173
G e n d e r
2.2 Pembangunan Kapasitas
Tujuan utama pembangunan kapasitas adalah untuk memastikan cukupnya alokasi sumber daya manusia dan isik serta pembangunan kapasitas yang cukup,
untuk memastikan bahwa isu-isu gender telah dimasukkan dalam berbagai perhatian politik, sosial, dan ekonomi. Harus ada kesediaan untuk bekerja dalam
konteks budaya, sosial, dan politik dalam masyarakat. Ini juga merupakan wilayah di mana ahli-ahli internasional yang berpengalaman komparatif, menawarkan
sumber daya yang dibutuhkan dan memfasilitasi atau memperantarai dialog lintas sektoral, dapat menjadi sangat produktif.
2.2.1 Peran pendidikan Kurikulum pendidikan di berbagai belahan dunia masih menyimpan bias gender.
Gambar-gambar di buku, argumen-argumen yang dimunculkan, cerita sejarah, bahkan puisi: semuanya merupakan konirmasi stereotip gender yang membatasi
peran perempuan dalam masyarakat. Karenanya, sebuah perubahan kurikulum yang signiikan akan memiliki dampak yang nyata dalam sosialisasi kebanyakan
anak, terutama bila dilakukan sejak tingkat pendidikan dasar. Untuk mencapai tujuan itu, Menteri Pendidikan perlu menjalankan program pelatihan gender pada
berbagai kalangan stafnya, dari guru sampai birokrat. Pendidikan publik tentang peran dan relasi gender juga akan memberikan
kontribusi yang besar untuk mematahkan asumsi-asumsi sosial tertentu yang mengotakkan perempuan, dan untuk melawan diskriminasi. Ini akan menjadi
upaya yang melelahkan terutama ketika hambatan datang dalam bentuk tuduhan- tuduhan yang telah mengakar berdasarkan budaya, tradisi, dan agama. Tetapi
bagaimanapun ini upaya yang penting dalam sebuah perjalanan panjang menuju perubahan cara pikir masyarakat.
2.2.2 Peran budaya dan agama Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia dari tingkat populasi,
dan merupakan payung dari sejumlah agama dan tradisi lainnya. Pengaruh pranata-pranata agama kemudian menjadi sangat signiikan.
Penafsiran teks agama, takhyul, dan cerita rakyat yang paling menonjol cenderung mendukung struktur sosial yang didominasi lelaki. Sebagai akibatnya, perempuan
Indonesia sering dipinggirkan baik di ruang publik maupun privat. Mereka sering diberi peran sebatas pendukung, diperintah untuk patuh dan menurut, dan tugas
utama mereka dilihat hanya sebatas “istri” dan “ibu”. Laki-laki dianggap sebagai “kepala keluarga”. Asumsi ini merupakan penolakan besar-besaran terhadap
kesetaraan atau dalam kasus ini akses yang tidak setara terhadap pekerjaan, pendapatan, pinjaman usaha, dan pendidikan.
174
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
Laki-laki adalah pemimpin wanita, karena Allah telah menaikkan laki-laki di atas perempuan, dan karena mereka laki-laki
telah memberikan sebagian dari kekayaan mereka. Wanita yang saleh adalah mereka yang mengikuti perintah Allah dan melindungi
tubuh mereka ketika suami mereka tidak bersama mereka karena Allah sesungguhnya menjaga mereka. Sesungguhnya, perempuan yang
musyuz
1
adalah yang ragudan seharusnya diperingatkan dan dipukul. Dan jika mereka patuh padamu laki-laki, janganlah ganggu mereka.
Karena Allah adalah yang Maha Kuasa.
Al Qur’an, , Surat An-Nisa’, QS 4, ayat 34
Ketika perempuan mandiri, itu akan membawa kutukan…gong, pemuda desa yang tolol, kaum sudra, perempuan…semua di antara
mereka seharusnyalah dipukul.
Tultidas, dari Kitab Ramayana
Swargo nunut, neroko katut terjemahan literal: ke surga ikut, ke neraka turut
2
Pepatah tradisional Jawa
Dengan demikian penting untuk menempatkan para pemuka agama sebagai target pelatihan dan program-program peningkatan kesadaran yang dilangsungkan
oleh negara maupun ornop, seperti halnya mengidentiikasikan unsur-unsur progresif di antara mereka yang mungkin menjadi mitra potensial selama proses
transisi. Mitra-mitra pemuka agama ini penting dalam upaya melegitimasi dan menjelaskan — dengan bahasa yang dimengerti oleh kebanyakan orang —
kebutuhan akan pekaan gender sekaligus juga konsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari ketidakpekaan gender.
Hambatan sikap juga ditemukan pada berbagai tingkat dalam ideologi nasional, sistem hukum, dan bahkan dalam organisasi-organisasi yang didukung oleh
pemerintah yang merupakan corong pemerintah untuk menyosialisasikan persepsi negara akan peran gender.
175
G e n d e r
Sebagai contoh, organisasi-organisasi seperti Dharma Wanita, Persit Chandra Kirana, dan organisasi-organisasi para isteri lainnya di Indonesia telah
mengabadikan ide bahwa perempuan hanya memainkan peran pendukung karir suami dalam struktur formal. Organisasi-organisasi ini sendiri tidak menyediakan
ruang bagi perempuan dalam struktur formal. Dalam ideologi nasional, perempuan dihadapkan pada sederetan daftar yang
telah diputuskan oleh negara sebagai kualitas keperempuanan. Hal ini dapat ditemukan dalam Panca Dharma Wanita Lima Tugas Mulia Wanita dan 10
Program Pokok PKK Wanita Indonesia adalah: teman dan mitra suami, istri dan manajer
rumah tangga, ibu dan pendidik bagi anak-anak, penghasil pendapatan tambahan dan pekerja sosial warga negara Indonesia — Panca
Dharma Wanita Adapun implikasi dari ideologi kekeluargaan ini tidak hanya mengukuhkan
peminggiran perempuan dari kehidupan publik. Ideologi ini hanya menyediakan model alamiah dari hirarki dan kekuasaan, wujud keluarga patriarkis sebagai
model perilaku sosial dan ketidaksetaraan dalam kepemilikan kekuasaan dan hak-hak.
Dalam konteks dan kepekaan agama di Indonesia, peran perempuan perlu dikaji kembali melalui dialog dan konsultasi yang terbuka. Para pembuat opini harus
dirangkul dalam proses penyesuaian persepsi-persepsi dan perilaku-perilaku publik selama relasi gender merupakan salah satu pertimbangannya.
2.2.3 Peran media Peran media sangat penting dalam meningkatkan kesadaran publik. Reaksi
positif dapat diciptakan melalui program TV dan radio, khususnya telenovela, yang didesain dengan tujuan khusus yaitu menggambarkan sosok “progresif”
perempuan yang bekerja, atau politisi perempuan, atau bahkan sekedar menginformasikan kepada perempuan hak-hak mereka. Cara yang sama, yaitu
dengan menggunakan teater rakyat, dan pada beberapa kasus dengan cerita sejarah secara lisan, ataupun narasi dari cerita bertema erat kaitannya dengan gender,
adalah cara yang sukses ditempuh di beberapa daerah seperti di Timur Tengah dan Amerika Latin dalam mempromosikan sosok positif perempuan.
176
Penilaian Demokratisasi di Indonesia
Media juga memainkan peran dalam meningkatkan partisipasi politik perempuan. Memberitahukan kepada khalayak siapa yang sedang mencalonkan diri
dalam posisi politik dan agenda yang mereka kedepankan, dapat merupakan bentuk hubungan massa yang efektif bagi politisi mana pun, tetapi khususnya
bagi perempuan. Media dapat memberikan pelayanan fundamental untuk mempromosikan kesadaran publik dengan menyediakan waktu tayang yang
cukup untuk memperkenalkan politisi perempuan ke publik dan dengan mendidik publik mengenai manfaat dari partisipasi politik.
Pekerja media sendiri perlu memperoleh pelatihan yang memperhatikan gender karena mereka ini juga sangat rentan terhadap stereotip gender. Dengan demikian,
ada kebutuhan untuk menjangkau dan menyediakan sektor yang penting ini dengan pelatihan, informasi, dan sumber daya lain yang cukup.
2.2.4 Menjembatani dan mengkonsolidasikan kemitraan Apa yang secara hariah disebut sebagai “memunculkan transisi demokrasi”
bukan sekedar diinginkan tetapi juga perlu untuk memilih dan bekerja dengan mitra yang luas. Bagi pemerintah, menciptakan kemitraan dengan ornop
tertentu memungkinkannya untuk mendelegasikan sebagian tanggung jawab dan mempergunakan dengan lebih baik kemungkinan sumber dayanya yang
sedikit sambil tetap berada dalam alur yang sama. Sementara itu, bagi ornop, ada perasaan umum bahwa bekerja sama dengan pemerintah mengukuhkan
legitimasi mereka, memberikan peluang untuk memperluas wilayah jangkau, dan memperoleh dukungan yang cukup untuk meluluskan proyek-proyek mereka.
Ini semua sah dalam konteks di mana masyarakat sipil diperbolehkan berfungsi secara bebas dan tanpa manipulasi dan tekanan pemerintah.
Tetapi kemitraan juga sah karena masing-masing dapat berkonsentrasi pada bidang terbaik yang dapat mereka lakukan dan karena itu dapat memperoleh kegunaan
optimal dari sumber daya yang ada sambil meminimalkan kemungkinan terjadinya duplikasi. Sebagai contoh, isu tentang kekerasan perempuan membuka ruang
bagi kelompok kerja tentang kekerasan terhadap perempuan untuk membangun aliansi dengan organisasi-organisasi lainnya dalam bidang resolusi konlik, dan
ini pada gilirannya akan membantu mendorong kebijakan pemerintah. Aliansi kreatif ini juga akan memperkuat hubungan dalam membangun kebijakan
resolusi konlik. Perwakilan dan kemitraan yang luas juga penting jika perubahan yang akan
terjadi menjadi kontroversial dan mungkin meninggalkan kesan buruk pada pihak-pihak yang tidak terlibat di dalamnya. Ini sebuah hal yang harus dihindari
177
G e n d e r
sebisa mungkin. Karena isu gender adalah bagian dan bungkus dari setiap aspek kehidupan
manusia, penting untuk menanamkan kembali pemahaman bahwa aliansi antarsektor-sektor yang berbeda adalah sama-sama menguntungkan dan
sesungguhnya juga diperlukan.
3. Agenda Reformasi: Rekomendasi untuk Peruba- han