136
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
Memperhitungkan keanekaragaman etnis dan agama dan kondisi demograi, termasuk perpecahan vertikal dan horisontal yang membelah masyarakat,
dan meminimalkan jurang perbedaan sosial dan ekonomi di dalam dan di antara semua kelompok di masyarakat.
Mengawasi dampak proses pembangunan ekonomi untuk mencegah terjadinya marjinalisasi kelompok mana pun, memberikan perhatian khusus
pada masalah-masalah ketimpangan dan persamaan untuk perempuan dan kelompok-kelompok yang rentan dalam masyarakat.
Mendukung sektor pertanian dan industri skala kecil dan menengah untuk menjamin kesinambungannya. Penekannya haruslah pada usaha
membantu mengembangkan kemandirian dan bukannya menciptakan ketergantungan pada pemerintah.
Fokus pada usaha merangsang hubungan sosial ekonomi pribumi untuk membangkitkan kemandirian yang lebih besar di dalam masyarakat.
3.2 Pembangunan Melalui Aturan Hukum
Untuk menjamin pembangunan ekonomi bekelanjutan dalam jangka panjang, cetak biru ekonomi haruslah diimplementasikan secara konsisten dan menyeluruh,
berdasarkan aturan yang jelas yang menentukan peran negara dalam kehidupan sosial-ekonomi bangsa. Yang sangat penting dalam usaha ini adalah ketaatan
pada prinsip supremasi hukum. Masih ada kecendurangan, yang merajalela selama era Orde Baru, untuk
memanfaatkan secara sewenang-wenang perusahaan milik negara dan dana di luar anggaran resmi lembaga pemerintah, seperti Badan Urusan Logistik Bulog
dan dana reboisasi hutan. Penyelewengan ini dan praktek-praktek penyelewengan yang lain harus diperiksa.
Rekomendasi :
Menghilangkan campur tangan negara yang berlebihan terhadap mekanisme pasar untuk mencegah distorsi pasar.
Menerapkan aturan hukum, tanpa diskriminasi, untuk mencegah eksploitasi dan perlakuan tidak adil terhadap pekerja Indonesia.
Perlakuan yang sama dan adil terhadap semua subyek ekonomi untuk memberikan kesempatan sukses yang sama untuk semua orang.
Penciptaan proses yang transparan dalam pemberian hak-hak ekonomi melalui lisensi.
Lepas dari rekomendasi bahwa negara tidak boleh campur tangan untuk menciptakan distorsi pasar, mengakui bahwa negara memiliki
peran
Pembangunan Sosial-Ekonomi
137
sambungan dalam penyediaan jaring pengaman dan dukungan kepada kelompok-
kelompok rentan. Memberikan perhatian khusus pada kelompok- kelompok rentan, seperti sektor informal, melalui program-program
aksi yang positif yang pada akhirnya akan “menyamakan posisi di lapangan permainan”.
3.3 Letter of Intent Usaha-usaha Indonesia untuk keluar dari krisis menghasilkan penandatanganan
perjanjian Letter of Intent LoI antara pemerintah dan Dana Moneter Internasional
IMF. Hingga kini, LoI, sebuah rencana mengikat untuk merestrukturisasi lembaga dan inansial yang dirancang oleh pemerintah dengan IMF, adalah
satu-satunya cetak biru bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Betapa pentingnya LoI tidak bisa dipandang remeh. Bukan saja penerapan
LoI telah mendatangkan IMF ke Indonesia, tetapi LoI juga mempengaruhi syarat-syarat seluruh kesepakatan inansial internasional lainnya dengan Indonesia.
Sebagai contoh, kesepakatan dengan Consultative Group for Indonesia dan Paris Club juga tergantung keberhasilan implementasi LoI. Mengingat kelemahan-
kelemahan pembuatan keputusan kebijakan di Indonesia, LoI mempunyai makna besar karena mengatur agenda reformasi, baik di bidang ekonomi maupun
pemerintahan, dan mengikat kabinet. Namun, LoI tidak cukup komprehensif untuk mengatasi berbagai macam
masalah sosial dan politik yang menimpa Indonesia. LoI memprioritaskan pemulihan ekonomi tetapi tidak fokus pada ekonomi yang lebih luas. Kabinet dan
pemerintah menandatangani LoI lainnya pada bulan September 2000 dan secara politis menjalankan reformasi IMF hingga paling tidak tahun 2002. Namun,
yang dibutuhkan adalah strategi jangka panjang untuk membangun ekonomi Indonesia yang kuat. Sangatlah esensial bahwa ekonomi Indonesia harus tidak
terjebak budaya ketergantungan dan penggunaan pinjaman luar negeri sebagai basis seluruh pembangunan ekonomi.
Perjanjian LoI yang didukung IMF melahirkan beberapa ketergantungan. Ini dilihat sebagai produk kelompok birokrat dan teknokrat yang eksklusif dan
terisolasi, dan bukan hasil sebuah proses negosiasi yang demokratis dan inklusif. Agar berhasil, cetak biru reformasi jangka panjang haruslah dihasilkan oleh
partisipasi seluruh komponen masyarakat dan diterima sebagai agenda nasional yang berdasarkan konsensus nasional.
138
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
Langkah-langkah yang harus diambil:
Rekomendasi :
Mengembangkan proses dari bawah ke atas bottom-up untuk
mendapatkan masukan bagi cetak biru pembangunan ekonomi agar relevan bagi semua wilayah di Indonesia.
Mengembangkan pendekatan yang inklusif dalam perencanaan ekonomi untuk mencegah terjadinya marjinalisasi kelompok mana pun, terutama
perempuan dan kelompok-kelompok rentan yang lain. Mengadakan konsultasi-konsultasi mengenai dampak dari kebijakan potensial
dan menyelenggarakan dengar pendapat umum sebelum keputusan inal diambil, terutama pada aspek-aspek yang berhubungan dengan
kehidupan dan budaya seluruh masyarakat. Berinvestasi dalam pembangunan proses sosialisasi yang transparan,
untuk menjamin bahwa cetak biru jangka panjang untuk pembangunan adalah produk konsensus nasional dan berhubungan dengan keteraturan
sosial.
4. Demokratisasi Aktivitas Ekonomi di Daerah- daerah