Memperkuat Aturan Hukum dan Peran Lembaga Peradilan

53 Konstitutionalisme dan Aturan Hukum

4. Memperkuat Aturan Hukum dan Peran Lembaga Peradilan

Aturan hukum sebagai syarat perlu bagi stabilitas ekonomi dan politik dan keharusan untuk memperkuat aturan hukum di Indonesia disadari sebagai sesuatu yang padu. Aturan hukum juga penting untuk isu-isu ekonomis seperti penyelesaian perselisihan secara efektif dan kredibel. Diakui bahwa tidak mungkin menjunjung aturan hukum tanpa persyaratan konstitusional yang kuat yang meliputi antara yang lain suatu undang-undang hak asasi dan peradilan yang independen dan adil yang dipercaya rakyat. Suatu peradilan yang kuat dan independen juga mempunyai dampak mendis- iplinkan eksekutif dan membantu dalam menyiapkan dan mempertahankan standar perilaku eksekutif. Agar peradilan semacam ini berfungsi, penting bahwa konstitusi mencegah kemungkinan campur tangan oleh eksekutif dalam perkara peradilan. Untuk memastikan ini, masa jabatan dan syarat-syarat tugas hakim harus dijamin terlepas dari keputusan yang mereka buat. Untuk menjamin tujuan ini, hakim- hakim seharusnya dipilih bisa selama hidup atau menurut perjanjian yang tak bisa diperbarui. Walau penting bahwa peradilan bebas dari campur tangan eksekutif, hakim seharusnya juga diawasi kinerja fungsi-fungsinya. Akuntabilitas semacam ini seharusnya diperkenalkan lewat prosedur penunjukan hakim yang jelas dan transparan, maupun dengan membentuk pranata yang menjadi tujuan pengaduan publik mengenai keputusan hukum yang tak memadai. Agar sistem hukum memiliki kredibilitas dan legitimasi, penting bahwa ia seharusnya tidak dilihat sebagai pelindung institusi perusahaan atau individu yang kaya-raya atau kompromi hakim-hakim yang bukan perwakilan dari masyarakat secara keseluruhan. Karena alasan ini, penting bahwa hakim-hakim seharusnya merupakan perwakilan dari masyarakat. Negara seharusnya juga menjamin tersedianya akses kepada keadilan dan mereka yang ingin menyelesaikan perkaranya di pengadilan tidak frustrasi karena semata tidak adanya sumber keuangan untuk melakukannya. Isu untuk menyelesaikan sengketa konstitusional juga dibahas. Diakui, ada kemungkinan bagi pengadilan umum untuk memiliki yuridiksi konstitusional. Namun, kecenderungannya dalam konstitusi mutakhir adalah mendirikan suatu mahkamah konstitusional yang khusus sebagai mahkamah tertinggi 54 Penilaian Demokratisasi di Indonesia mengenai sengketa konstitusional. Ada keuntungan untuk memiliki mahkamah konstitusional, meski dibutuhkan mekanisme khusus untuk menjamin bahwa mahkamah tersebut memiliki legitimasi dan anggota-anggotanya merupakan perwakilan yang luas. Kelompok kerja juga menyadari kebutuhan akan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk mengurusi pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu dalam suatu kerangka kerja yang memadai. Tujuan dari kerangka kerja semacam itu adalah rekonsiliasi dan menemukan kebenaran berkaitan dengan ketidakadilan di masa lalu. Proses semacam itu mungkin akan menyakitkan tetapi penting jika Indonesia ingin melihat ke depan dan tidak ingin dihantui oleh masa lalu yang tertutup. Rekomendasi: Peraturan konstitusional untuk menjamin kemandirian dan integritas lembaga peradilan, meliputi: a prosedur-prosedur yang jelas dan transparan dalam penun- jukan hakim b peraturan yang jelas yang mengambarkan pokok-pokok situasi perkecualian di mana dan bagaimana hakim-hakim dapat dihentikan c perlindungan terhadap syarat-syarat, kondisi, dan masa jabatan hakim d perlindungan lembaga peradilan dari kontrol dan intervensi lembaga eksekutif e merancang kode etik bagi hakim yang menuntut pengumuman kekayaannya Aturan hukum harus diperkuat dengan membuka peluang bagi tinjauan hukum terhadap tindakan-tindakan legislatif dan eksekutif. Pranata-pranata berikut ini harus dibentuk dan diberdayakan melalui konstitusi dengan tugas-tugas dan tujuan-tujuan disebut jelas: a pengadilan khusus konstitusional untuk menajalankan tinjauan hukum b peradilan hak asasi manusia untuk mendukung Komisi Hak Asasi Manusia c mengubah Komisi Hukum Nasional menjadi Institut Hukum Nasional dan memberdayakannya lewat undang-undang untuk mengambil tanggung jawab perencanaan hukum dan reformasi hukum sambungan 55 Konstitutionalisme dan Aturan Hukum Membentuk pranata-pranata transisi untuk meningkatkan kepercayaan publik kepada komitmen negara untuk menyediakan keadilan bagi warga negaranya, misalnya “Komisi Kebenaran” untuk menangani isu-isu keadilan pada masa transisi.

5. Institusi-institusi untuk Mendukung dan Melind- ungi Prinsip-prinsip Demokrasi