Subsidi Listrik Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

128 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tenaga Listrik. Tarif Tenaga Listrik TTL disesuaikan secara bertahap menuju harga keekonomian, pada Tahun 2014 diharapkan mencapai Nilai Keekonomian. Di tahun 2014, untuk pelanggan mampu akan diterapkan Automatic Tarif Adjustment. Subsidi listrik hanya diperuntukkan bagi pelanggan tidak mampu. Margin usaha PT PLN Persero diperlukan untuk investasi sarana penyediaan tenaga listrik. Sedangkan untuk meningkatkan efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan harga biaya pokok penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi dapat dikurangi dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat. Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat berluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang iskal. Kenaikan harga bahan bakar yang melampaui harga normal seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan iscal sustainability. Sedangkan untuk meningkatnya efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan biaya pokok penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi dapat dikurangi dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat. Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat berluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang iskal. Kenaikan harga bahan bakar yang melampaui harga normal seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan iscal sustainability. Pada tahun 2013 ini Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan sampai dengan bulan Juni 2013 belum dapat mencapai sasaran stratejik yang telah ditetapkan ini, karena realisasi subsidi listrik lebih besar PERTIMBANGAN EKONOMI 2010 2014 Tahun RpkWh Biaya Pokok Penyediaan 411 PERTIMBANGAN POLSOSKAM TDL KEEKONOMIAN Bantuan Dana Investasi Pemerintah 2013 2012 2011 1.038 Subsidi Subsidi 662 Gambar 5.65 – Roadmap Subsidi Listrik 2010 - 2014 Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA dari target yang ditetapkan. Tahun 2013 sesuai dengan APBN-P besaran subsidi listrik direncanakan sebesar Rp 87,24 triliun. Pada tahun 2013 dilaksanakan penyesuaian tarif tenaga listrik secara bertahap sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2012 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT PLN Persero. Pada akhir tahun 2013 terdapat 4 empat golongan tarif yang diterapkan tarif non subsidi yaitu golongan pelanggan Rumah Tangga Besar R-3 daya 6.600 VA ke atas, golongan pelanggan Bisnis Menengah B-2 daya 6.600 VA s.d 200 kVA, golongan pelanggan Bisnis Besar B-3 daya di atas 200 kVA, dan golongan pelanggan Kantor Pemerintah Sedang P-1 daya 6.600 VA s.d 200 kVA. Untuk keempat golongan pelanggan tarif non subsidi tersebut pada tahun 2014 direncanakan akan diterapkan tarif adjustment yang dilakukan dengan mengacu pada perubahan indicator ekonomi makro yaitu Kurs, ICP dan inlasi. Realisasi subsidi tahun 2013 adalah sebesar Rp. 89,59 Triliun dan ini melebihi dari target subsidi yaitu sebesar Rp 2,53 triliun, karena beberapa hal, antara lain: 1. Naiknya ICP rata-rata dari semula 108 USDbarrel menjadi 105,82 USDBarrel; 2. Mundurnya COD beberapa PLTU Batubara program 10.000 MW Tahap I, repowering PLTU Batubara reguler, dan menurunnya capacity factor, sehingga target semula pasokan batubara sebesar 37 juta ton diperkirakan terealisasi 29 juta ton. Subsidi listrik diberikan kepada pelanggan dengan golongan tarif yang TTL Tarif Tenaga Listrik rata- ratanya lebih rendah dari BPP Biaya Pokok Penyediaan tenaga listrik. Perhitungan subsidi saat ini berdasarkan biaya pokok penyediaannya, sementara pengendalian biaya didasarkan dibagi ke dalam allowable dan non- allowable. Komponen BPP Allowable cost 1. pembelian tenaga listrik termasuk sewa pembangkit 2. biaya bahan bakar 3. biaya pemeliharaan, meliputi material dan jasa borongan 4. biaya kepegawaian 5. biaya administrasi 6. penyusutan atas aktiva tetap operasional 7. beban bunga dan keuangan yang digunakan untuk penyediaan tenaga listrik Tidak Termasuk Komponen BPP Non Allowable cost 1. Biaya-biaya penyediaan tenaga listrik untuk daerah-daerah yang tidak mengenakan Tarif Dasar Listrik TDL 2. Beban usaha pada unit penunjang yaitu jasa penelitian dan pengembangan, jasa sertiikasi, jasa engineering, jasa dan produksi, jasa manajemen konstruksi serta jasa pendidikan dan latihan 3. Biaya tidak langsung seperti pemeliharaan wisma dan rumah dinas, pakaian dinas, asuransi pegawai, perawatan kesehatan pegawai, penyisihan piutang ragu-ragu, penyisihan material dan lain-lain. 130 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Sekitar 60 produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar 40 untuk ekspor. Terkait Neraca Minyak Mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu bph 61 masih lebih besar dari impor sebesar 254 ribu bph 39, atau ekspor lebih besar dari impor net exporter. Namun, jika impor BBM sebesar 418 ribu barelhari juga diperhitungkan, maka balance minyak berubah menjadi ekspor 399 ribu bph 37 dan impor 672 bph 77, sehingga impor lebih besar daripada ekspor net importer. Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 ini masih positif, yaitu 5,5. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih tinggi, investasi yang relatif konstan dan pendapatan bersih ekspor ekspor dikurangi impor yang masih positif. Sektor ESDM selalu mencatatkan surplus sejak tahun 2005 sampai dengan 2009. Nilai impor per tahun adalah antara 54 s.d. 64 persen dari nilai ekspornya, sehingga neraca perdagangannya selalu positif. Pada tahun 2008, surplus dicapai pada angka yaitu sebesar US 17,9 miliar, dimana ekspornya mencapai US 50,1 miliar dan impornya US 32,2 miliar. Demikian juga untuk tahun 2009 ini, dimana dampak resesi global masih kuat, meskipun nilai ekspor sektor ESDM menurun, namun nilai impornya juga menurun, sehingga surplus masih dapat dipertahankan. Guna mewujudkan Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor, maka dalam tahun 2012 ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut: Tujuan VI : Terwujudnya Peran penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2013 Realisasi 2012 Capaian 1. Jumlah ekspor minyak mentah Juta Barel 135 117,38 115,34 86,95

2. Jumlah ekspor gas

MSCFD 4.001 3.544 3.775 88,58

3. Jumlah impor BBM

Juta KL 38,17 32,61 33,94 85,43

4. Jumlah impor minyak mentah

Juta Barel 90,04 118,33 95,97 131,42 Tabel 5.37 Indikator Kinerja Sasaran 10 Gambar 5.66 Ekspor Minyak Mentah 2011 - 2013 Gambar 5.67 Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2013 p H d b Me d ju ke m u i i r at Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA Sasaran 10. Optimalnya Ekspor dan Impor Sektor ESDM Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 4 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2013. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:

1. Jumlah ekspor minyak mentah Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan domestik, namun sebagian diekspor karena spesiikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan kilang dalam negeri. Kilang minyak Indonesia dibangun pada saat produksi minyak Indonesia masih sekitar 1,5 juta BOPD atau di atas kapasitas kilang 1,057 juta BOPD dan masih dapat memenuhi konsumsi dalam negeri. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa produksi minyak semakin menurun dan dibawah kapasitas kilang dalam negeri. Sementara konsumsi meningkat namun peningkatan kapasitas kilang sangat terbatas. Realisasi ekspor minyak mentah pada tahun 2013 ini mencapai 117 juta barel meningkat sedikit dengan realisasi tahun 2012, atau lebih rendah dari jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar 135 juta barel atau tercapai 86,95.

2. Jumlah ekspor gas bumi Realisasi ekspor gas bumi selama 3 tahun terakhir