Masyarakat Sipil dan Desentralisasi Ekonomi

140 Penilaian Demokratisasi di Indonesia Rekomendasi: Jaminan kebebasan bergerak bagi semua faktor produksi, barang dan jasa di Indonesia. Proses politik yang menjamin otonomi penduduk lokal untuk menentukan aspirasi mereka. Menimbang ulang secara bersamaan UU No. 221999 dan 251999, bersama dengan tiga undang-undang politik yang baru, untuk benar- benar membangun pilar-pilar bagi otonomi, mulai dari tingkat pemerintahan yang rendah hingga yang paling tinggi. Untuk undang-undang yang melengkapi otonomi daerah dengan mengontrol kekuasaan pemerintahan pusat. Mengatur prinsip-prinsip maupun praktek-praktek di tingkat pusat dan daerah untuk menjamin agar otonomi daerah tidak menciptakan bentuk-bentuk baru korupsi, kolusi, nepotisme. Mengatur prinsip-prinsip dan praktek-praktek yang membantu kerja sama daerah dalam rangka mengoptimalkan manajemen sumber daya. Perbatasan wilayah tak boleh merintangi keputusan ekonomi yang rasional. Memperkenalkan sistem insentif untuk menjamin fleksibilitas pelaksanaan otonomi daerah. Menjamin bahwa pemerintahan daerah tidak diharapkan menjadi agen kontrol. Peran mereka haruslah menjadi fasilitator yang menjamin kelompok-kelompok minoritas yang lemah tidak terpinggirkan, dan bahwa pembangunan tidak merusak lingkungan.

4.2 Masyarakat Sipil dan Desentralisasi Ekonomi

Saat ini adalah masa reformasi dan demokratisasi di Indonesia dan setiap tindakan reformasi akan menjdi efektif bila ada partisipasi langsung dari masyarakat sipil di tingkat pusat dan daerah. Partisipasi ini haruslah tercermin dalam undang-undang juga. Dukungan masyarakat internasional, terutama negara-negara donor, diperlukan untuk menjamin lancarnya pelaksanaan proses otonomi itu. Pendekatan yang sentralistis dan dari atas ke bawah top-down adalah kontraproduktif bagi desentralisasi dan akan mengalahkan tujuan-tujuan pemerintah sendiri. Untuk mencegah terjadinya pergolakan dan distorsi ada keharusan untuk bersiap di tingkat pusat dan daerah untuk membangun strategi, kebijakan, program, dan pranata. Di tingkat pusat, sebagaian parsial ini telah dijalankan melalui Pembangunan Sosial-Ekonomi 141 pemberlakuan serangkaian langkah-langkah legislatif menuju desentralisasi, yang dinamakan UU No. 221999 dan 251999. Pendekatan-pendekatan yang secara langsung mendesentralisasi ke tingkat yang lebih rendah kabupaten dan kotamadya mungkin menimbulkan, dalam jangka pendek, lebih banyak risiko daripada keuntungan. Satu cara untuk memperkecil risiko-risiko ini adalah pemerintah menjalankan desentalisasi secara bertahap, juga menyerahkan wewenang dan sumber daya ke tingkat propinsi. Pendekatan ini mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian hukum. Karena itu, ketika proses revisi dan penyesuaian sedang dijalankan, sangat dibutuhkan kerangka kerja pembuat peraturan yang komprehensif dalam bentuk Peraturan Pemerintah PP untuk mendukung desentralisasi. Pada kenyataannya masalah-masalah ini ditangani dengan membuat PP No. 252000. Pada tingkat daerah, harapan-harapan yang timbul dari desentralisasi begitu tinggi dengan banyak tuntutan yang diciptakan di pemerintah pusat. Ini sangat alamiah mengingat hingga saat ini daerah-daerah belum mewujudkan reformasi politik apa pun dan ada kecurigaan terhadap komitmen pemerintah pusat. Langkah-langkah reformasi yang dikonseptualisasikan oleh pusat belum diinternalisasikan dan masih dijalankan di dalam struktrur desentralisasi. Pemerintah masih memutuskan dan memformulasikan kebijakan-kebijakan dan daerah-daerah tinggal menjalankannya. Rekomendasi : Membuat kerangka kerja hukum yang memenuhi aspirasi terhadap otonomi di tingkat propinsi untuk mengimplementasikan desentralisasi secara bertahap. Ini termasuk membuat sebuah Perpu mengenai otonomi di tingkat propinsi, meninjau ulang UU No. 22 dan 25, dan memperkuat usaha-usaha untuk meningkatkan kepedulian terhadap hukum di antara masyarakat umum dan di antara parlemen pusat dan daerah. Mengembangkan sebuah rencana strategis untuk merapkan desentral- isasi, memperhitungkan kebutuhan untuk menjamin penyediaan jasa secara terus-menerus, implementasi keseimbangan di antara daerah-daerah, dan kebijakan iskal yang konsisten. Mempertahankan momentum desentralisasi dengan menjamin bahwa pemerintahan pusat secepatnya mengambil langkah-langkah untuk sambungan menjalankan desentralisasi, terutama di kota-kota dan kabupaten- 142 Penilaian Demokratisasi di Indonesia kabupaten yang mampu menangani kebutuhan seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan pembangunan jalan. Strategi ini akan menjamin bahwa kepercayaan dipelihara dan juga akan memberikan lebih banyak waktu untuk bersiap menangani tantangan-tantangan teknis desentralisasi. Karena membangun otonomi dari sistem yang sangat sentralis adalah proses yang sangat sulit dan mencakup bermacam-macam dimensi politik, hukum, sosial-budaya, dan ekonomi, proses pemindahan kekuasaan ini menuntut koordinasi dan kerja sama dari seluruh menteri kabinet dengan tanggung jawab terhadap pembangunan ekonomi, industri, kesejahteraan sosial dan pengentasan kemiskinan, dan keamanan. Proses desentralisasi haruslah diperluas sampai ke tingkat “akar rumput” grassroots, menghindari konsentrasi baru kekuasaan ekonomi di tingkat elite lokal. Hubungan horisontal di antara daerah-daerah haruslah ditingkatkan melalui kegiatan ekonomi. Kegiatan pembangunan haruslah ditetapkan di tingkat lokal. Pajak pertambahan nilai harus dipindahkan dari pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah secara bertahap.

5. Investasi dan Manajemen Sumber Daya Alam: Membangun sebuah Hubungan Baru