Rasio tenaga kerja asing dengan tenaga kerja nasional Persentase pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri pada usaha minyak dan gas bumi
Untuk Kesejahteraan Rakyat
B AB 5 |
AKUNT ABILIT
AS KINERJA
serta memenuhi kualitas mutu, waktu penyerahan dan harga sesuai ketentuan
dalam pengadaan barang dan jasa •
Melakukan pembinaan terhadap kemampuan produksi dalam negeri dan
memerbitkan buku Apresiasi produksi Dalam Negeri APDN, sebagai acuan pengendalian
impor barang operasi dan pengadaan barang dan jasa
• Memberikan preferensi terhadap kepemilikan
saham dalam negeri dan TKDN barang ≥ 25 dua puluh lima persen atau janjikomitmen
pencapaian TKDN Jasa ≥ 30 tiga puluh persen
• Memberikan penghargaan dan sanksi kepada
Kontraktor dan penyedia barangjasa dalam negeri berdasarkan kebijakan penggunaan
barangjasa produk dalam negeri dan capaian TKDN yang telah dilaksanakan
2 Menyusun Pedoman Kualiikasi Veriikator TKDN
dan pedoman Veriikasi TKDN pada kegiatan usaha hulu migas
3 Menyusun Buku Apresiasi Produksi Dalam Negeri
APDN sebagai acuan dalam pengadaan barang jasa dan pengendalian barang operasi pada
kegiatan usaha migas 4
Penyusunan Buku dan E-Book APDN 5
Menetapkan target penggunaan produk dalam negeri pada kegiatan usaha hulu migas
Tantangan dan Kendala Kemampuan Industri Penunjang Migas Dalam Negeri
Gambar 5.74 – Nilai TKDN dalam Pengadaan Barang dan Jasa pada Kegiatan Usaha
Hulu Migas
Tabel 5.42 – Target Capaian TKDN
•
•
• •
• •
•
•
•
• • Produk masih lise
• •
•
138
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
belum optimal karena belum meningkatkan kapasitas teknologi berbasis research and development.
1 TKDN Industri Penunjang migas masih rendah,
karena : •
Industri bahan baku hulu seperti : green pipe, seamless pipe, round bar studbolt,
stainless steel, steel plate belum ada •
Kapasitas Industri dalam negeri masih rendah valve, stud bolt, pressure gauge,
forging, mechanical seal •
Spesiikasi Produk belum sesuai forging, casting
• Produk masih lisensi luar negeri casing,
tubing, wellhead, valve, pressure valve 2
Perusahaan Modal Dalam Negeri PMDN masih terbatas, karena :
• Kebutuhan modal besar dan peralatan
berteknologi tinggi •
Akses pasar terbatas baik dalam negeri maupun luar negeri
3 Sebagian besar teknologi dari luar negeri, hal ini
disebabkan karena : •
Kurang terlibatnya lembaga penelitian dan universitas dalam negeri dalam
mengembangkan produksi barang dan jasa berteknologi tinggi
Pengendalian Impor dan Pemantauan Barang Operasi Perminyakan
Salah satu upaya pemerintah untuk melakukan peningkatan kemampuan produksi dalam negeri
adalah dengan melakukan pengendalian importasi barang operasi perminyakan. Pembinaan dan
pengawasan dilakukan dengan tujuan untuk melindungi produk dalam negeri dalam memenuhi
kebutuhan barang operasi perminyakan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral ESDM No. 037 tahun 2006 tentang tata cara pengajuan rencana impor dan penyelesaian
barang yang dipergunakan untuk operasi kegiatan usaha hulu migas.
Setiap Kontraktor Kontrak Kerja Sama KKKS yang melakukan perencanaan kebutuhan barang impor
untuk kegiatan usaha hulu migas dapat menggunakan MasterlistRKBI sebagai syarat untuk mendapatkan : i
pembebasan Pajak Dalam Rangka Impor PDRI oleh Pemerintah atas impor barang untuk kegiatan usaha
eksplorasi dan eksploitasi hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi; dan ii pembebasan bea masuk atas
Barang Operasi yang digunakan dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi “Fasilitas”.
Untuk mendukung peningkatan kemampuan produksi dalam negeri dengan pengendalian impor barang
operasi perminyakan tersebut diatas, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1 Pengawasan Pemanfaatan Barang dan Jasa,
bumi; dan ii pembebasan bea masuk atas Barang
Ditjen Migas SKK MIGAS
KKKS Penyedia
Barang Jasa
Melakukan penelitian
dan penilaian kemampuan produk
dalam negeri dalam rangka menerbitkan SKUP Migas;
Menetapkan target TKDN yang harus dicapai oleh Kontraktor dalam setiap
Rencana Kerja
dan Anggaran
danatau Daftar Rencana Pengadaan Mensyaratkan agar semaksimal
mungkin produksi barangjasa dilakukan di dalam negeri
Memenuhi kualitasmutu, waktu penyerahan, dan harga sesuai dengan
ketentuan dalam pengadaan barang dan jasa
Menerbitkan dan memperbaharui Buku APDN
secara berkala; Membina Kontraktor untuk memenuhi
target pencapaian penggunaan produk dalam negeri yang tercantum
di dalam Rencana Kerja dan Anggaran danatau Daftar Rencana
Pengadaan Menetapkan spesifikasi teknis
atas barangjasa dengan mempertimbangkan Buku APDN
Memenuhi komitmen TKDN jasa yang dinyatakan sendiri
self assesment yang ditetapkan di dalam kontrak pengadaan barang danl
atau jasa
Melakukan kualifikasi terhadap perusahaan dan perseorangan
untuk melakukan
Verifikasi; dan
Memberikan informasi yang dapat diketahui oleh publik tentang rencana
pengadaan barangjasa produk dalam negeri pada kegiatan usaha
hulu migas Menetapkan target capaian
TKDN yang harus dicapai dalam setiap pengadaan barangjasa
Meningkatkan TKDN barang danl atau jasa hasil produksinya yang
dinyatakan dalam komitmen rencana peningkatan TKDN barang
danataujasa; dan Melakukan pengawasan atas
pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam negeri.
Mengkoordinasikan Kontraktor dalam usaha bersama untuk meningkatkan
penggunaan barangjasa dalam negeri
Melakukan verifikasi untuk menentukan capaian TKDN pada
pelaksanaan kontrak pengadaan barangjasa
Menyampaikan laporan kemampuan produksi barangjasa kepada
Direktorat Jenderal setiap 6 enam bulan
Menyampaikan laporan hasil verifikasi capaian TKDN kepada
Direktorat Jenderal dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
Produsen Dalam Negeri :
• Memiliki SKUP Migas yang masih berlaku
• Melakukan proses produksi di dalarn negeri
• memenuhi TKDN Barang sesuai nilai yang tercantum dalam sertifikat TKDN
Tabel 5.43 – Sinergi yang perlu dilakukan terkait TKDN Migas
Untuk Kesejahteraan Rakyat
B AB 5 |
AKUNT ABILIT
AS KINERJA
Teknologi dan Kemampuan Rekayasa Rancang Bangun Dalam Negeri pada Industri Migas.
2 Pengawasan Pemanfaatan Fasilitas Impor Barang
Operasi Migas. 3
Inventarisasi Penggunaan Barang Sewa. 4
Pemantauan Penggunaan Insentif Fiskal. 5
Evaluasi Kebijakan Tata Cara Impor Barang Operasi Perminyakan.
6 Pemutakhiran Data dan Informasi Sistem
Penandasahan Rencana Impor Barang. 7
Pengawasan Penggunaan Produksi Dalam Negeri berdasarkan Rencana Impor Barang RIB.
Diharapkan kegiatan diatas dapat mendukung capaian penggunaan barang dan jasa dalam negeri sub sektor
migas sebesar 65 tahun 2013. Rencana Kebutuhan Barang Impor RKBI yang diajukan oleh Kontraktor
Kontrak Kerja Sama KKKS pada tahun 2013 adalah sebesar USD 5,165.91 Juta. Dari nilai tersebut, Direktorat
Jenderal Migas telah memberikan rekomendasi Rencana Impor Barang RIB sebesar USD 4,789.16 Juta.
Terjadi peningkatan rekomendasi nilai RIB pada tahun 2013 dari USD 4,773.34 Juta menjadi USD 5,165.91
Juta. Peningkatan ini dipengaruhi adanya importasi penggunaan barang sewa dengan nilai barang
pada unitnya yang cukup tinggi yaitu sebesar USD 2,845.72 Juta. Peningkatan impor barang sewa sebagai
konsekuensi meningkatnya aktiitas kegiatan project – project yang ada. Barang – barang sewa ini meliputi
antara lain Rig ofshore, kapal dan lain lain yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pengeboran
di lepas pantai dimana barang operasi sewa tersebut belum tersedia di dalam negeri.
Berdasarkan tugas dan fungsinya, Ditjen Migas selama tahun 2013 telah melakukan evaluasi atas pengajuan
Rencana Kebutuhan Barang Impor RKBI tersebut yang meliputi aspek legal, teknis dan pemberdayaan potensi
dalam negeri dengan hasil prosentase intervensi pengajuan Rencana Kebutuhan Barang Impor RKBI
terhadap penggunaan barang dalam negeri sebesar 49.
Memperhatikan Nilai RIB impor 2 dua tahun terakhir, pemberian rekomendasi RIB Impor tahun
2013 mengalami penurunan nilai sampai dengan 13.5 dibandingkan tahun 2012. Hal ini menunjukan
bahwa pengendalian impor barang operasi melalui mekanisme Rencana Impor Barang RIB memberikan
pengaruh terhadap penekanan biaya nilai impor yang sekaligus dapat mempengaruhi peningkatan
pemanfaatan produk dalam negeri pada pengadaan barang operasi di KKKS.
Manfaat dari kegiatan pengendalian impor barang operasi adalah sebagai berikut :
– Optimalisasi penggunaan produksi dalam negeri
dengan cara mencegah impor barang yang sudah dapat diproduksi di dalam negeri
– Memastikan bahwa KKKS yang mengajukan
Rencana Kebutuhan barang Impor RKBI Masterlist masih bekerja dalam kurun waktu dan
Tabel 5.44 – Realisasi Kegiatan Pengendalian Impor Barang Operasi Perminyakan
pada pengadaa
− URAIAN
2012 2013
Nilai RKBI Juta USD 4,773.34
5,165.91 Nilai RIB Juta USD
3,773.84 4,789.16
RIB barang sewa 2,484.94
2,845.72 RIB impor
1,535.14 1,327.66
MFG BATAM Juta USD 486.89
403.24 FAB LOKAL Juta USD
108.35 212.53
ADP Juta USD 3.05
25.99 Non operasi
5.41 2.28
quota impor 353.66
6.72 intervensi Juta USD
957.36 650.76
140
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
wilayah kerja sesuai kontrak dengan Pemerintah –
Memastikan jumlah dan spesiikasi barang yang akan diimpor sesuai dengan rencana tujuan
penggunaannya –
Mencegah impor barang yang berlebihan –
Memastikan jumlah barang yang diimpor sesuai dengan kebutuhan dan rencana kegiatan KKKS
dalam kurun waktu tertentu –
Memastikan spesiikasi barang yang diimpor tidak berlebihan dibandingkan tujuan penggunaannya.
– Memastikan tidak terjadinya overspec hanya
karena menghindari penggunaan produksi dalam negeri
•
Hambatan yang seringkali terjadi dalam melakukan pengendalian impor barang pada
kegiatan usaha hulu migas berdasarkan rencana impor barang disebabkan oleh :
− Penggunaan teknologi baru oleh KKKS dalam
upaya meningkatkan produksi yang pemggunaan barang operasinya belum tersedia di dalam negeri
masih harus impor. −
Pengawasan barang operasi baru dilakukan berdasarkan pengajuan RKBIMasterlist oleh KKKS.
− Pengajuan RKBIMasterlist pada umumnya
dilakukan sesudah proses lelang selesai. −
Mekanisme pengadaan pemenuhan kebutuhan barang untuk kegiatan Engineering Procurement
Constructors Installation EPCI di KKKS belum diatur.
Terkait dengan adanya kendala dalam pengendalian impor barang operasi perminyakan, maka di masa
depan, perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mendukung peningkatan kemampuan produksi dalam
negeri.