62
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
pada tahun 2013 sebanyak 2.395 orang, terjadi pengurangan sebanyak 223 orang
atau turun 9 dibandingkan tahun 2012 sebanyak 2.618 orang. Hal ini berarti bahwa
Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing TKA di Sub Sektor Migas memberikan
pengaruh peningkatan penggunaan tenaga kerja nasional di subsektor migas.
Penggunaan tenaga kerja nasional dari 98,6 tahun lalu saat ini 98,9 dari target 98,6.
Pada tahun 2013 persentase penggunaan tenaga kerja nasional subsektor
ketenagalistrikan mengalami peningkatan dari target 90 tercapai sebesar 98,59. Dan
untuk meningkatkan kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan maka dilaksanakan
sertiikasi sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2007 tentang Standardisasi
Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan. Pada subsektor minerba tahun 2013,
persentase jumlah tenaga kerja Indonesia TKI sebesar 99,24 atau 100,04 dan
telah melampaui target 99,20. Capaian persentase ini dengan asumsi dasar terhadap
perusahaan-perusahaan yang masih dalam rentang kendali span of control dan izinnya
diterbitkan oleh DJMB. Hal ini dimungkinkan karena Ditjen Minerba selalu melakukan
evaluasi penggunaan TKA pada perusahaan mineral dan batubara sehingga penggunaan
TKA di setiap perusahaan pertambangan KK,PKP2B dan IUP dapat terkontrol dan
TKI tetap memegang peranan penting pada setiap pucuk manajemen perusahaan.
b. Persentase penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri dalam
pembangunan sektor ESDM Penggunaan produk dalam negeri local content
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sektor ESDM di tahun 2013 ini mecapai 51,91
dari target yang ditetapkan sebesar 54. Pada subsektor ketenagalistrikan, penggunaan
produk dalam negeri mencapai 47,82 dari taget 39, yang berarti terjadi peningkatan
122,61. Sedangkan pada subsektor migas, dari target pada tahun 2013 sebesar 65 tercapai
hanya 56 atau 86,15 dari target. Kemampuan Industri Penunjang Migas Dalam Negeri belum
optimal karena belum meningkatkan kapasitas teknologi berbasis research and development.
Pencapaian kinerja Tahun 2013 mengenai Persentase pemanfaatan barang dalam negeri
untuk pengembangan sub sektor mineral dan batubara telah melampaui target sebesar
137,39 dari target local content sebesar 57,5, hal ini dimungkinkan karena Ditjen
Minerba menghimbau agar instansi terkait yang membawahi langsung pembinaan industri
produksi dalam negeri dapat menjalin kerjasama yang baik dalam upaya peningkatan volume
dan jenis produksi dalam negeri yang dipasok ke dalam industri pertambangan di Indonesia.
8. Prosentase Kemampuan pasokan energi BBM dalam negeri
Terkait jaminan pasokan bahan baku minyak mentah untuk kilang BBM dalam negeri, kendala
utama dalam pencapaian indikator prosentase jaminan pasokan bahan baku adalah bahwa
secara alamiah pasokan crude dari lapangan minyak domestik terus menurun dan penemuan
cadangan baru seperti dari lapangan Banyu Urip yang dipasok ke kilang dalam negeri belum
optimal berproduksi tahun 2013 ini. Jumlah minyak mentah domestik tidak termasuk
kondensat yang masuk kilang minyak pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 205 juta barel, dengan
jumlah total minyak mentah tidak termasuk kondensat dan bahan baku lainnya yang diolah
di kilang di sebesar 301 juta barel. Minyak mentah domestik yang digunakan antara lain dari jenis
minyak SLC Minas, Duri Widuri, dan Banyu Urip. Sedangkan minyak mentah impor yang masuk
kilang antara lain Bonny Light crude, Azeri crude dan Escravos Light. Kilang yang dapat mengolah
crude impor di Indonesia kilang RU IV Cilacap dan kilang RU V Balikpapan, sedangkan kilang-kilang
minyak lainnya memang dari sejak awal didesain untuk hanya dapat mengoah crude domestik.
Kilang RU IV Cilacap sudah sejak awal memang didesain untuk mengolah heavy crude yang
berasal dari Timur Tengah, sedangkan kilang RU V
Untuk Kesejahteraan Rakyat
B AB 5 |
AKUNT ABILIT
AS KINERJA
Balikpapan semula menggunakan crude domestik berasal dari sekitar Kalimantan Timur.
Namun semenjak produksinya menipis, kilang RU V Balikpapan mulai dapat mengolah crude
yang ebrasal dari impor hasil blending di Terminal Lawe-lawe sehingga didapatkan hasil blending
crude yang mendekati desain awal kilang. Tercatat peningkatan penggunaan crude impor di RU
V Balikpapan yang saat ini mencapai 45 dari kapasitas kilang 260 mbcd cukup mempengaruhi
presentase penggunaan crude domestic dan crude impor yang diolah di kilang minyak dalam
negeri. Terkait jaminan pasokan BBM dari kilang dalam
negeri, dengan semakin tingginya tingkat konsumsi BBM sementara pasokan BBM dari
kilang cenderung tetap dikarenakan tidak adanya pembangunan fasiltas kilang BBM di Indonesia
semenjak tahun 1994, maka persentase pasokan BBM dari kilang domestik hanya sebesar 51.33
dari total konsumsi BBM nasional. Sebagai gambaran, konsumsi BBM PSO Premium,
Kerosene, Solar pada tahun 2012 sebesar 45,27 juta KL, pada tahun 2013 meningkat menjadi 48
juta KL. Selisih pasokan tersebut akhirnya dipenuhi oleh impor BBM yang dilakukan oleh Pertamina
maupun impor BBM oleh Badan Usaha ritel asing yang terdaftar. Jumlah impor BBM yang semakin
hari semakin meningkat akan berakibat pada menurunnya kemampuan pasok BBM dari kilang
dalam negeri. Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di
Indonesia pada akhir tahun 2013 adalah sebesar 1.157,1 MBCD yang terdiri atas:
1 Kilang PT Pertamina Persero dengan total
kapasitas 1047,3 MBCD
•
RU-II Dumai Sungai Pakning : 177 MBCD
•
RU-III Plaju S. Gerong : 127,3 MBCD
•
RU-IV Cilacap : 348 MBCD
•
RU-V Balikpapan : 260 MBCD
•
RU-VI Balongan : 125 MBCD
•
RU-VII Kasim : 10 MBCD
2 Kilang Pusdkilat Migas Cepu dengan
kapasitas 3,8 MBCD 3
Kilang PT Trans Paciic Petrochemical Indotama TPPI dengan kapasitas 100 MBCD,
mengolah bahan baku berupa kondensat mulai beroperasi kembali pada November
2013 4
Kilang PT Tri Wahana Universal TWU dengan kapasitas 6 MBCD, dan rencana operasi
train 2 dengan kapasitas 10 mbcd pada pertengahan 2014.
9. Persentase peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah
Peran sektor ESDM juga penting sebagai pendorong pembangunan daerah. Peran sektor ESDM terhadap
pembangunan daerah diwujudkan, antara lain melalui dana bagi hasil DBH, kegiatan pengembangan
masyarakat atau community development comdev atau corporate social responsibility CSR. Selain itu
terdapat program pembangunan Desa Mandiri Energi DME, dan Pemboran air tanah yang
merupakan program-program pro-rakyat sehingga pembangunan daerah dapat berjalan lebih efektif.
a. Jumlah Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana UU 332004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. DBH sektor ESDM
bersumber dari kegiatan minyak bumi, gas bumi dan pertambangan umum, serta panas bumi.
Realisasi DBH subsektor minerba pada tahun 2013 sebesar Rp. 15,165 Triliun, capaiannya
telah melewati target Tahun 2013 sebesar Rp 14,08 Triliun atau naik 19,49 dari realisasi
Tahun 2012 sebesar Rp 12,69 Triliun. Realisasi DBH subsektor migas pada tahun
2013 sebesar Rp. 42,26 Triliun, capaiannya telah melewati target Tahun 2013 sebesar
Rp 17,19 Triliun atau naik 190 dari realisasi Tahun 2012 sebesar Rp 22,93 Triliun.
b. Jumlah Corporate Social Responsibility CSR atau Community Developmen
Comdev Regulasi yang mendasari CSR adalah :
• Pemerintah Indonesia melalui Undang-