11
P e n d a h u l u a n
Pendahuluan
1. Latar Belakang
1.1 Perdebatan Demokrasi
Diskusi mengenai pembangunan demokrasi bukan hal baru untuk Indonesia. Apa yang sekarang disaksikan oleh negeri ini adalah kelanjutan dari sebuah dialog yang
terhenti  hampir empat dasarwasa oleh kekuasaan otoriter. Masa dua tahun terakhir didominasi oleh usaha-usaha Indonesia untuk bangkit
dari  bayang-bayang  Orde  Baru,  rezim  otoriter  yang  dibangun  oleh  Presiden Soeharto  pada  pertengahan  1960-an.  Soeharto  membangun  rezim  ini  di  atas
fondasi  Demokrasi  Terpimpin  yang  ditinggalkan  pendahulunya,  Soekarno. Pemberlakuan  Demokrasi  Terpimpin  pada  1959  menyebabkan  runtuhnya
demokrasi parlementer  dan  menggantikannya  dengan  sebuah  sistem yang tak sedikit pun membatasi lembaga kepresidenan.
Ada  beberapa  kemiripan  yang  nyata  antara  transisi  demokrasi  Indonesia  saat ini  dan  percobaan  selama  satu  dasawarsa  demokrasi  liberal  pada  1950-an.
Ekonomi  begitu  mudah  bergejolak,  angkatan  bersenjata  menjadi  kekuatan politik  potensial,  parlemen  dan  eksekutif  terjebak  dalam  permainan  saling
menjatuhkan  yang  mengakibatkan  ketidakstabilan,  konstitusi  tak  cukup  jelas dalam menyatakan peran dan hubungan-hubungan antara pemegang kekuasaan
dan  lembaga-lembaga  negara,  dan  kekacauan-kekacauan  regional  mengancam kesatuan dasar dari Nusantara.
Tetapi perbedaan-perbedaan antara 1950-an dengan saat ini juga sama nyatanya. Pada 1950, Indonesia adalah negara muda di mana penjajah Belanda baru sedikit
menanamkan  investasi  dalam  infrastruktur,  dan  di  mana  aktivitas  sosial  dan ekonomi  telah  terhentikan  oleh  perang  kemerdekaan  yang  berkepanjangan.
Sebagai perbandingan, krisis ekonomi yang telah memperumit transisi demokrasi Indonesia saat ini adalah yang mengikuti pertumbuhan pesat selama bertahun-
tahun, yang telah sangat memperbesar dasar ekonomi negara. Sikap-sikap  terhadap  salah  satu  lembaga  yang  paling  berpengaruh,  angkatan
bersenjata,  juga  sangat  berbeda.  Jika  pada  1950-an  penghargaan  masyarakat terhadap  militer  tinggi  karena  peranannya  dalam  perjuangan  kemerdekaan,
saat  ini  baik  dukungan  masyarakat  terhadap  angkatan  bersenjata  maupun kepercayaan diri di dalam militer sendiri sangat rendah.
Kepemimpinan  militer  saat  ini  tampaknya  sepakat  dengan  strategi  pragmatis untuk melepaskan peran politiknya, yang kemudian memperkecil peran nonmiliter
yang  menyebabkan  militer  kehilangan  kehormatannya.  Akan  tetapi,  dengan
12
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
catatan  lebih  serius,  persepsi  masyarakat  terhadap  parlemen  baru  Indonesia adalah nilai penting dari rasa kekecewaan atas politik parlementer di akhir 1950-an
yang membuka jalan kepada otoritarianisme. Ada sebuah perdebatan sengit di parlemen tentang konstitusi pada Agustus 2000, tetapi amandemen UUD 1945
boleh dibilang dibuat belum masuk ke masalah-masalah pokok. Sikap luar negeri terhadap Indonesia telah berubah drastis sejak 1950-an. Pada
saat itu, negara-negara Barat banyak yang mencurigai negara pasca-kolonial ini, banyak yang mengkhawatirkan hubungan hangat Presiden Soekarno dengan Partai
Komunis Indonesia dan “perselingkuhannya” dengan negara-negara Sosialis, dan terlibat jauh sampai ke pendukungan terhadap pemberontakan-pemberontakan
melawan  pemerintah.  Tetapi  kini  Indonesia  berpeluang  menjadi  demokrasi terbesar ketiga di dunia, dan transisi saat ini di negeri tersebut telah memiliki
dukungan inansial dan moral dari masyarakat dunia. Kelanjutan  demokratisasi  Indonesia  setelah  rezim  Orde  Baru  jatuh  adalah
sebuah hal yang harus dirayakan dan juga diperhatikan. Negeri ini adalah tempat yang sama sekali berbeda dengan yang ada pada 1950-an dan terbuka sebuah
kesempatan  yang  belum  pernah  ada  untuk  mengkonsolidasikan  reformasi. Tepatnya, inilah konteks politik yang relatif cocok yang mendorong International
Institute for Democracy and Electoral Assistance International IDEA untuk menawarkan dukungannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang terlibat
dalam demokrasi yang sedang tumbuh di Indonesia. Penilaian Demokratisasi di Indonesia dari International IDEA adalah hasil dari sebuah
dialog nasional untuk melihat kembali dan menganalisis perkembangan politik nasional  dan  mengidentiikasi  isu-isu  penting  sebagai  dasar  untuk  advokasi,
kebijakan, dan reformasi. Penilaian ini difasilitasi oleh IDEA dan dilangsungkan bekerja sama dengan mitra-mitra dari Indonesia dengan cara pendekatan yang
terbuka dan partisipatif. Penilaian percontohan dari demokratisasi Indonesia ini melibatkan secara bersamaan 34 anggota dari organisasi-organisasi masyarakat
sipil,  yang  telah  menjadi contact  group  International  IDEA  di  Indonesia,  dan
disebut Forum untuk Reformasi Demokratis. 1.2 Unsur-unsur Penting Konsolidasi Demokratis
Dalam konsultasi dengan anggota-anggota Forum untuk Reformasi Demokratis, tema-tema berikut telah dinyatakan sebagai unsur-unsur penting dari kemajuan
demokrasi: Demokrasi dan Reformasi Negara dan Pranata-pranatanya:
Kekuasaan sipil dan angkatan bersenjata. Struktur ekonomi dan pengelolaan perusahaan.
Demokratisasi dan desentralisasi. Demokrasi dan Kekuasaan Hukum:
13
P e n d a h u l u a n
Tinjauan konstitusional dan reformasi pemilihan umum. Demokrasi dan sebuah Budaya Demokratis:
Pluralisme agama dan kehidupan bersama yang damai. Peran advokasi dan pengawasan organisasi-organisasi masyarakat sipil.
Partisipasi perempuan dalam politik.
2.  Demokrasi dan Reformasi Negara
2.1 Militer dan Kekuasaan Sipil