Corporate Social Responsibility content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2013

Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA oleh pemerintah • Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan akan relatif teratasi. • Termanfaatkannya potensi dan sumber daya lokal • Bekerjasama dengan mengembangkan hubungan mutual beneit dengan pihak lain • Adanya penguatan kapasitas individu maupun orgamisasi • Proses lesson learned dalam setiap tahapan program • Kehidupan ekonomi menjadi lebih baik menuju kemandirian Dalam ketentuan UUD 1945 dan Undang-Undang No 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi terlihat bahwa pengelolaan sektor migas harus lah berorientasi pada kemakmuran rakyat. Keberadaan korporasi sudah selayaknya memberikan manfaat terutama bagi masyarakat sekitar dimana korporasi tersebut menjalankan aktivitas usahanya. Manfaat ini sebagai sesuatu yang wajar atas berbagai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnisnya baik ekonomi, social maupun lingkungan. Efektiitas program community development Namun demikian, secara umum dirasakan program community development belum efektif, karena masih terdapat berbagai isu seperti kemiskinan, pengangguran dan seterusnya yang masih menjadi masalah masyarakat sekitar operasi migas terutama hulu migas. Artinya, program ini belum optimal memberikan perubahan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di sekitar lokasi pertambangan. Berdasarkan hasil audit sosial Pelaksanaan pengelolaan Corporate Social Responsibility CSR atau Community Development CD di Joint Operation Body Pertamina-Petrochina East Java JOB PPEJ, yang beroperasi di Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban yang dilakukan oleh Forum Indonesia Untuk Trasparansi Anggaran Fitra Jawa Timur. Menyatakan bahwa banyaknya industri berskala internasional di Tuban tidak membuat ekonomi masyarakat Tuban semakin membaik. Malah sebaliknya, semakin meningkatnya jumlah kemiskinan dan banyaknya rumah tidak layak huni di wilayah operasi kontraktor KKS Migas. Misalnya di Kecamatan Soko yang notabene menjadi wilayah penyaluran Corporate Social Responsibility CSR beberapa perusahaan. Namun, ironisnya Soko memiliki rumah tangga miskin RTM terbesar dibanding dengan kecamatan lainnya, dan dari tahun ketahun jumlah RTM juga semakin meningkat. RTM di Soko pada tahun 2008 ada 6.464 dan tahun 2011 menjadi 13.209 jumlah ini dari 26. 026 KK atau naik sekitar 104 persen. Hal lain, di lapangan banyak ditemukan program CSR perusahaan yang tidak tepat sasaran. Selain Gambar 5.53 –Proses Penyetoran PNBP Sub Sektor Pertambangan Umum 116 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah itu, dana CSR ini juga minim dengan pengawasan. Sehingga, banyak oknum-oknum yang memanfaatkan dana ini. Program CSR perusahaan juga belum melibatkan masyarakat setempat. Terutama kelompok miskin dan perempuan, perencanaan hingga evaluasi program CSRCD. Akibat dari permasalahan tersebut tidak berdampak signiikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Sektor ekonomi masih belum menjadi prioritas, potensi penduduk sekitar juga belum diperhatikan. Masyarakat tidak pernah tahu jumlah dana CSR maupun Dana Bagi Hasil DBH dari perusahaan migas tersebut, apalagi penggunaannya. Masyarakat setempat juga tak mendapatkan jaminan informasi dampak lingkungan dan simulasi keadaan darurat contingency plan seperti perubahan rona lingkungan, kecelakaan Migas Gas kick, tumpahan minyak, kebakaran pipa ataupun mud low seperti kasus Lapindo. Pada sisi lain, pengambilan keputusan terkait CSR lebih banyak didominasi elit desa. Sehingga menimbulkan bibit- bibit konlik antar masyarakat. Pada tahun 2013 realisasi dana Comdev dan CSR sektor ESDM yang digunakan untuk pengembangan Masyarakat dan untuk mendukung kegiatan- kegiatan di masyarakat sebesar 1,688 triliun dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp 2,12 triliun atau 79,77. realisasinya mencapai Rp 2.26 Triliun. Dana Comdev dan CSR ini berasal dari perusahaan pertambangan umum, perusahaan migas dan perusahaan listrik. Secara rinci, table dan graik di bawah ini memperlihatkan peningkatan dana Comdev dan CSR pada tahun 2009 sampai dengan 2013. Corporate Social Responsibility Comdev Sub Sektor Mineral dan batubara Subsektor mineral dan batubara merupakan subsektor yang sangat strategis dalam pembangunan daerah. Hal ini tidak terlepas dari peran subsektor mineral dan batubara untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Namun, yang perlu diingat adalah seberapapun besarnya kontribusi yang diberikan dari sub sektor mineral dan batubara jika tidak memberikan hasil dan manfaat yang nyata, terutama bagi komunitas lokal masyarakat di sekitar wilayah operasi pertambangan maka usaha yang dilakukan tidak akan mencapai titik maksimal. Berkenaan dengan itu, maka diperlukan Program Pengembangan Masyarakat Community Developmentcomdev. Kewajiban tanggung jawab sosial telah diatur dalam pasal 74 ayat 1 dan 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sejalan dengan Gambar 5.54 – Graik Penggunaan Dana Comdev Sektor ESDM 2009 - 2013 Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA hal tersebut, maka sesuai dengan pasal 108 dan 109 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang Izin Usaha Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK wajib menyusun program comdev. Program comdev dilakukan dalam rangka mempersiapkan life after mining kehidupan pasca tambang bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya serta sebagai investasi yang memiliki nilai keuntungan jangka panjang, yaitu dengan diperolehnya social license to operate. Realisasi comdev dikatakan berhasil apabila mampu menciptakan kemandirian masyarakat, bukan ketergantungan, sehingga tujuan dan cita- cita konsep pembangunan berkelanjutan benar- benar dapat dicapai dan dapat memberikan kontribusi optimal terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan dan daerah khususnya. Pembangunan sub sektor mineral dan batubara akan terus berkelanjutan bila dalam implementasinya memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat, tentunya dengan didukung oleh program dan alokasi dana yang tepat sasaran. Adapun yang menjadi hambatan dan permasalahan tidak terealisasinya target kinerja jumlah anggaran Community Development sub sektor mineral dan batubara disebabkan oleh tidak stabilnya harga pasar internasional akibat over supply bagi beberapa komoditas mineral dan batubara berdampak pada sebagian perusahaan menghentikan kegiatan operasi produksi dan ini tentunya mengurangi alokasi peruntukan dana community Development. Perusahaan PKP2B yang melaksanakan Community Development sebanyak 68 perusahaan, antara lain: PT. Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Adaro Indonesia, PT. Arutmin dan PT. Gunung Bayan Pratama Coal. Sedangkan perusahaan KK yang melaksanakan Community Development sebanyak 17 perusahaan, antara lain: PT. Freeport Indonesia, PT. Newmont Nusa Tenggara, PT. Nusa Hamahera Minerals, PT. Vale Indonesia dan PT. Natarang Mining. Pertumbuhan anggaran Community Development untuk IUP BUMN dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 55tahun. Pertumbuhan anggaran comdev untuk PKP2B dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 18,3 dan pertumbuhan anggaran comdev untuk KK dalam kurun waktu lima tahun terakhir rata-rata mengalami penurunan sebesar -6,8. Namun demikian, ditengah lesunya perekonomian dunia akibat tekanan resesi di beberapa negara tujuan ekspor komoditas mineral dan batubara, anggaran comdev untuk keseluruhan KKPKP2B dan IUP BUMN mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 1,8tahun. Realisasi anggaran comdev dilaksanakan oleh perusahaan melalui program-program sebagai berikut : a. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Perusahaan untuk keperluan; • Pelatihan pemudamasyarakat dalam keahlian khusus yang dimiliki oleh perusahaan, seperti; mengelas, bubut, bengkel; • Pelatihan keterampilan kreatif dengan memanfaatkan bahan limbah industri, dan penyaluran penjualannya bekerjasama dengan dinas terkait. b. Pemberdayaan masyarakat berupa Peningkatan Ekonomi Penduduk sekitar; Tabel 5.32 – Realisasi Dana Comdev Minerba 2009 - 2013 • • • • • No Perusahaan Realisasi Rp Juta 2009 2010 2011 2012 2013 1 IUP BUMN 86.560 248.189 275.000 300.000 350.000 2 PKP2B 191.600 265.784 280.907 293.406 365.409 3 KK 1.223.895 1.116.336 1.121.422 1.277.251 860.934 Total 1.502.055 1.630.309 1.677.329. 1.870.657 1.576.343 118 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah • Membentuk kelompok untuk membantu “meningkatkan kualitas, kuantitas dan packaging, serta jaringan menjual” • Memanfaatkan hasil produksi dimanfaatkan sebagai gift perusahaan • Melatih tenaga kerja local yang mempersiapkan rehabilitasi lahan pertambangan c. Pelayanan Masyarakat, berupa Bantuan Bencana Alam dan DonasiCharityFilantropi; d. Peningkatan Pendidikan Penduduk Sekitar • Pemberian beasiswa bagi murid sekolah berprestasi • Pemberian bantuan sarana dan prasarana pendidikan e. Pengembangan Infrastruktur, berupa Sarana, seperti Sarana Ibadah, Sarana Umum, Sarana Kesehatan, dll. Corporate Social Responsibility CSR Subsektor Minyak dan Gas Bumi Kegiatan monitoring pelaksanaan Community Development ini bertujuan untuk memetakan pelaksanaan pengembangan masyarakat setempat oleh perusahaan-perusahaan migas di sekitar wilayah operasinya. Memantau tumbuh kembangnya wilayah ekonomi masyarakat serta meminimalkan dampak sosial yang terjadi akibat beroperasinya perusahaan Migas melalui penyempurnaan program berdasarkan monitoring yang dilakukan. Manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu mendukung peran sektor ESDM dalam menciptakan pembangunan nasional yaitu sumber pendapatan negara, pendorong pertumbuhan, sumber energi dan bahan baku industri domestik dan menciptakan efek multiplier. Disamping hal tersebut diatas, untuk memonitor langsung pemanfaatan dana CSR, Ditjen Migas juga melakukan kunjungan lapangan KKKS sesuai skala prioritas, untuk memperoleh data lapangan dari masyarakat setempat. Strategi yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah: – Koordinasi dengan para pihak pemangku kepentingan – Monitoring pelaksanaan program pengembangan masyarakat – Konsinyering Monitoring CD – Evaluasi pelaksanaan CD Realisasi CSR subsektor Migas pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 41,6 Milyar data triwulan III Tahun 2013, angka ini masih dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 361,3 Miliar atau hanya mencapai 11,51,. Dan apabila dibandingkan dengan jumlah yang dianggarkan tahun 2013 sebesar miliar maka hanya terealisasi 8,74. Perkembangan realisasi Comdev sejak tahun 2005 – 2013 seperti terlihat pada graik dibawah ini. Realisasi Program CSR Industri Hulu Migas 2007- 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Anggaran 133,1 231,9 216,5 261,3 298,4 348 256,5 392,7 476 Realisasi 86,2 186,7 169,7 97,5 231,1 311 178,5 305,2 41,6 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 R p M ilia r Gambar 5.56 – Anggaran dan Realisasi Program CSR Migas 2005 - 2013 Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA 2013 mengalami luktuasi. Beberapa alasan realisasi program CSR Industri Hulu Migas mengalami penurunan selama tahun 2007-2013 antara lain disebabkan karena: – selain ganguan teknis sebagian besar masyarakat menganggap program CSR sebagai Community Charity daripada Community Development. Masyarakat hanya menginginkan keuntungan jangka pendek. – Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kegiatan industri hulu migas, sehingga terkesan industri hulu migas tidak memberikan dampak langsung terhadap perbaikan kehidupan masyarakat di sekitar wilayah operasi. – LSM, Media Organisasi Sosial lainnya cenderung menilai setiap program CSR yang telah dilaksanakan oleh KKKS dari sudut pandang negatif. Upaya kemandirian masyarakat yang berkelanjutan sustainable development sulit terwujud. – Pada tahun 2008 terjadi penurun realisasi anggaran community development hal ini disebabkan oleh keluarnya peraturan menteri ESDM No 222008 tentang jenis- jenis biaya kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang tidak dapat dikembalikan kepada kontrak kerjasama. Sedangkan pada tahun 2011, realisasi CSR juga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya PP 752010 tentang biaya operasi yang dapat dikembalikan dan perlakuan pajak penghasilan di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi Dana CSR sebesar Rp 41,6 Milyar ini dimanfaatkan untuk: a. Perusahaan Migas – Memberikan nilai tambah bagi perusahan migas di mata masyarakat yaitu memberikan citra yang lebih baik bagi perusahaan di dalam dan diluar negeri – terciptanya keamanan kegiatan operasi migas jika dilaksanakan dengan baik karena adanya kepuasan masyarakat disekitar kegiatan operasi migas sehingga perusahaan dapat meningkatkan produksi minyak dan gas bumi dan meningakatkan laba perusahaan serta meningkatkan kebanggaan karyawan sehingga diharapakan dapat meningkatkan produktivitas karyawan b. Masyarakat lokal – meningkatnya taraf hidup masyarakat sekitar kegiatan migas. – meningkatnya partisipasi dan kemandirian masyarakat c. Pemerintah – mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pola kemitraan sehingga dapat membantu kelancaran KKS – mendukung peran sektor ESDM dalam menciptakan pembangunan nasional yang berkelanjutan yaitu merupakan sumber pendapatan negara, pendorong pertumbuhan, sumber energi dan bahan baku industri domestik dan menciptakan efek multiplier Gambar 5.57 –Jumlah Pengawasan Pelaksanaan Comdev Ketenagalistrikan 120 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Corporate Social Responsibility CSR Sub Sektor Kelistrikan Dasar hukum yang melandasi kegiatan Community Development dalam bidang ketenagalistrikan memang belum ada dan masih bersifat partisipatif, akan tetapi sudah terdapat regulasi yang melandasi kegiatan yang hampir sama dengan Community Development namun dengan istilah yang berbeda CSR Corporate Social Responsibility. Berikut ini adalah regulasi yang melandasi CSR : • Pemerintah Indonesia melalui Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan implementasi CSR Corporate Social Responsibility. • Meneg BUMN melalui Permen Nomor PER- 05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Ditjen Ketenagalistrikan melaksanakan kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Community Development di subsektor ketenagalistrikan dengan sasaran untuk meningkatkan partisipasi pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat melalui program-program yang tepat sasaran dan berkesinambungan. Dari tahun ke tahun jumlah dari unit usaha yang mendapatkan pembinaan dan pengawasan tersebut terus meningkat dan akan terus ditingkatkan. Berikut adalah bagan yang menunjukkan rencana peningkatan dari jumlah unit usaha tersebut dari tahun 2010-2014. Sebagai indikator tingkat keberhasilan dari pengawasan pelaksanaan Community Development adalah meningkatnya partisipasi pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat, baik melalui peningkatan jumlah alokasi anggaran maupun program-programnya. Adapun beberapa kegiatan community development yang dilaksanakan sebagai berikut: 1. Community Development oleh PT. PLN Persero • Kegiatan Bimbingan belajar untuk pemudapemudi Papua yang dipersiapkan agar dapat masuk dalam seleksi UMPTN Universitas Negeri, • Pasar murah BUMN kerjasama dengan Pegadaian, • Bantuan kepada Laziz untuk Beasiswa Santri PETIK Pesantren Teknologi Informatika , • Bantuan Perlengkapan Audio Visual dan perlengkapan Cinema Universitas Indonesia, • Bantuan Laboratorium Universitas Sumatera Utara • Bantuan 150 Sumur Gali di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora, Jawa Tengah, • Bantuan Sahabat PLN Goes to School dalam pembuatan Sepeda listrik dan Video publikasi program Provinsi DKI • • ut, en • di ar, • di en • • No Pelaksana CSR Rp 1 PT. PLN Persero 37,759,700,000 2 PT. Indonesia Power 17,759,000,000 3 PT. PJB 11,700,000,000 4 Lain-lain 9,366,785,500 Total Realisasi 76,585,485,500 Tabel 5.33 – Jumlah Comdev 2013 Tabel 5.34 – Realisasi Desa Mandiri Energi 2009 - 2013 • • • • • No Indikator Realisasi DME Total Akumulasis.d Tahun 2013 2009 2010 2011 2012 2013 1 DME berbasis Non BBN 62 34 19 8 22 260 2 DME berbasis BBN 28 16 32 44 33 228 Total DME 90 50 51 52 55 488 Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA Jakarta, • Bantuan Upgrading Kompetensi 1000 guru-guru SMK Negeri di seluruh Indonesia. 2. Community Development oleh PT. Indonesia Power • Pengembangan Desa Siaga di Garut, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Barat Barat • Asuhan Dini Tumbuh Kembang Anak di Bandung, Garut, Pasuruan, Denpasar, Buleleng dan Jembrana • Klinik Bhakti Indonesia Power di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut • Pengolahan Limbah Abu Batubara di Suralaya • Perbaikan Daerah Aliran Sungai di Sub DAS Cikapundung 600Ha, Pangalengan 70Ha dan Sub DAS Serayu • Perbaikan Kawasan Terumbu Karang di pesisir utara Bali • Perbaikan Kawasan Mangrove di pesisir utara Bali, Merak, Tanjung Priok, Semarang dan Surabaya • Kelompok Usaha Bersama Berprestasi di Suralaya • Persatuan Organisasi Rakyat Tatar Alam Bandung di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat • Lembaga Pengelola Pesisir di Buleleng • Sekolah Lapangan Pengelolaan DAS di Jawa Barat dan Jawa Tengah 3. Community Development oleh PT. Pembangkit Jawa Bali • Program peningkatan kesehatan • Bantuan korban bencana alam • Program Pengembangan prasarana dan umum • Bantuan sarana dan prasarana ibadah • Program pendidikan dan pelatihan • Program pengembangan kelompok swadaya masyarakat Gambar 5.58 – Desa Mandiri Energi Gambar 5.59 – Jumlah Masyarakat yang Dapat Menikmati Air Bersih N r, E gi n is ar, ME gi • • • • • 122 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah • Program peningkatan kapasitas usaha masyarakat berbasis potensi sumber daya setempat

3. Jumlah jaringan distribusi listrik kms dan gardu distribusi listrik MVA.

Pembangunan daerah juga dilakukan melalui program listrik perdesaan lisdes, yaitu melalui pembangunan Gardu Distribusi dan Jaringan Distribusi. Pada tahun 2013, realisasi pembangunan jaringan distribusi dapat melampaui dari target yang ditetapkan yaitu 12.703,5 kms atau 137. Namun Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan realisasi di tahun 2012, yaitu yang mencapai 11.311 kms. Demikian pula dengan pembangunan gardu distribusi, di tahun 2013 realisasi juga melebihi target, yaitu sebesar 258 MVA atau 119. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 juga mengalami dibanding dengan realisasi tahun 2012 sebesar 249 MVA. Pada tahun 2013, total panjang jaringan distribusi tenaga listrik yang telah dibangun oleh Pemerintah dengan alokasi pendanaan dari APBN melalui Program Listrik Perdesaan adalah sepanjang 12.636,89 kms yang terdiri atas Jaringan Tegangan Menengah JTM sepanjang 6.122,90 kms dan Jaringan Tegangan Rendah JTR sepanjang 6.513,99 kms serta penambahan kapasitas Gardu Distribusi sebesar 257,65 MVA dengan jumlah gardu sebanyak 4.177 unit. a. Beberapa proyek yang diresmikan pada tahun 2013 ini diantaranya : Peresmian tanggal 7 Maret 2013 diantaranya: 1. PLTU 2 Sulut Amurang 2X 25 MW 2. PLTU Sultra Kendari Unit 2, 1X10 MW 3. PLTP Lahendong Unit 4 1X20 MW 4. PLTMH Tomini 2 2X1 MW 5. PLTS Miangas 150 kWp 6. PLTS Bunaken 335 kWp 7. PLTS Marampit 125 kWp Peresmian tanggal 16 Oktober 2013 Gambar 5.60– Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah Gambar 5.61 – Contoh Lokasi Sumur Bersih Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA diantaranya : 1. PLTU 1 Jatim Pacitan 2X315 MW 2. PLTU 3 Banten Lontar Unit 2 dan 3 2X315 MW 3. PLTU 2 jawa Timur Paiton Unit 9 1X660 MW 4. PLTU 1 Jaewa Tengah Rembang 2X315 MW Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN Persero saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak lain seperti swasta, koperasi, dan BUMD. Usaha penyediaan tenaga listrik yang telah dilakukan oleh swasta, koperasi atau BUMD tersebut diantaranya adalah membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkit tenaga listrik yang tenaga listriknya di jual kepada PT PLN Persero atau lebih dikenal dengan pembangkit swasta atau Independent Power Producer IPP atau membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik secara terintegrasi yang tenaga listriknya dijual langsung kepada konsumen di suatu wilayah usaha khusus yang dikenal dengan istilah pembangkit terintegrasi atau Private Power Utility PPU.

4. Desa Mandiri Energi

Desa Mandiri Energi adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60 kebutuhan listrik dan bahan bakar dari sumber energi terbarukan, yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumber daya setempat. DME dikembangkan dengan konsep pemanfaatan energi setempat, khususnya energi terbarukan, untuk pemenuhan kebutuhan energi dan kegiatan yang bersifat produktif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan kesejahteraan masyakat pada umumnya melalui penyediaan energi terbarukan yang terjangkau dan berkelanjutan. Konsep pengembangan DME diformulasikan menjadi dua kelompok DME yaitu DME berbasis BBN dan DME berbasis Bahan Bakar Nabati BBN dan non-BBN. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Target Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN dan Non BBN pada tahun ini 2013 sebanyak 50 DME, realisasi sebanyak 55 DME atau capaian 110. Realisasi tersebut diperoleh dari 33 berbasis BBN dan 22 berbasis Non BBN. Pembangunan DME berbasis BBN dari 33 lokasi terdiri dari: • 28 lokasi pembangunan biogas di Jawa Timur; • 3 lokasi Implementasi Iconic Island - PLT Gasiikasi Biomassa; • 1 lokasi pilot project pemanfaatan limbah cair sawit untuk pembangkit listrik pedesaan . • Pembangunan DME berbasis Non BBN sebanyak 22 lokasi terdiri dari: • 9 lokasi pembangunan PLTMH dan • 13 lokasi PLTS skala besar.

5. Jumlah sumur bor daerah sulit air.

Program pembangunan daerah lainnya, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah program penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah dalam di daerah sulit air. Program tersebut dilakukan sejak tahun 1995 melalui pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini. Pada tahun 2013 Kementerian ESDM menargetkan sebanyak 200 titiklokasi titik bor yang dapat direalisasikan 190 titik, yang terdiri dari 185 titik pemboran air produksi dan 5 titik pemboran sumur pantau, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah sulit air, dengan hasil jumlah debit airtahun sebanyak 1.224.720 literjam, dan jumlah peruntukan 489.930 jiwa .