55
Konstitutionalisme dan Aturan Hukum
Membentuk pranata-pranata transisi untuk meningkatkan kepercayaan publik kepada komitmen negara untuk menyediakan keadilan bagi
warga negaranya, misalnya “Komisi Kebenaran” untuk menangani isu-isu keadilan pada masa transisi.
5. Institusi-institusi untuk Mendukung dan Melind- ungi Prinsip-prinsip Demokrasi
Demokrasi tidak akan terselamatkan hanya lewat pemilihan yang periodik. Demokrasi dan prinsip-prinsip demokrasi harus didukung dan dipertahankan
lewat sistem-sistem akuntabilitas demokratis. Sistem akuntabilitas ini meliputi pengawasan dan perimbangan
checks and balances yang dilindungi konstitusi dan saluran-saluran bagi pemerintahan yang transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Konstitusi-konstitusi yang kini diadopsi di negara-negara lain yang mengkonsoli-
dasikan demokrasi telah menjadi pranata yang independen dan tak terpisahkan untuk mendukung dan mempertahankan akuntabilitas demokratis. Tindakan
ini berlaku seperti mekanisme pengawasan dan perimbangan, dan menjamin transparansi lebih luas lagi.
Anggota-anggota Forum ini merekomendasikan tinjauan terhadap dan pengadopsian pranata serupa untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintahan yang
transparan, bertanggung jawab, dan dapat dimintai pertanggungjawaban. Disadari, hanya jika suatu pranata telah memiliki tujuan-tujuan yang jelas, kekuasaan dan
sumber daya yang digunakan untuk mencapainya, maka pranata itu tak bakal menyumbangkan apa-apa bagi proses demokratis.
Sementara beberapa pranata memerlukan dukungan konstitusional, yang lain dapat dibentuk lewat aturan hukum. Keuntungan melindungi suatu pranata
dengan konstitusi adalah bahwa pranata itu tidak dapat dihilangkan kecuali menurut kondisi-kondisi pengekualian. Kelompok kerja mempertimbangkan
lima pranata semacam itu: ombudsman, pemeriksa umum, komisi pemilihan yang independen, komisi hak asasi manusia, dan komisi iskal dan keuangan.
5.1 Ombudsman
56
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
Ombudsman memonitor tindak-tanduk lembaga eksekutif, lembaga legislatif, dan birokrasi. Ia melapor kepada parlemen dan eksekutif. Agar efektif, kantor
kerja ombudsman harus secara memadai disediakan. Jauh lebih daripada sekedar “anjing penjaga”
watchdog terhadap negara, institusi seperti ini mengabdi pada perbaikan kinerja fungsi-fungsi negara dan tingkat layanan para pegawai
pemerintah.
5.2 Pemeriksa Umum Pemeriksa umum melapor kepada parlemen mengenai pengeluaran reguler dari
dana rakyat. Parlemen-lah yang menyetujui anggaran dan alokasinya kepada eksekutif. Karena itu, penting bahwa parlemen dapat mengkonfirmasikan
pengeluaran dana-dana rakyat itu sesuai dengan prosedur yang diminta dan sesuai menurut anggaran.
5.3 Komisi Pemilihan Independen Komisi pemilihan independen melindungi hak-hak rakyat untuk berpartisipasi
dalam pemilihan umum yang bebas dan adil. Komisi ini berperan dalam mempertahankan standar di dalam proses pemilihan. Peran ini harus meliputi
pemantauan langsung terhadap pemilihan presiden, regional, dan nasional. Untuk menjamin kepercayaan masyarakat, keanggotaan komisi ini harus netral
nonpartisan. Komisi ini harus memiliki dana dan sumber daya yang mencukupi untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Komisi pemilihan independen ini sekarang secara universal diketahui penting bagi stabilitas dalam demokrasi konstitusional sebagai penentu. Salah satu
isu dengan kapasitas paling besar untuk melabilkan suatu masyarakat dan memicu konlik adalah hasil pemilu yang tidak dapat diterima oleh pesertanya
karena mereka tidak percaya pada penyelenggara yang bertanggungjawab untuk melakukan pemilihan.
5.4 Komisi Hak Asasi Manusia Komisi ini harus dibentuk untuk mengkaji pelanggaran-pelanggaran oleh
militer dan mencegah hal-hal seperti itu terjadi di masa depan. Kelompok kerja menyadari bahwa hanya lewat suatu komisi kepercayaanlah warga negara
pada aturan hukum dijamin.
5.5 Komisi Fiskal dan Keuangan