Proses Pembuatan Kebijakan yang Terbuka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Pembangunan Sosial-Ekonomi 163 kesempatan terhadap pendidikan dan mereka harus bekerja lebih dari jam kerja harian, dan bahkan sampai 12 jam kerja. Rekomendasi: Buruh anak-anak hanya diizinkan setelah mereka sekolah. Pemerintah dan pengusaha harus menjamin bahwa anak-anak ini harus menerima pendidikan. Karena ketidakmampuan isik anak, jam kerja mereka harus dibatasi sampai pada lima sampai enam jam perhari. Sebagaimana buruh perempuan, anak-anak harus menerima upah berdasarkan pekerjaan yang dilakukannya.

11. Proses Pembuatan Kebijakan yang Terbuka

Hubungan perburuhan, sosial, dan ekonomi harus diatur dalam paradigma demokratisasi sebagai kekuatan yang membawa perubahan rezim dan merupakan kecenderungan masa depan. Hubungan perburuhan harus dibangun dan diartikan melalui hukum yang dirumuskan dengan partisipasi buruh. Rekomendasi: Semua kebijakan pemerintah bertujuan memberikan manfaat bagi rakyat. Hal ini menuntut pemerintah untuk berkonsultasi secara langsung dengan rakyat sebelum merumuskan kebijakan untuk menjamin bahwa masukan mereka dijamin. Peran pemerintah adalah sebagai fasilitator bukan sebagai pengatur absolut dan ini harus direfleksikan dalam kebijakan dan program nasional. 164 Penilaian Demokratisasi di Indonesia

12. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Pada akhir 1990-an, korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN menjadi kata kunci yang menunjukkan penyakit rezim Orde Baru Presiden Soeharto. Dalam bidang ekonomi, ini berarti pengaruh buruk dari pembayaran uang yang berlebihan, baik untuk menyenangkan atau menyogok, atau sekedar untuk menyelamatkan usaha. Hal ini juga berarti dunia bisnis dengan yang wataknya dipribadikan, di mana hubungan dengan tingkat tertinggi dari kelompok penguasa elite dapat menjamin kesuksesan ekonomi. Praktek-praktek ini memiliki pengaruh yang sangat negatif terhadap pasar. Bisnis-bisnis yang diistimewakan dan tidak efisien justru sejahtera. Hal ini merintangi perkembangan kelas pengusaha dan persepsi bisnis menjadi sangat negatif baik ditingkat nasional maupun internasional. Biaya tersembunyi bisnis menjadi sangat tinggi dan hal ini kemudian mendistorsi taksiran dan anggaran. Praktek ini menciptakan lingkungan yang korup yang mengabaikan semua lembaga hukum seperti peradilan, birokrasi, dan pemerintah. Indonesia berada pada peringkat 85 dari 89 negara di Corruption Perceptions Index oleh Transparency International pada tahun 2000. Di mana angka “10” adalah nilai terbaik, sementara Indonesia mendapat nilai 1,7. Nilai tersebut mengaitkan persepsi mengenai derajat korupsi sebagaimana dilihat oleh kalangan bisnis, analis risiko, dan publik pada umumnya. Korupsi ikut menyebabkan buruknya peraturan mengenai keuangan, menjadi penghalang manajemen krisis, dan persepsi mengenai korupsi menyebabkan investor kehilangan kepercayaan. KKN harus diberantas bila ekonomi Indonesia ingin berkembang. Supaya ini terjadi, struktur pembuat kebijakan ekonomi harus transparan, dengan rantai komando yang jelas di semua proses pengambilan keputusan, termasuk pengangkatan-pengangkatan. Kerusakan yang terjadi akibat KKN di negeri ini sudah tidak dapat dipahami dan karenanya harus menjadi agenda reformasi pemerintahan. Ketika sebuah negara sudah dijuluki sebagai surga penyogokan dan korupsi, negara tersebut tidak akan menjadi tempat penanaman modal yang menarik baik bagi modal internasional maupun domestik. Akibat KKN juga berpengaruh langsung pada harga barang-barang dan jasa, baik sektor umum maupun swasta, juga pada penciptaan kesempatan pernanaman modal dan penciptaan lapangan kerja. Untuk membersihkan sistem ekonomi dari distorsi pasar, perubahan harus dilakukan di semua tingkatan. Ini terutama memerlukan kepastian politik dan birokrasi pada tingkat yang paling tinggi. Pembangunan Sosial-Ekonomi 165 Rekomendasi: Peninjauan prosedur-prosedur pengangkatan semua pejabat tinggi, mulai dari eselon satu di sektor publik sampai ke dewan direktur semua Badan Usaha Milik Negara BUMN. Direktur semua BUMN harus diteliti oleh komisi independen. Lembaga-lembaga seperti ombudsman harus diperkuat dan diberday- akan untuk melaksanakan penyelidikan menyeluruh terhadap laporan mengenai pelanggaran. Negara harus menyediakan insentif untuk semua perusahaan agar menjaga catatan dan rekening sehingga gambaran yang akurat tentang pajak pendapatan dan tanggung jawabnya dapat dijamin. Pelayanan-pelayanan pengumpulan pajak harus direformasi untuk menjamin bahwa mereka menjalankan tugas nyata yang diembannya dengan integritas dan kekujuran. Sebagaimana dijelaskan pada poin 7 di atas, birokrasi harus direformasi supaya efektif dan jujur. 166 Penilaian Demokratisasi di Indonesia 167 G e n d e r Gender 168 Penilaian Demokratisasi di Indonesia 169 G e n d e r Gender

1. Latar Belakang