146
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
Dalam menerapkan otonomi daerah melalui UU No. 221999, usaha-usaha harus dijalankan untuk memastikan ada peran signiikan yang dimainkan oleh
investor ramah lingkungan.
Rekomendasi:
Merancang program aksi yang tegas untuk mendukung investor dan perusahaan lokal yang ramah lingkungan dalam mendapatkan akses
pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Memastikan proses tender untuk proyek-proyek investasi dapat
berlangsung adil di tingkat lokal, terbuka bagi semua penawar. Untuk studi kelayakannya, proyek investasi daerah harus taat pada
syarat-syarat analisis dampak sosial dan lingkungan, seperti ditetapkan oleh Bappedal.
Harus ada penyaringan ketat terhadap proposal investasi, memper- timbangkan dampak lingkungan dan sosial kegiatan-kegiatannnya
secara hati-hati. Memberdayakan investor lokal dengan kemampuan untuk taat pada
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial sebagai aset dan sebuah bentuk pengaruh dalam berkompetisi dengan investor lain.
6. Struktur Fiskal
Indikator terbaik dari komitmen pemerintah untuk reformasi adalah anggaran tahunan, atau APBN. Melalui alokasi sumber-sumber yang ada, prioritas-prioritas
sektoral pemerintah maupun pilihan-pilihan dan rencana strategis yang dibuatnya bisa tampak paling bagus.
Selama masa Orde Baru, DPR tidak memiliki peran dalam mempengaruhi kebijakan melalui formulasi legislasi atau melalui alokasi sumber daya.
Bahkan jika anggota DPR ingin memainkan peran yang lebih aktif dalam merumuskan undang-undang, mereka tidak memiliki akses data dan informasi
tentang pendapatan dan pengeluaran. Rancangan APBN tidak pernah diubah oleh DPR. Peningkatan anggaran dan perubahan lain yang diperkenalkan
oleh ekskutif selama periode itu selalu disetujui, dan DPR menjadi lembaga stempel, yang memberi dasar konstitusional bagi pelaksanaan aktivitas
pemerintah. Hanya ada sedikit sinkronisasi antara anggaran tahunan, Rencana
Pembangunan Sosial-Ekonomi
147
Pembangunan Lima Tahun Repelita, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN sebagai rencana jangka panjang.
Kini, DPR memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk bertanya kepada eksekutif dalam hal rancangan APBN dan bahkan aspek-aspek perubahannya. Namun,
yang harus dihindari adalah kebuntuan deadlock sebagai hasil dari pembahasan
anggaran. Menurut UUD 1945, jika DPR dan pemerintah tidak sepakat dengan rancangan APBN yang ditawarkan oleh pemerintah, maka pemerintah harus
menggunakan APBN tahun sebelumnya. Ini sangat tidak realistis, karena APBN yang disetujui bersama lebih dari sekadar jumlah total. Itu meliputi pula hal-hal
pokok pengeluaran. Sering terjadi banyak hal yang tidak konsisten dalam alokasi anggaran. Sebagai
contoh, komitmen yang kuat untuk memajukan pendidikan kerap tampak pada perdebatan-perdebatan dan rencana-rencana namun tidak demikian dalam jumlah
alokasi dana untuk pendidikan. Sama halnya, komitmen untuk memberdayakan perempuan di semua aspek kehidupan, terutama di desa-desa miskin, selalu
ditunjukkan tetapi sangat jarang ditunjang oleh sumber daya. Pemerintah juga harus menguji ulang caranya menutupi defisit finansial.
Sebelumnya pemerintah mengandalkan utang luar negeri. Namun, kini mengandalkan baik pinjaman luar negeri maupun obligasi domestik. Tetapi
dengan menerbitkan obligasi lokal, akan ada akibat penerbitan surat utang oleh peminjam dari sektor swasta tak memperoleh bagian
crowding out.
Rekomendasi:
Menyediakan mekanisme untuk menjamin bahwa APBN bisa disahkan. Jika timbul kebuntuan ketika membahas APBN, harus
ada konsensus mengenai cara-cara penyelesaiannya. Contohnya, pengacuan ke anggaran tahun sebelumnya mesti diizinkan untuk
mendapatkan jaminan persetujuan terhadap anggaran rutin, sementara anggaran pembangunan harus dibahas secara detail hingga ada sebuah
kesepakatan akhir dan komplet. Mengambil langkah-langkah untuk memperkuat kecakapan dan
kemampuan anggota DPR dalam membahas APBN. Memastikan ada komitmen mengikat dari pemerintah bahwa
peningkatan pajak pendapatan akan digunakan selayaknya demi mewujudkan keadilan sosial.
148
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
sambungan Memprioritaskan pembangunan proses penyusunan anggaran publik
yang demokratis, misalnya dengan memungkinkan berlangsungnya perencanaan dan persiapan anggaran dalam beberapa tahun. Kendala
waktu yang berjalan sangat mengganggu rencana jangka panjang, dan rentang waktu 18 bulan akan lebih memadai.
Untuk mengurangi efek crowding out negatif di pasar modal lokal,
pemerintah harus mengumumkan sebelumnya sebuah jadwal yang cocok untuk menerbitkan obligasi, agar sektor swasta masih bisa
menghimpun dana modal.
7. Restrukturisasi Birokrasi untuk Mendukung Reformasi Sosial-Ekonomi