Menjalankan Desentralisasi idea penilaian demokratisasi di indonesia

70 Penilaian Demokratisasi di Indonesia Rekomendasi-rekomendasi ini terbagi ke dalam empat kelompok: Menjalankan desentralisasi. Menciptakan desentralisasi yang demokratis. Menanggung biaya desentralisasi. Menyelesaikan konlik.

2. Menjalankan Desentralisasi

Tak seorang pun akan mengatakan bahwa sistem sentralisasi pemerintahan yang sedang berjalan di Indonesia lebih disukai dari pada model desentralisasi yang sekarang ditawarkan. Memang, masih ada tuntutan atas otonomi yang lebih dari yang ditawarkan model ini. Rekomendasi: Desentralisasi dapat mencegah disintegrasi di Indonesia. Penerapannya harus diwujudkan secepatnya. Pengalaman di Afrika Selatan dijadikan acuan untuk menunjukkan bahwa desentralisasi dapat dijalankan secara cepat dan efektif jika ada kehendak politik. Afrika Selatan berubah menjadi sistem desentralisasi yang baru boleh dibilang dalam waktu semalam, mengubah sembilan wilayah dan empat propinsi menjadi sembilan propinsi pada tengah malam tanggal 1 Mei 1994. Perubahan ini diikuti oleh dua prinsip utama yang diarahkan pada upaya mencegah perlakuan diskriminasi pejabat publik atas dasar kesukuan: bahwa setiap pejabat harus terus menjalankan pekerjaan yang sama seperti sebelumnya, tetapi melalui upaya restrukturisasi ini harus melapor kepada pimpinan yang berbeda, dan bahwa seharusnya ada satu pelayanan publik mandiri dengan gaji dan kondisi yang sama. Contoh keberhasilan dan perubahan yang cepat ini dicapai melalui kemauan politik yang kuat, yang tercermin di dalam konstitusi yang baru. Konstitusi mencegah igur-igur utama desentralisasi berubah pikiran di kemudian hari dan menjamin bahwa proses itu akan didanai secara layak. 71 Otonomi Daerah Rekomendasi: Desentralisasi dan pendanaannya yang layak harus dijamin dalam amandemen konstitusional. Desentralisasi yang sukses, khusunya desentralisasi sektoral, secara teknis akan teramat kompleks. Para pejabat yang menerapkannya harus menguasai masalah- masalah dan harus dapat memberikan instruksi yang jelas kepada bawahannya. Hal ini juga memerlukan dukungan politik dan keuangan yang kuat. Indonesia memiliki sejarah panjang kegagalan penerapan desentralisasi. Beberapa dari kesalahan itu karena kurang didorong oleh kemauan politik. Undang-undang Desentralisasi 1974, misalnya, tidak pernah benar-benar dijalankan karena ada perlawanan dari departemen-departemen pemerintah, sementara wilayah-wilayah percontohan yang menerapkan desentralisasi di awal 1990-an gagal karena kekurangan dana. Upaya desentralisasi yang sekarang ini mungkin akan menemui nasib yang sama. Untuk menjamin tidak terjadi hal demikian, departemen pemerintah yang bersangkutan harus secara terus-menerus dihadapkan dengan pandangan- pandangan daerah. Cara yang paling baik untuk melakukannya adalah membentuk parlemen dua kamar bikameral yang baru yang terdiri atas sebagian besar perwakilan-perwakilan dari berbagai daerah. Sistem bikameral ini akan memungkinkan daerah-daerah terlibat dalam tawar- menawar secara kolektif dengan pusat. Juga akan sangat membantu untuk mencegah penciptaan perjanjian sementara antara pusat dan daerah-daerah kaya yang tidak memberi keuntungan bagi daerah yang miskin. Rekomendasi: Parlemen bikameral nasional harus dipertimbangkan, di mana perwakilan daerah harus mendominasi majelis tertinggi. Dalam diskusi, ada usulan agar Dewan Desentralisasi yang berkekuasaan tinggi dibentuk dengan perwakilan-perwakilan departemen pemerintah sebagai anggotanya. Dewan ini akan bertindak sebagai mesin yang mendorong maju desentralisasi, khususnya desentralisasi sektoral, dan akan menjaganya dari kepentingan sentralisasi birokrasi. 72 Penilaian Demokratisasi di Indonesia Para pendukung gagasan ini berpendapat bahwa dewan semacam itu akan memotong sejumlah aturan dan membawa perubahan yang nyata dan efektif. Namun para anggota dari kelompok lain berpendapat dewan semacam itu sendiri akan terlalu birokratis dan sepertinya akan didominasi oleh pemerintah pusat. Perdebatan yang hidup seperti ini merupakan suatu pertanda yang jelas bahwa banyak pemikiran yang harus disumbangkan bagi mekanisme yang akan menjalankan desentralisasi.

3. Desentralisasi yang Demokratis