Kode Etik Ada kebutuhan untuk menetapkan standar yang harus dipatuhi oleh anggota

46 Penilaian Demokratisasi di Indonesia Diakui bahwa parlemen tidak diharuskan untuk mempercayai presiden yang dipilih secara terpisah langsung oleh rakyat. Namun, seharusnya ada peluang untuk melakukan tindakan pemecatan impeachment sebagai suatu kontrol terhadap presiden yang korup atau sungguh-sungguh tidak kompeten. Tindakan impeachment biasanya diarahkan terhadap seorang presiden yang bersalah karena tingkah laku yang buruk, penyalahgunaan kekuasaan, pencurian, ketidakjujuran, atau korupsi. Untuk menentukan apakah presiden benar-benar bersalah atas perbuatan tersebut, biasanya ada suatu mekanisme investigasi yang disediakan untuk menjalankan impeachment yang bisa dilakukan oleh lembaga legislatif sendiri atau oleh majelis yang secara khusus ditetapkan. Bila proses impeachment berhasil, konsekuensinya bukanlah pemilihan yang baru atau penghapusan kabinet, tetapi penggantian presiden terpilih. Proses impeachment diarahkan terhadap individu dan bukan terhadap pemerintahan. Rekomendasi: Memasukkan kriteria yang ditentukan secara jelas ke dalam konstitusi yang dengannya presiden dapat diganti melalui mosi tidak percaya atau lewat impeachment.

2.6 Kode Etik Ada kebutuhan untuk menetapkan standar yang harus dipatuhi oleh anggota

lembaga legislatif dan eksekutif di tingkat nasional dan daerah. Hal ini dirasakan berguna, mengingat sejarah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu di dalam proses politik. Parlemen harus merancang dan menjalankan kode etik untuk memastikan bahwa para pejabat publik bertindak dengan integritas, kejujuran, dan yang meliputi prosedur-prosedur yang jelas bagi persetujuan untuk menjamin bahwa para staf publik sungguh-sungguh jujur, sosok pelayan, berkepribadian. Kode semacam ini biasanya mengharuskan legislatif dan anggota kabinet mengumumkan aset-asetnya dan keluarga yang menjadi tanggungan langsung sebelum menduduki jabatan atau setelah meninggalkan jabatannya. Persyaratan pengungkapan ini seharusnya dilakukan secara periodik berkaitan dengan pemberian, keramahan-tamahan, dan pendapatan alternatif lainnya, termasuk sumbernya, dan dapat diakses oleh masyarakat dengan cara pendataan publik. Pengungkapan seperti ini harus dilakukan bagi otoritas yang disebutkan dalam kode dan dalam periode waktu yang tetap dan reguler. Karena telah ada 47 Konstitutionalisme dan Aturan Hukum pengungkapan jujur dan menyeluruh atas pendapatan, biasanya tidak penting untuk menetapkan sanksi atas penerimaan pemasukan lain atau proses lobi karena telah ada pengungkapan akan berlaku sebagai suatu larangan. Kode etik tidak harus melingkupi pratek yang tidak benar seperti ketidakjujuran dan korupsi, karena hal itu sudah atau seharusnya diatur dalam hukum kriminal dengan hukuman berat. Kode etik harus menyiapkan batasan kegiatan apa saja yang diperkirakan tidak sesuai dengan tugas-tugas parlemen. Hal ini berarti meliputi batasan terhadap menteri dan pejabat tinggi tertentu untuk menjalankan tugas lain sementara masih menjabat. Tetapi kode secara keseluruhan harus menuliskan sanksi-sanksi, khususnya untuk kegagalan mengungkapkan pendapatan padahal sudah diharuskan. Juga penting untuk mengatur situasi di mana semua pejabat publik harus mengungkapkan sebuah konlik kepentingan. Sebuah konlik kepentingan akan meliputi situasi-situasi di mana anggota atau sanak-saudaranya mungkin punya kepentingan di dalam suatu perkara di mana pejabat publik yang bersangkutan dipanggil untuk memberi suara atau mengambil sebuah keputusan. Sebagai tambahan, seharusnya ada tugas umum terhadap semua pejabat publik untuk bertindak atas kepentingan umum dengan jujur dan penuh integritas. Diakui selama diskusi-diskusi kelompok kerja bahwa kode etik yang diterapkan itu amatlah jarang ada di mana pun di dunia ini hingga 1990-an. Namun, kini menjadi kian populer di dalam demokrasi moderen karena bentuk-bentuk pembelian pengaruh yang baru dan lebih merusak dan kontrol terhadap pengambil keputusan oleh publik telah muncul dan mengungkapkan banyak skandal di banyak negara, termasuk Indonesia. Diakui bahwa kode etik seharusnya tidak membuat bingung dengan privilese yang disediakan bagi anggota parlemen. Juga diakui bahwa kode etik penting bagi tujuan demokrasi yang sehat dan seluruh perdebatan tentang kekebalan yang disediakan bagi anggota parlemen untuk melindungi tindakannya sebagai wakil rakyat. Wakil rakyat seharusnya menikmati hak kekebalan berkaitan dengan setiap tindakan sipil atau kriminal yang diarahkan pada mereka yang timbul karena menjalankan atau sebagai kinerja dari tugas-tugasnya sebagai anggota parlemen. 48 Penilaian Demokratisasi di Indonesia Rekomendasi: Konstitusi harus menyediakan suatu kode etik yang disahkan oleh legislatif nasional dan daerah dan juga para pejabat eksekutif. Peraturan ini dikeluarkan dalam periode yang ditentukan. Kode etik harus mempersyaratkan pengumuman kekayaan sebelum menduduki atau melepaskan jabatan. Pengumuman ini dilakukan kepada otoritas yang ditunjuk dan dalam periode waktu yang ditentukan. Hukuman berat bagi penyuapan dan korupsi harus ditetapkan dalam undang-undang. Bila kekebalan parlemen dan eksekutif diberikan, kekebalan itu harus dibatasi hanya untuk tindakan-tindakan yang berkaitan dengan wilayah pekerjaannya, tidak berlaku untuk semua tindakan.

3. Mempertahankan Otonomi Daerah