77
Otonomi Daerah
Rekomendasi:
Pemerintah daerah perlu menjamin hak untuk mengakses sumber informasi yang ada di wilayahnya secara mandiri.
5. Penyelesaian Konflik
Setiap perubahan mendasar pada struktur suatu pemerintahan pasti menimbulkan ketidakpuasan. Desentralisasi dapat meningkatkan konlik yurisdiksi antara pusat
dan daerah, antara agama dan antara komunitas lokal, atau dengan investor di wilayah-wilayah berkaitan dengan kontrol kehutanan atau sumber-sumber
pertambangan. Banyak dari konlik-konlik ini akan ditengahi oleh pemerintah di tingkat yang
lebih tinggi, dan hukum disiapkan agar Mahkamah Agung turun mengarbitrase apabila mediasi itu gagal. Namun, mekanisme yang lebih responsif dan leksibel
perlu diciptakan untuk menyelesaikan konlik apabila desentralisasi diharapkan bisa efektif dan demokratis.
Pengalaman dari negara lain di dunia menunjukkan bahwa asosiasi otonomi daerah terbentuk secara spontan untuk melindungi kepentingan sektor-sektor tertentu.
Asosiasi ini dapat juga berfungsi sebagai mediator konlik yang baik.
Rekomendasi:
Ada kebutuhan untuk mengembangkan cara non-konfrontasi untuk menyelesaikan konlik antara pusat dan daerah, sebagai contoh melalui
asosiasi otonomi daerah secara sukarela. Sumber konlik yang mungkin adalah pemisahan tanggung jawab antara berbagai
tingkat pemerintahan daerah yang berbeda. Di masa lalu, pemerintah propinsi diklasiikasikan sebagai Tingkat I dan kabupaten atau kota sebagai Tingkat II.
Tetapi undang-undang yang baru terfokus semata pada otonomi di Tingkat II, dan peran Tingkat I yang sebelumnya dominan akan dikurangi.
Tidak jelas benar mengapa ada perubahan bentuk Daerah Tingkat I, yang berjumlah 29, ke Daerah Tingkat II yang kurang lebih ada 350 buah. Perubahan
ini meningkatkan ketegangan antara Tingkat I dan II dan antara sesama Daerah
78
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
Tingkat II dalam upaya untuk merebut sumber daya. Wilayah yang berbeda mungkin memandang situasi ini secara lain. Beberapa
warga Aceh mengekspresikan pandangan bahwa motif untuk mengurangi peran propinsi jelas politis, dan itu akan menciptakan konlik antara Daerah Tingkat
II di Aceh yang tidak ada sebelumnya. Solusi mereka adalah meningkatkan peran propinsi. Tetapi yang lain, seperti Jepara di Jawa Tengah, menganggap
penunjukan baru atas Daerah Tingkat II sungguh ideal. Telah ada kecenderungan di beberapa wilayah untuk menciptakan lebih banyak
Daerah Tingkat II untuk mencapai keuntungan dari kekayaan yang mestinya bisa mereka ciptakan. Ironisnya, kecenderungan ini secara khusus ditujukan
pada wilayah miskin, dan rasa iri telah menciptakan konflik baru di antara Daerah Tingkat II.
Di lain tempat, unit-unit Tingkat II harus disatukan karena ongkos ekstra yang dituntut oleh desentralisasi. Di setiap peristiwa, forum baru diperlukan untuk
memecahkan konlik antara Daerah Tingkat II yang bertetangga, dan organisasi nonpemerintah dapat berperan dalam mediasi pertikaian serupa.
Rekomendasi:
Kelompok-kelompok sosial perlu lebih dilibatkan dalam forum untuk mediasi konlik yang baru antara dan dan di dalam Daerah
Tingkat II.
79
Hubungan Sipil-Militer
Hubungan Sipil-Militer
80
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
81
Hubungan Sipil-Militer
Hubungan Sipil-Militer
1. Latar Belakang