Jumlah jaringan distribusi listrik kms dan gardu distribusi listrik MVA.

Untuk Kesejahteraan Rakyat B AB 5 | AKUNT ABILIT AS KINERJA diantaranya : 1. PLTU 1 Jatim Pacitan 2X315 MW 2. PLTU 3 Banten Lontar Unit 2 dan 3 2X315 MW 3. PLTU 2 jawa Timur Paiton Unit 9 1X660 MW 4. PLTU 1 Jaewa Tengah Rembang 2X315 MW Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN Persero saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak lain seperti swasta, koperasi, dan BUMD. Usaha penyediaan tenaga listrik yang telah dilakukan oleh swasta, koperasi atau BUMD tersebut diantaranya adalah membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkit tenaga listrik yang tenaga listriknya di jual kepada PT PLN Persero atau lebih dikenal dengan pembangkit swasta atau Independent Power Producer IPP atau membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik secara terintegrasi yang tenaga listriknya dijual langsung kepada konsumen di suatu wilayah usaha khusus yang dikenal dengan istilah pembangkit terintegrasi atau Private Power Utility PPU.

4. Desa Mandiri Energi

Desa Mandiri Energi adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60 kebutuhan listrik dan bahan bakar dari sumber energi terbarukan, yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumber daya setempat. DME dikembangkan dengan konsep pemanfaatan energi setempat, khususnya energi terbarukan, untuk pemenuhan kebutuhan energi dan kegiatan yang bersifat produktif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan kesejahteraan masyakat pada umumnya melalui penyediaan energi terbarukan yang terjangkau dan berkelanjutan. Konsep pengembangan DME diformulasikan menjadi dua kelompok DME yaitu DME berbasis BBN dan DME berbasis Bahan Bakar Nabati BBN dan non-BBN. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Target Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN dan Non BBN pada tahun ini 2013 sebanyak 50 DME, realisasi sebanyak 55 DME atau capaian 110. Realisasi tersebut diperoleh dari 33 berbasis BBN dan 22 berbasis Non BBN. Pembangunan DME berbasis BBN dari 33 lokasi terdiri dari: • 28 lokasi pembangunan biogas di Jawa Timur; • 3 lokasi Implementasi Iconic Island - PLT Gasiikasi Biomassa; • 1 lokasi pilot project pemanfaatan limbah cair sawit untuk pembangkit listrik pedesaan . • Pembangunan DME berbasis Non BBN sebanyak 22 lokasi terdiri dari: • 9 lokasi pembangunan PLTMH dan • 13 lokasi PLTS skala besar.

5. Jumlah sumur bor daerah sulit air.

Program pembangunan daerah lainnya, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah program penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah dalam di daerah sulit air. Program tersebut dilakukan sejak tahun 1995 melalui pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini. Pada tahun 2013 Kementerian ESDM menargetkan sebanyak 200 titiklokasi titik bor yang dapat direalisasikan 190 titik, yang terdiri dari 185 titik pemboran air produksi dan 5 titik pemboran sumur pantau, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah sulit air, dengan hasil jumlah debit airtahun sebanyak 1.224.720 literjam, dan jumlah peruntukan 489.930 jiwa . 124 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di sub sektor ketenaga-listrikan, dilaksanakan pengelompokan pelanggan dimana untuk pelanggan kelompok Sosial S-1 sampai dengan S-3, Rumah Tangga R-1 dan R-2, Bisnis B-1 sampai dengan B-3 , Industri I-1 sampai dengan I-4, Pemerintah P-1 dan P-2, berlaku harga jual di bawah harga Biaya Pokok Produksi BPP, artinya hampir seluruh pelanggan listrik masih mendapatkan subsidi. Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dan Listrik, ditetapkan 1 satu sasaran dalam tahun 2013, yaitu sebagai berikut: Sasaran 9. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2013. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM dan listrik guna mengurangi beban APBN. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 ini realisasi subsidi energi yang terdiri dari BBM, LPG dan listrik keseluruhannya masih di bawah target yang ditetapkan. Realisasi subsidi energi untuk tahun 2013 mencapai Rp. 299,59 triliun atau 104,34 dari rencana sebesar Rp. 287,14 triliun. Sebagaimana diketahui subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBMLPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian. Besarnya subsidi BBMLPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari kuantitas konsumsi dan luktuasi harga minyak. Adapun subsidi untuk LPG dimulai saat diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG tahun 2007. Dalam rangka diversiikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Biofuel Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium. Kebijakan subsidi BBM yang terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar dilaksanakan secara bertahap, dimana saat ini jumlah dan jenis BBM yang disubsidi semakin sedikit yaitu minyak tanah, bensin, premium, dan solar. Volume minyak tanah bersubsidi mulai dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG. Selain itu, pengawasan peruntukan minyak tanah terus membaik dengan adanya kartu kendali minyak tanah. Adapun dalam rangka jaminan pasokan BBM, untuk wilayah yang telah dilakukan konversi minyak tanah ke LPG, minyak tanah tetap dijual dengan harga keekonomian. Tujuan V : Terwujudnya Pengurangan Beban Subsidi dan Listrik No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2013 Realisasi 2012 Capaian 1. Jumlah Subsidi Energi Rp Triliun 287,14 299,59 312,09 104,34

2. Jumlah subsidi :

BBM Ribu KL 48.000 46.250 44.980 96,35 LPG Ribu MT 4.390 4.403 3.906 100,2

3. Jumlah subsidi Listrik

Rp Triliun 87,24 89,59 100,2 102,69 Tabel 5.35 – Indikator Kinerja Sasaran 9