Untuk Kesejahteraan Rakyat
B AB 5 |
AKUNT ABILIT
AS KINERJA
kenaikan dibandingkan volume LPG Tabung 3 Kg tahun 2012, berikut tabel realisasi LPG
Tabung 3 Kg terhadap kuota tahun 2013: Dalam Alasan penambahan volume lpg 3 Kg :
• Peningkatan pertambahan penduduk
• Peningkatan kesadaran masyarakat dalam
menggunakan LPG 3 kg •
Perubahan budaya masyarakat dalam rangka penggunaan energi bersih dan
ramah lingkungan. •
Tambahan paket konversi tahun 2013 dengan jumlah paket sebesar ± 1,3 juta
paket Konversi Minyak Tanah ke LPG Tabung 3
Kg tahun 2013 direncanakan dilakukan di 10 sepuluh propinsi yaitu Aceh, Sumatera
Barat, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah sebanyak
1.732.814 paket perdana dengan realisasi distribusi sebanyak 1.301.073 paket yang
telah dibayar sebanyak 1.300.000 paket.
c. Listrik
Realisasi subsidi tahun 2013 adalah sebesar Rp. 89,59 Triliun dari target sebesar Rp. 87,24
Triliun dan ini melebihi dari target sebesar Rp 2,53 triliun, karena beberapa hal yaitu:
• Naiknya ICP dari semula 108 USDbarrel
menjadi 105,82 USDBarrel; •
Mundurnya COD beberapa PLTU Batubara program 10.000 MW Tahap I,
repowering PLTU Batubara reguler, dan menurunnya capacity factor, sehingga
target semula pasokan batubara sebesar 37 juta ton diperkirakan terealisasi 29
juta ton.
6. Persentase pemanfaatan produk sektor ESDM : a.
Persentase pemanfaatan hasil produksi minyak bumi domestik yang diolah
menjadi LPG, BBM dan hasil olahannya.
Tabel 5.6
Kuota dan Realisasi LPG Tabung 3kg 2013
Gambar 5.8 -- Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2013 Jenis
KUOTA juta MT
Realisasi juta MT
LPG Tabung 3 kg
4,39 4,40
• •
• •
m u
j al
d
h g
k in
y ri
n n
n g
ar un
a V
at g
sil
60
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Terkait jaminan pasokan bahan baku minyak mentah untuk kilang BBM dalam negeri,
kendala utama dalam pencapaian indikator prosentase jaminan pasokan bahan baku
adalah bahwa secara alamiah pasokan crude dari lapangan minyak domestik terus
menurun dan penemuan cadangan baru seperti dari lapangan Banyu Urip yang
dipasok ke kilang dalam negeri belum optimal berproduksi tahun 2013 ini.
Jumlah minyak mentah domestik tidak termasuk kondensat yang masuk kilang
minyak pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 205 juta barel, dengan jumlah total
minyak mentah tidak termasuk kondensat dan bahan baku lainnya yang diolah di
kilang di sebesar 301 juta barel. Minyak mentah domestik yang digunakan antara lain
dari jenis minyak SLC Minas, Duri Widuri, dan Banyu Urip.
Sedangkan minyak mentah impor yang masuk kilang antara lain Bonny Light crude,
Azeri crude dan Escravos Light. Kilang yang dapat mengolah crude impor di
Indonesia kilang RU IV Cilacap dan kilang RU V Balikpapan, sedangkan kilang-kilang
minyak lainnya memang dari sejak awal didesain untuk hanya dapat mengoah crude
domestik. Kilang RU IV Cilacap sudah sejak awal memang didesain untuk mengolah
heavy crude yang berasal dari Timur Tengah, sedangkan kilang RU V Balikpapan semula
menggunakan crude domestik yang berasal dari sekitar Kalimantan Timur, namun
semenjak produksinya menipis, kilang RU V Balikpapan mulai dapat mengolah crude
yang ebrasal dari impor hasil blending di Terminal Lawe-lawe sehingga didapatkan
hasil blending crude yang mendekati desain awal kilang.
Tercatat peningkatan penggunaan crude impor di RU V Balikpapan yang saat ini
mencapai 45 dari kapasitas kilang 260 mbcd cukup mempengaruhi presentase
penggunaan crude domestic dan crude impor yang diolah di kilang minyak dalam
negeri. Untuk tahun ini, persentase pasokan bahan baku minyak mentah domestic yang
diolah di kilang BBM dalam negeri adalah sebesar 68 crude domestik vs crude impor
= 68 : 32. Terkait jaminan pasokan BBM dari kilang dalam negeri, dengan semakin
tingginya tingkat konsumsi BBM sementara pasokan BBM dari kilang cenderung tetap
dikarenakan tidak adanya pembangunan fasiltas kilang BBM di Indonesia semenjak
tahun 1994, maka persentase pasokan BBM dari kilang domestik hanya sebesar 51.33
dari total konsumsi BBM nasional.
b. Prosentase pemanfaatan produksi gas untuk kebutuhan domestik
Dalam penyaluran gas bumi dari produsen gas sampai kepada konsumen dalam negeri
perlu dilakukan suatu monitoring pasokan gas bumi.
Monitoring dilakukan baik melalui pipa maupun LNG melalui FSRU, yang meliputi
konsumen untuk peningkatan produksi minyak dan gas bumi, pabrik pupuk,
pembangkit listrik, industri lain, rumah tangga dan transportasi. Monitoring pasokan
gas bumi dilakukan sebagai upaya dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan
gas bumi dalam negeri, sehingga dapat dicarikan solusi pemecahan permasalahan
apabila terjadi hambatan dalam perjalanan pengaliran gas dari produsen kepada
konsumen. Prosentase pemanfaatan gas bumi untuk
kebutuhan dalam negeri sebesar 47,5 dari target sebesar 60 dikarenakan adanya
beberapa penambahan ekspor LNG ke pembeli Jepang disebabkan keterbatasan
infrastruktur domestik dalam negeri sehingga belum dapat menyerap gas bumi tersebut.
c. Prosentase hasil pemanfaatan batubara
untuk kebutuhan domestik. Dalam rangka mencukupi kebutuhan
batubara di dalam negeri, maka pemerintah menerapkan kebijakan Domestic Market
Obligation DMO. Diterapkannya DMO