Jumlah subsidi Listrik content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2013

Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA Untuk tahun 2013 subsidi energi dialokasikan sebesar Rp. 272,4 triliun, dengan catatan dilakukannya penyesuaian Tarif Tenaga Listrik TTL sebesar 15 secara bertahap kecuali untuk golongan pelanggan 450 VA dan 900 VA. Besarnya subsidi energi selama 4 tahun terakhir selalu melebihi target, hal ini disebabkan karena: • Pertumbuhan ekonomi dan penjualan kendaraan bermotor melebihi target perkiraan penjualan sd Desember mencapai 1,05 juta unit melebihi perkiraan awal sebesar 940 ribu unit Gaikindo • Pengetatan kuota di beberapa daerah mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan menimbulkan panic buying. • BBM: overkuota BBM bersubsidi, kurs rupiah dan ICP yang melebihi asumsi • Listrik: penjualan listrik, kurs, ICP dan harga bahan bakar utamanya BBM melebihi asumsi APBN-P • Selain itu, terkendalanya beberapa proyek PLTU • Program penghematan energi belum berjalan dengan sempurna Meskipun subsidi energi selalu meningkat setiap tahunnya, namun hal ini dapat diimbangi dengan penerimaan negara sektor energi yang masih lebih tinggi dibandingkan subsidi energi.

1. Jumlah Subsidi BBM Volume Jenis BBM Tertentu tahun 2013 mengalami

kenaikan dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2013 realisasi hanya dari PT Pertamina persero, berikut tabel realisasi jenis BBM tertentu terhadap kuota dari tahun 2006-2013: Dari tabel tersebut terlihat bahwa realisasi jenis BBM tertentu tahun 2013 tidak melebihi kuota jenis BBM tertentu tahun 2013. Realisasi volume BBM bersubsidi 2013 mencapai 46,83 juta KL, ada penghematan sekitar 1.170.000 KL dibanding kuota 48 juta KL. Dalam rangka mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi, telah diterbitkan Permen ESDM No. 122012 tentang Pengendalian BBM bersubsidi, yang mengatur antara lain: • Pelarangan konsumsi BBM bersubsidi bagi kendaraan dinas Pemerintah, BUMN BUMD di Jawa dan Bali • Pelarangan konsumsi BBM bersubsidi bagi kendaraan pertambangan dan perkebunan. • Dalam rangka mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi tahun 2013, telah diterbitkan Permen ESDM No. 12013 tentang Pengendalian BBM bersubsidi, yang mengatur antara lain: • Pelarangan konsumsi BBM bersubsidi jenis premium bagi kendaraan dinas Pemerintah, BUMN BUMD di Jawa dan Bali, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi • Pelarangan konsumsi BBM bersubsidi jenis solar bagi kendaraan dinas Pemerintah, BUMN BUMD di Jawa dan Bali, Kendaraan Pertambangan, gin gi s, n rgi n di k 59 a • • • • • • • • • • • • Gambar 5.62 – Subsidi Energi 2009 - 2013 Gambar 5.63 – realisasi Jenis BBM Tertentu terhadap Kuota 2006 - 2013 Tabel 5.36 Kuota dan Realisasi Jenis BBM Tertentu 2013 Dari tabel tersebut terlihat bahwa realisasi jenis • • • • • • • • • • • Jenis BBM Tertentu KUOTA juta KL Realisasi juta KL Bensin Gasoline RON 88 30,77 29,26 Minyak Tanah 1,20 1,11 Minyak Solar Gasoil 16,03 15,88 TOTAL 48,00 46,25 126 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah perkebunan dan kehutanan serta kapal barang Non Pelra dan non perintis di NKRI. BPH Migas akan menggunakan sistem IT dan Teknologi Penanda untuk pengawasan distribusi BBM dibantu oleh Pemda dan Aparat Penegak Hukum lainnya. Upaya pengendalian BBM bersubsidi serta dilakukan melalui Permen ESDM 01 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM, dengan pengaturan sebagai berikut : a. Transportasi Jalan 1 Pentahapan pembatasan penggunaan Bensin RON 88 untuk Kendaraan Dinas instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD : • Dilaksanakan untuk wilayah Jawa Bali • Dilaksanakan mulai 1 Februari 2013 untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan • Dilaksanakan mulai 1 Juli 2013 untuk wilayah Sulawesi 2 Pentahapan pembatasan penggunaan Solar untuk Kendaraan Dinas instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD : • Dilaksanakan mulai 1 Februari 2013, di Jabodetabek • Dilaksanakan mulai 1 Maret 2013 untuk wilayah Jawa Bali lainnya • Mobil Barang dengan jumlah roda lebih dari 4 empat untuk pengangkutan hasil kegiatan perkebunan dan pertambangan dilarang menggunakan Minyak Solar subsidi • Mobil Barang dengan jumlah roda lebih dari 4 empat untuk pengangkutan hasil kegiatan kehutanan dilarang menggunakan Minyak Solar subsidi terhitung mulai 1 Maret 2013. b. Transportasi Laut Transportasi laut berupa kapal barang non perintis dan non pelayaran rakyat terhitung mulai 1 Februari 2013 dilarang menggunakan Minyak Solar subsidi

2. Jumlah Subsidi LPG Volume LPG bersubsidi merupakan salah satu asumsi

makro yang besarannya ditetapkan melalui Undang- Undang APBN maupun Undang-Undang APBN-P. Sejauh ini, Pemerintah berupaya melakukan konversi minyak tanah ke LPG yang bertujuan untuk: 1. Melakukan diversiikasi pasokan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, khususnya minyak tanah untuk dialihkan ke LPG 2. Mengurangi penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi karena LPG lebih aman dari penyalahgunaan 3. Melakukan eisiensi anggaran pemerintah karena penggunaan LPG lebih eisien dan subsidinya relatif lebih kecil daripada subsidi minyak tanah 4. Menyediakan bahan bakar yang praktis, bersih dan eisien untuk rumah tangga dan usaha mikro Adapun dasar hukum yang digunakan dalam melaksanakan program konversi minyak tanah ke LPG antara lain meliputi: 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2 Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. • Gambar 5.64 – Volume LPG Tabung 3kg 2008 - 2013