langkah-langkah di beberapa
bidang.
Rekomendasi :
Mengurangi beban lisensi pada semua perusahaan. Kesimpang-siuran peraturan dan syarat-syarat lisensi belakangan ini sangat kompleks,
menghabiskan biaya, waktu, dan buruk bagi niat untuk memulai. Akibatnya, semua itu menjadi penghalang untuk memasuki pasar, atau
mempertahankan perusahaan dan bisnis tetap di sektor informal. Tindakun jangka pendek untuk masalah-masalah birokrasi adalah
mendirikan “Pusat Pelayanan Sekali Berhenti”. Tujuannya adalah untuk memudahkan ongkos dan urusan dokumen-dokumen dalam
memperoleh semua izin dan lisensi yang diperlukan, dengan membuat mereka berada di satu tempat dan melalui satu proses aplikasi.
Namun, ini harus menjadi solusi sementara, sebab sukses bisnis dalam jangka panjang persyarata-persyaratan birokrasi harus sejauh
mungkin dieliminasi. Mengurangi, dengan pandangan untuk menyingkirkan, semua pajak
retribusi yang menambah beban biaya produksi tersembunyi bagi SME. Ini bisa saja bersifat legal ataupun ilegal, termasuk contohnya
pembayaran uang jaminan keamanan lokal. Ini hanya bisa dilakukan bersamaan dengan kepatuhan pada aturan hukum di Indonesia
Memperbaiki persaingan. Tarif dan kuota, seperti halnya lisensi, berfungsi menghalangi pasar. Sementara
tidak ada keberatan terhadap
alasan untuk mempertahankan tarif dan kuota, kedua hal ini harus dihapus untuk menciptakan sebuah pasar yang adil.
Meningkatkan tersedianya pelatihan keterampilan teknik dan manajerial bagi SME. Untuk saat ini, pelatihan semacam itu disediakan oleh
negara sambungan
158
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
sebagai bagian dari program kerja sama, tetapi sering tidak eisien dan tidak memadai. Pada jangka waktu panjang, pelatihan harus disediakan
oleh sektor swasta. Menggalakkan kerja sama erat antara para pemilik dan manajer SME
sehingga, sebagai sebuah sektor, mereka akan memiliki suara yang lebih kuat untuk mempromosikan pandangan-pandangan dan kebutuhan-
kebutuhan mereka. Ini akan melengkapi keberadaan FORDA forum daerah yang telah dibangun tiga tahun terkhir ini.
Karena pertanian adalah sektor terbesar di mana SME didirikan, ada kebutuhan untuk membangun sebuah strategi menyeluruh untuk sektor
pangan dan pertanian. Proteksionisme mempengaruhi sektor ini. Pencabutan semua subsidi, terutama BBM, harus dibarengi oleh skema
untuk mengontrol dampaknya. Perlu mendidik para legislator tentang masalah-masalah SME.
10. Reformasi Hubungan Perburuhan